抖阴社区

You Are My Hero

By Jwanprettybaby

50.6K 9.7K 2.7K

Kisah cinta antara Jeon Jungkook, seorang dokter muda yang idealis dan Kim Seok-Jin, seorang kapten pasukan k... More

馃拹 Intro 馃拹
馃崁 1 馃崁
馃崁 2 馃崁
馃崁 3 馃崁
馃崁 4 馃崁
馃崁 5 馃崁
馃崁 6 馃崁
馃崁 7 馃崁
馃崁 8 馃崁
馃崁 9 馃崁
馃崁 10 馃崁
馃崁 11 馃崁
馃崁 12 馃崁
馃崁 13 馃崁
馃崁 14 馃崁
馃崁15 馃崁
馃崁 16 馃崁
馃崁 17 馃崁
馃崁 18 馃崁
馃崁 19 馃崁
馃崁 20 馃崁
馃崁 21 馃崁
馃崁 22 馃崁
馃崁 23 馃崁
馃崁 24 馃崁
馃崁 25 馃崁
馃崁 26 馃崁
馃崁 27 馃崁
馃崁 28 馃崁
馃崁 29 馃崁
馃崁 30 馃崁
馃崁 31 馃崁
馃崁 32 馃崁
馃崁 33 馃崁
馃崁 34 馃崁
馃崁 35 馃崁
馃崁 36 馃崁
馃崁 37 馃崁
馃崁 38 馃崁
馃崁 39 馃崁
馃崁 40 馃崁
馃崁 41 馃崁
馃崁 42 馃崁
馃崁 43 馃崁
馃崁 44 馃崁
馃崁 45 馃崁
馃崁 46 馃崁
馃崁 47 馃崁
馃崁 48 馃崁
馃崁 49 馃崁
馃崁 51 馃崁
馃崁 52 馃崁
馃崁 53 馃崁
馃崁 54 馃崁
馃崁 55 馃崁
馃崁 56 馃崁
馃崁 57 馃崁
馃崁 58 馃崁
馃崁 59 馃崁
馃崁 60 馃崁
馃崁 61 馃崁
馃崁 62 馃崁
馃崁 63 馃崁
馃崁 64 馃崁
馃崁 65 馃崁
馃崁 66 馃崁
馃崁 67 馃崁
馃崁 68 馃崁
馃崁 69 馃崁
馃崁 70 馃崁
馃崁 71 馃崁
馃崁 72 馃崁
馃崁 73 馃崁
馃崁 74 馃崁
馃崁 75 馃崁
馃崁 76 馃崁
馃崁 77 馃崁
馃崁 78 馃崁
馃崁 79 馃崁
馃崁 80 馃崁
馃崁 81 馃崁
馃崁 82 馃崁
馃崁 83 馃崁
馃崁 84 馃崁
馃崁 85 馃崁
馃崁 86 馃崁
馃崁 87 馃崁
馃崁 88 馃崁
馃崁 89 馃崁
馃崁 90 馃崁
馃崁 91 馃崁
馃崁 92 馃崁
馃崁 93 馃崁
馃崁 94 馃崁
馃崁 95 馃崁
馃崁 96 馃崁
馃崁 97 馃崁
馃崁 98 馃崁
馃崁 99 馃崁
馃崁 100 馃崁
馃崁 101 馃崁
馃崁 102 馃崁
馃崁 103 馃崁
馃崁 104 馃崁
馃崁 105 馃崁

馃崁 50 馃崁

383 83 10
By Jwanprettybaby

Pusat medis darurat yang didirikan tampak seperti kota tenda yang tumbuh di tengah reruntuhan. Beberapa tenda besar berwarna putih telah berdiri, sebagian didirikan oleh tim penyelamat lain yang telah tiba lebih awal.

Setelah membersihkan diri dan berganti baju, serta tidak lupa memakai jas dokter mereka, Profesor Namjoon dan Dokter Kepala Song bertemu dengan kepala rumah sakit setempat dan asistennya, untuk mendengarkan tentang kamp medis di Pusat Komando di Kabupaten Chwisan ini.

