Kami segera mengumpulkan soal dan lembar jawaban. Kulihat Ali dibelakang sana terlihat antusias akan rencana kunjungan ke Klan Bulan.
Hari ini adalah hari terakhir ujian semester ini. Dan besok pagi sudah mulai libur panjang. Kami menyambutnya dengan senang hati, karena sesuai rencana yang telah kami siapkan minggu lalu, kami akan berkunjung ke Klan Bulan.
Ali berlari ke mejaku dan Seli. "Sudah siap??" Ali menunjukkan wajah gembira. Aku tertawa kecil, mengangguk. "Ayo kita pulang!" ajak Seli.
Aku, Seli, dan Ali berjalan bersama menyusuri koridor sekolah. "Besok kita berangkat pukul berapa, Sel?" tanyaku. "Hei, bukankah sudah kuberi tahu, Ra? Kata Miss Selena, besok kita berkumpul dirumah Seli pukul 06:00," sahut Ali.
"Iya, hehe ... Lupa." Aku meringis malu. Kami masuk kedalam angkot. Tumben sekali sepi. Didalam angkot hanya ada kami bertiga, dengan beberapa penumpang.
Seli turun duluan. "Bye, Ra, Ali! Sampai bertemu besok pagi!!" Seli melambaikan tangan. Aku balas melambai. Ali hanya tersenyum kearah Seli.
"Jangan lupa buku PR Matematikamu, Ra!" Ali berseru sambil beranjak keluar dari angkot. "Iya." Aku melambaikan tangan kearah Ali. Dibalas senyumannya.
Tidak lama kemudian, angkot yang kunaiki berhenti. Aku turun dan membayar ongkosnya. "Ini, Bang!" Aku mengulurkan sejumlah uang. Abang angkot menerimanya.
"Ra pulang!" Aku berseru membuka pintu. "Ra?! Bagaimana ujiannya??" Mama segera menghampiriku. Aku tersenyum. "Tidak sia-sia aku belajar! Nilaiku baik-baik saja kok, Ma!" Aku nyengir.
Mama terlihat senang. Mama menyuruhku segera berganti pakaian, lalu makan siang. Aku segera berlari kekamarku. Dan disambut Si Putih yang meliuk manja dikakiku. "Hai, Put!" sapaku riang.
Aku meletakkan tasku. Segera berganti pakaian. Aku turun kebawah, diikuti si putih. Aku segera menuju meja makan. Aku makan siang bersama Mama.
"Em, Ma? Besok kan libur panjang, bolehkah Ra, Ali, dan Seli pergi berkunjung ke Klan Bulan?" Aku bertanya pelan. "Eh? Boleh kok, Ra? Tapi jika kamu mau berlibur bersama Mama Papa juga boleh, Papa bilang, dia habis menerima bonus dari bosnya." Mama tertawa kecil.
Aku ikut tertawa kecil. Lantas menggeleng. "Tidak usah, Ma. Mending uangnya ditabung." Aku nyengir. Mama tersenyum menatapku. "Berapa hari, Ra?" tanya Mama.
"Em, Ra belum tau pasti sih, Ma. Tapi Ra 'kan bisa pulang kapan saja? Mama tidak perlu khawatir. Ada Miss Selena juga kok!" Aku tersenyum menatap Mama.
Mama tersenyum getir. Kami pun melanjutkan makan siang. Setelah makan siang, aku berlari menuju kamarku. Aku menyiapkan semua keperluan untuk besok kedalam tas dari klan bintang.
"Sudah siap!" gumamku. Setelah semuanya siap, Aku merapikan buku-buku ku. Tidak lupa, aku juga membereskan kamarku yang berantakan.
Aku membuka buku pelajaran sebentar. Memastikan tidak ada tugas yang belum kukerjakan. Kurasa sudah semua. Setelah merasa cukup, aku turun kebawah.
Aku duduk disamping Mama yang sedang menonton acara TV. Aku membaca novelku disamping Mama, sambil tiduran dipangkuan Mama.
Tiba-tiba terdengar suara bel pintu. "Biar Ra saja, Ma!" Aku bergegas membukakan pintu. "Tante Anita!" Aku berseru. Aku langsung memeluk tanteku itu. Tante Anita balas memelukku.
"Eh, sini masuk, Tan!" Aku menyuruh Tanteku masuk dan menemui Mama. "Raib? Kamu sudah besar ya sekarang!" kata Tante Anita sambil mengacak rambut panjangku.
"Heheehe." Aku tertawa kecil sembari menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Mama membawakan tiga gelas es sirup dengan beberapa cemilan dari dapur. "Ra? Tante punya sesuatu buat kamu!" Tante Anita terkekeh.
Aku membulatkan mataku. "Apa, Tan?" tanyaku antusias. "Masih ingat bulan lalu?" Tante Anita merogoh sesuatu dari sakunya. Dia memberiku anting emas berbentuk bulan. "Ta-da!!" Tante Anita berseru.
"Wahhh!!!" Aku benar-benar senang. Kebetulan, aku sedang tidak memakai anting. "Antingnya bagus banget!" Mama tersenyum kearah tante Anita.
