"Ali, apa yang sedang terjadi?" tanya Seli lirih. Sepertinya Seli memikirkan hal yang sama denganku. Lagi-lagi Ali tidak langsung menjawabnya. Ia masih sibuk menutup pintu dan menekan tombol-tombol.
"Ra, Seli, hubungi orang tua kalian! Pastikan mereka tidak cemas," seru Ali tiba-tiba. Baiklah sepertinya ini bukan waktunya mengeluarkan protes. Aku langsung meraih ponsel di saku. Segera mengirim pesan kepada mama bahwa aku akan menginap dirumah Ali untuk beberapa hari ini.
Untungnya orang tuaku paham dengan situasi ini dan tidak banyak bertanya. Sedangkan Seli, orang tuanya tentu lebih mengerti.
Setelah menghubungi mama, aku langsung berjalan mendekati Ali. Hendak bertanya apa yang sedang terjadi.
Aku membuka mulut, bersiap untuk bertanya kepada Ali. "Sttt.." Ali mendesis mengarahkan telunjuknya didepan bibirku. Mulutku 'pun tertutup. Urung bertanya
"Ra, Seli, ini situasi yang buruk!" Pernyataan yang keluar dari mulut Ali membuatku dan Seli saling pandang, "Mungkin ... Atau lebih tepatnya aku juga tidak tahu. Entahlah. Dua minggu tiga hari yang lalu, saat sepulang sekolah, Miss Selena datang langsung kesini. Ke basement ini. Dia menyerahkan file ini dan bilang kalau aku harus menunggu dua minggu tiga hari untuk membukanya. Dan itu tepatnya hari ini." Ali menghela napas perlahan sebelum melanjutkan perkataannya, "Miss Selena berpesan, saat membuka file ini, harus menyertakan buku kehidupan. Itu artinya harus ada kamu, Ra. Dan Seli. Entah ada apa diluar sana. Sepertinya berbahaya sekali. Sebelum pergi, Miss Selena sempat memasang selaput tameng transparan disekitar rumahku. Tapi itu berbeda, berwarna keemasan. Dan katanya tidak ada yang bisa masuk. Oleh karena itu, aku membuat jalur teleportasi lewat lapangan sekolah. Karena kita tidak akan bisa masuk jika melalui pintu depan." Ali berhenti sejenak.
"Miss Selena, mungkin merasa basementku adalah tempat aman untuk bersembunyi. Lagi-lagi aku juga tidak tahu bersembunyi dari apa. Aku juga baru membuka filenya ini tadi bersama kalian." Ali meremas jarinya.
Aku langsung berpikir dan mencerna situasi. Baiklah, sepertinya ini adalah situasi yang rumit. Miss Selena menyuruh kami untuk bersembunyi. Entahlah, bersembunyi dari apa, aku tidak tahu.
Aku menoleh kesebelahku. Seli, dia mematung tanpa ekspresi. Kosong. Mungkin dia sedikit shock mendengar ini. Sedangkan Ali, dia dengan cekatan membersihkan basementnya. Rajin sekali, pikirku.
"Sebaiknya kita mandi dulu, nanti malam kita bahas lagi. Kalian bisa pakai kamar mandi sebelah sana. Dan peralatannya sudah kusiapkan." Ali menoleh kearah kami.
Aku menatapnya heran. Sejak kapan si biang kerok ini jadi serajin dan sehigienis ini? Jika situasinya lebih baik, aku mungkin akan tertawa melihatnya.
Aku dan Seli segera menuju kamar mandi. Untungnya kami selalu membawa pakaian ganti ditas kami. Kamar mandinya ada dua, jadi kami mandi diwaktu bersamaan.
"Seli, aku takut dikamar mandi ini ada alat aneh milik Ali, seperti dulu yang dia selipkan dikamarku," bisikku pada Seli. Pikiranku mulai berkelana.
"Iya juga ya, Ra. Tapi, aku yakin Si Biang Kerok itu anak yang baik. Mudah-mudahan saja dia tidak meletakkan alat aneh miliknya." Seli tertawa kecil menepis pemikiranku. Baiklah, benar juga.
Setelah mandi dan berpakaian, kami keluar dan mencari Ali.
"Ra, kamu liat, Ali?" Seli berjalan menuju kamar mandi diujung sana, "Alii ... Kamu dimana?!" Suara Seli memenuhi basement ini.
"Heh! Jangan berteriak seperti itu! Tidak sopan! Kita tunggu disana saja, Sel." Seli menyengir kuda dan mengangguk.
Aku dan Seli duduk dan bermain ponsel. Aku teringat mama. Aku mengirim pesan lagi padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
RaSeLi
AdventureSebelumnya, terima kasih karena sudah mau berkunjung !!! Alur cerita 'sedikit' berubah :) Tiga remaja SMA berperan penting dalam dunia paralel? Raib dari Klan Bulan dengan kemampuan menghilangnya, Seli dari Klan Matahari dengan teknik kinetiknya, d...