"Tempat penampungan ini belum lama didirikan, banyak peralatan juga baru diantar kemari. Setiap hari korban yang harus diobati di sini sungguh sangat banyak. Kami sama sekali tidak sempat melakukan operasi."

"Pasti tidak bisa jika berantakan seperti sekarang ini. Harus segera membuat sistem triase yang efektif. Dengan begitu, baru bisa mengalokasikan semua sumber daya medis yang terbatas, untuk korban yang memerlukan pertolongan darurat. Evakuasi. Tahap evakuasi sangat penting, harus lebih diperhatikan" Sahut Profesor Namjoon.

"Kami hanya rumah sakit tingkat kabupaten, dalam hal ini, benar-benar tidak punya banyak pengalaman. Begitu gempa, gedung juga ikut roboh. Kami semua kebingungan. Termasuk perlengkapan baru yang dikirim ke sini, kami semua tidak ada yang bisa menggunakannya. Kalian bisa datang kemari lebih awal, sungguh sangat bagus."

"Begini saja Kepala Rumah Sakit Myung. Jalankan saja sesuai rencana yang telah kita diskusikan di perjalanan tadi. Kita coba susun ulang area fungsional yang ada di sini, buat beberapa penyesuaian. Selain itu juga, atur ulang mesin-mesin yang kami bawa."

"Tidak masalah."

Profesor Namjoon kemudian berkata, "Dokter Kepala Song, pekerjaan triase agak sedikit sulit, aku serahkan pada kalian. Mohon bantuannya."

"Baik."

"Kau pergi urus dulu."

"Baik." Sahut Dokter Kepala Song.

"Kita lihat ke dalam." Profesor Namjoon berkata kepada Kepala Rumah Sakit Myung.

💊

Proses penyiapan berlangsung dengan cepat dan efisien. Tenda-tenda tambahan didirikan, peralatan medis diturunkan dari truk, dan area-area fungsional mulai terbentuk. Ada area triase untuk memilah pasien berdasarkan tingkat keparahan luka, area perawatan untuk luka ringan hingga sedang, dan bahkan sebuah bangunan semi permanen yang dipersiapkan sebagai ruang operasi darurat. Tata letak internal dirancang untuk memaksimalkan efisiensi, dengan jalur yang jelas antara area triase, perawatan, dan istirahat. Keterbatasan sumber daya di rumah sakit lapangan menuntut improvisasi dan adaptasi, berbeda dengan fasilitas rumah sakit permanen yang memiliki semua fasilitas yang dibutuhkan.

Dokter Kepala Song memulai rapat koodinasi pertamanya dengan Departemen IGD.

"Kita menggunakan cara pemerikasaan tahap awal dengan tiga tingkatan. Ada tiga warna gelang. Merah, kuning dan biru. Merah artinya paling darurat, harus segera dioperasi dan berbagai tanda vitalnya harus terus diawasi. Kuning artinya darurat. Dalam dua jam harus menerima pengobatan. Setiap setengah jam sekali harus diperiksa berbagai tanda vitalnya. Biru artinya tidak darurat. Bisa menunggu lebih dari dua jam baru diberi tindakan. Di saat yang sama, gelang ini juga berisi nama pasien, umur, jenis kelamin, alasan cedera, dan informasi lainnya. Yang paling penting adalah harus mendiagnosis apakah ada penyakit menular. Dokter Myung sudah membagi area karantina penyakit menular. Begitu ada yang terdeteksi, langsung antar ke area karantina untuk dikarantina. Jungkook, Hoseok, Yena dan dokter Yoon, kalian berempat masing-masing memimpin tiga orang perawat, membentuk empat tim kecil dan bertugas di piket pertama. Orang yang bertugas di piket berikutnya, akan aku atur lagi. Begitu korban datang, kalian harus langsung melakukan pemeriksaan tahap awal dan triase. Tempat pemeriksaan tahap awal dan triase berada persis di depan gerbang masuk. Ingat, tidak boleh biarkan pasien yang belum melewati pemeriksaan tahap awal dan triase, masuk ke area pengobatan."