"Terima kasih, Tante!" Aku segera mengambil sepasang anting tersebut. Tante Anita memasangkannya padaku. "Wah, Raib terlihat lebih cantik dengan anting ini!" Tante Anita memandangku yang tengah memakai anting darinya.
"Iya, Ra tambah cantik," timpal Mama. Aku tersipu malu. Aku senang dengan hadiah dari Tante Anita. Bulan lalu tante Anita datang dan memberiku sekotak coklat. Tapi karena tidak dibolehkan Mama, Tante Anita tidak jadi memberikannya padaku.
Waktu itu aku cemberut. Tapi tante Anita berbisik, "Besok tante belikan anting" Demi mendengar kata 'anting' aku kembali riang. Dan benar saja, hari ini Tante Anita membawakanku sepasang anting berbentuk bulan sabit. Tante Anita memang sering mengirimiku hadiah. Aku sayang padanya.
"Bagaimana, Ra? Suka atau tidak?!" Tante Anita menatapku. Tersenyum tulus. Aku refleks mengangguk kencang. "Terimakasih, Tante Anita yang cantik!!" Aku nyengir.
Tante Anita dan Mama tertawa melihatku yang heboh sendiri. Sibuk dengan hadiah dari tante Anita, aku berlari menuju kamarku. Bercermin. Aku senyum-senyum sendiri, melihat pantulan diriku dicermin.
Setelah bercermin, aku turun kebawah. Menemui tante Anita dan Mama yang masih asik mengobrol santai. Aku duduk di samping tante Anita.
"Mau liburan kemana, Ra?" Tante Anita bertanya. "Ke Klan Bu— Eh, maksudku, aku besok ikut temanku jalan-jalan bersama keluarganya, ya 'kan, Ma?!" Aku hampir saja keceplosan menyebut Klan Bulan.
"Iya, besok Ra akan ikut temannya keluar kota." Mama meng-iya-kan perkataanku tadi. Tante Anita hanya ber-oh pelan. Untungnya dia tidak melanjutkan bertanya tentang liburan.
"Ra, sudah punya pacar belum??" Tante Anita menatapku, tersenyum. Aku yang sedang minum es sirup buatan mama tersedak. Uhuk uhuk ...
"Hah?" Aku menoleh ke arah tante Anita. Lalu menggeleng. "Belum tante, Ra 'kan masih sekolah. Belum mau pacaran dulu!" Aku nyengir, melanjutkan minumku.
"Ali gimana, Ra?!" Mama malah bertanya padaku soal Ali. Aku hampir tersedak lagi. Uhuk uhuk ... "Ali dan Seli itu sahabatku, Ma!" Aku berdecak sebal.
Mama dan Tante Anita hanya menertawaiku. Aku cemberut. Memutuskan untuk melanjutkan membaca novelku tadi. Sedangkan Mama dan Tante Anita masih sibuk mengobrol.
"Ya, sudah. Hati-hati, Anita!" seru Mama di halaman rumah. Yap! Tante Anita memutuskan untuk pulang setelah pukul 18:34. Mama kembali masuk kedalam.
Mama berjalan kedapur, bergegas menyiapkan makan malam. Aku membantu mama menyiapkan peralatan makan. Tidak lupa, aku memberi kucingku makan.
Setelah selesai semuanya, Bel pintu berbunyi nyaring. Aku bergegas membukakan pintu. Dan Aku mendapati Papa yang tersenyum. Aku langsung memeluk erat Papa.
"Eh, Raib-nya Papa sudah besar! Ayo masuk. Hmm ... Aroma masakan Mama sudah tercium saja. Papa jadi tambah lapar!" goda Papa. Aku melepas pelukanku, dengan riang aku berjalan menuju meja makan.
Setelah Papa berganti pakaian, kami makan malam bersama. "Ra, besok mau berangkat jam berapa?" tanya Mama memecah keheningan. Aku menoleh.
"Emang, Ra, mau pergi kemana?" tanya Papa. "Liburan besok, Ra akan berkunjung ke Klan Bulan." Aku tersenyum canggung. Papa hanya ber-oh pelan. Mengangguk. Berarti Papa juga membolehkan. Aku mengepalkan tangan. Yes!
"Besok berkumpul di rumah Seli pukul 06:00, Ma." Aku menjawab pertanyaan Mama tadi. Mama hanya mengangguk. Kami melanjutkan makan malam.
Tidak ada pembicaraan yang menarik lagi. Selain pekerjaan di kantor Papa, tentang sekolahku yang membosankan, alat masak mama, mesin cuci, dan sesekali tentang dunia paralel yang membuat suasana canggung—Mengingat aku bukan anak kandung mereka.
Setelah makan malam, Aku berpamitan untuk tidur. Aku beranjak pergi ke kamarku, diikuti Si Putih—kucingku. Aku menghempaskan badanku kekasur. Dan aku terlelap tidur.

KAMU SEDANG MEMBACA
RaSeLi
AdventureSebelumnya, terima kasih karena sudah mau berkunjung !!! Alur cerita 'sedikit' berubah :) Tiga remaja SMA berperan penting dalam dunia paralel? Raib dari Klan Bulan dengan kemampuan menghilangnya, Seli dari Klan Matahari dengan teknik kinetiknya, d...