Perawat Taehyung berlari masuk mendadak. "Dokter Kepala Song, datang lagi beberapa mobil membawa korban, katanya ada sekitar 100-an orang."

"Ayo, kita pergi lihat." Seru Dokter Kepala Song.

Semua serentak berdiri dan berlari keluar.

Suara sirene ambulans yang meraung memecah keheningan yang tegang. Iring-iringan kendaraan darurat mulai berhenti di sana, membawa gelombang pertama korban gempa. Beberapa diangkut dengan ambulans, yang lain dengan truk bak terbuka, dan bahkan ada yang dipapah oleh anggota keluarga atau tim SAR dan pemadam kebakaran. Pemandangan yang menyambut tim medis sangat memilukan. Hampir 100-an orang berdatangan secara bersamaan, menciptakan suasana yang kacau dan penuh kepanikan.

Suara rintihan kesakitan, tangisan anak-anak, dan teriakan panik bercampur menjadi simfoni penderitaan yang memekakkan telinga. Debu dan darah terlihat di mana-mana. Pakaian para korban compang-camping dan wajah mereka dipenuhi dengan ketakutan dan kebingungan. Bau antiseptik yang baru saja tercium kini bercampur dengan bau tanah, keringat, dan bau anyir darah. Jumlah korban yang tiba secara tiba-tiba membuat pusat medis darurat terasa penuh sesak dan kewalahan.

Para korban mengalami berbagai macam luka. Ada yang mengalami patah tulang di tangan dan kaki, luka robek akibat terkena reruntuhan, dan memar di sekujur tubuh. Beberapa tampak mengalami cedera kepala, dengan darah mengalir dari pelipis atau dahi mereka. Yang lain tampak kesulitan bernapas, mungkin akibat tertimpa reruntuhan di dada. Beberapa korban, terutama yang lebih tua atau anak-anak, tampak sangat ketakutan dan menangis histeris. Di antara kerumunan yang terluka, terlihat juga keputusasaan dan kesedihan yang mendalam.

Dokter Kepala Song berteriak terus mengarahkan para dokter dan perawat.

Di tengah kekacauan yang melanda itu, Kapten Kim yang tiba bersama anggota timnya, langsung menghampiri. "Dokter Kepala Song, kami datang untuk membantu."

Begitu melihat Kapten Kim, Dokter Kepala Song berseru senang, "Bagus sekali. Bagus sekali. Kami perlu mereka menunggu di tempat, agar dokter kami bisa melakukan pemeriksaan awal dan triase."

"Baik. Mengerti." Sahut Kapten Kim.

Jungkook bergerak dengan fokus yang mengagumkan. Meskipun terkejut dengan pemandangan di sekelilingnya, ia langsung beralih ke mode profesional. Dedikasinya untuk membantu orang lain dan menyelamatkan nyawa tampak jelas dalam setiap gerakannya. Dengan sigap ia menghampiri para korban yang baru tiba, melakukan penilaian cepat terhadap kondisi mereka. Sebagai seorang residen bedah saraf, ia secara naluriah mencari tanda-tanda cedera kepala, meskipun ia juga memperhatikan jenis luka lainnya. Dia sama sekali tidak menyadari kehadiran Kapten Kim, sampai ketika mendengar suara kapten tampan itu berbicara lantang dan tegas, mengatur para korban yang berantakan. Ia langsung membalikkan badannya.

"Semuanya jangan panik. Dengarkan perkataanku. Sekarang kalian begitu panik, kami sama sekali tidak bisa memberi pengobatan kepada kalian. Semua korban terluka, berkumpullah di area ini. Yang cederanya parah didahulukan."

Jungkook kemudian tersentak ketika mendengar seruan Dokter Kepala Song, "Jungkook, Hoseok, ambil gelang triase. Dokter yang lain ikut aku kembali ke area tunggu."

"Baik." Seru Jungkook balik.

Kapten Kim yang membantu memindahkankan para korban dengan luka berat, tidak lupa sesekali melihat ke tempat Jungkook, memastikan dirinya baik-baik saja.

"Kapten Kim" Teriak Wakil Kapten Min yang baru tiba. "Baru keluar perintah tugas. Komandan Hyun meminta kita ke tendanya."

"Baik." Sahut Kapten Kim.

Setelah menyampaikan pesan tersebut, Wakil Kapten Min langsung berlari pergi.

Karena tidak tahu dia harus pergi berapa lama untuk tugas terbaru ini, Kapten Kim berdiri diam di tempat, menatap Jungkook.

Jungkook yang sudah mendengar teriakan Wakil Kapten Min, balas memandang Kapten Kim.

Keduanya berdiri berhadapan, dengan jarak yang memisahkan sekitar 15 meter, di antara para korban dan petugas medis serta tim penyelamat yang mondar mandir. Hanya mata keduanya yang saling berbicara.

Sorot mata Kapten Kim menyimpan kekhawatiran yang mendalam, sebuah kerutan samar terlihat di antara alisnya.

Dalam keheningan yang tercipta di antara hiruk pikuk evakuasi, tatapan mereka seolah menyampaikan lebih banyak daripada kata-kata. Ada ikatan yang terjalin di sana, sebuah pemahaman tanpa perlu diucapkan.

Angin yang bertiup pelan menerbangkan debu, namun pandangan keduanya tetap terkunci. Seolah waktu berhenti sejenak, hanya menyisakan dua sosok yang saling menguatkan dalam diam, di tengah tragedi yang melanda.

Hingga akhirnya, Kapten Kim membuka mulutnya, berucap tanpa suara, "Jaga dirimu."

Jungkook membalas tanpa suara juga, "Jaga dirimu."

Kapten Kim lalu mengambil sikap badan tegap dan memberikan hormat militer kepada Jungkook. Setelah itu, ia mengangguk kecil, sebagai isyarat bahwa ia harus pergi menjalankan tugasnya. Jungkook membalas anggukan itu, sebuah tanda mengerti dan harapan agar sang kapten kembali dengan selamat. Ia menatap punggung pria itu sampai menghilang di keramaian.

🚑🚑🚑

Di tenda Pusat Komando, Komandan Hyun menjelaskan tugas yang harus dilakukan oleh Kapten Kim dan timnya, dengan menggunakan lanskap miniatur area sekeliling pusat gempa.

"Jalan dan jembatan menuju pusat gempa di Kabupaten Rineun semuanya ambruk dan rusak parah. Pusat Komando sudah membentuk tim untuk berjalan masuk dari berbagai tempat melakukan penyelamatan. Tetapi dari lokasi kita ke arah barat kira-kira 90 kilometer, enam desa yang berada di dekat Gunung Obang, di bawah Kabupaten Rineun tetap belum berhasil terjamah. Tidak ada korban yang keluar dari sana, dan juga tidak ada informasi apa pun mengenai kondisi di sana. Karena itu, Pusat Komando meminta kita membentuk tim penyerbu kecil. Seokjin, kau pimpin orang untuk masuk dengan berjalan kaki, buka jalur evakuasi dan laporkan kembali kondisi bencana. Di saat yang sama, ada satu lagi tugas yang lebih penting. Dalam kondisi jalan yang tidak lancar saat ini, cari lokasi yang pas untuk penerjunan bantuan logistik dari udara."

"Siap! Mengerti." Sahut Kapten Kim.

Sesuai perintah, Kapten Kim membentuk sebuah tim kecil yang terdiri dari dirinya sendiri, Polisi Taehyun, Soobin, Jung Bo-Ram dan 3 orang anggota tim lainnya. Mereka menyusuri kaki gunung, mencari jalan masuk ke desa yang belum mampu dijangkau sampai sekarang.

"Semuanya, jalan yang cepat." Perintah Kapten Kim.

💊

Jungkook baru selesai membalut tangan patah seorang wanita, ketika Yena dan beberapa perawat mendorong masuk seorang korban untuk di-triase.

"Apa situasinya?" Tanya Jungkook.

"Korban wanita bernama Luen. Kepalanya terbentur benda keras, ada benda asing yang menancap. Aku sudah membersihkan lukanya dengan sederhana. Dia menunggu dioperasi." Sahut Yena.

Setelah memastikan kondisi korban tersebut, Jungkook lalu memakaian gelang berwarna kuning di pergelangan tangannya.

Setelah korban tersebut dibawa keluar, Yena masuk kembali dengan brankar berisi korban berikutnya.

"Apa situasinya?" Tanya Jungkook.

"Korban bernama Bin Yue. Dia sudah terjepit di bawah reruntuhan selama 15 jam. Pupil mata kiri membesar, kepalanya cedera, mungkin terbentur benda berat, mungkin juga ada terjadi hematoma intrakranial. Dia harus segera melakukan CT scan, atur operasi dan antar ke Dokter Kepala Kim."

Jungkook memakaikan gelang merah kepada pasien tersebut, lalu bersama yang lain, ia mendorong korban tersebut ke tenda operasi.

💊

Jungkook bergegas menghampiri Profesor Namjoon yang baru selesai melakukan operasi. "Dokter Kepala Kim, ada satu pasien yang terkubur 15 jam di bawah reruntuhan. Pupil mata kiri membesar, kepalanya terbentur benda keras, kemungkinan besar hematoma intrakranial."

"Sudah CT scan?" Tanya Profesor Namjoon.

"Sudah diatur."

"Hoseok." Profesor Namjoon berkata kepada Hoseok yang berdiri di belakang Jungkook, "Kembali dan bilang pada Dokter Kepala Song, kami di sini kekurangan orang. Jungkook harus tinggal untuk ikut membantu operasi."

"Baik."

Jungkook dan Ji Hoo kemudian ditugaskan membantu dokter Cha Li dalam mengoperasi korban yang tertimbun 15 jam itu.

Namun sayang sekali, karena lukanya yang terlalu parah, korban tersebut meninggal di meja operasi.

Profesor Namjoon yang baru selesai mengoperasi pasien lain, berjalan masuk bertepatan dengan indikator yang menjadi garis lurus semua.

"Semua orang sudah melakukan yang terbaik. Cha Li, umumkan waktu kematian."

"Waktu kematian jam 3 sore lewat 31 menit."

"Cha Li, Ji Hoo, kalian urus jenazah. Jungkook...."

Namun Jungkook yang melamun membuat Profesor Namjoon mengeraskan suaranya, "Jungkook!"

Saat Jungkook sudah merespon, Profesor Namjoon lalu berkata, "Ikut aku."

Di ruang sebelah, Profesor Namjoon menjelaskan tentang keadaan pasien berikutnya, lalu meminta Jungkook untuk membantunya dalam melakukan operasi.

Di tengah-tengah operasi sedang berlangsung, sempat terjadi gempa susulan, sehingga membuat operasi terhenti sebentar.

💊

Hoseok yang kebetulan hendak mencuci tangan, melihat Ji Hoo sedang melihat pantulan dirinya sendiri di cermin depan wastafel.

"Bagaimana keadaan?" Tanya Hoseok.

Namun Ji Hoo tidak menjawab, ia seperti sedang kehilangan roh.

"Ji Hoo, kamu kenapa?"

"Tadi... tadi... tadi darah itu, menyembur begitu saja. Aku... aku tidak sengaja. Aku tidak tahu akan begitu." Ji Hoo berkata dengan suara pelan sembari menangis. Ia sepertinya menyalahkan dirinya sendiri atas kematian pasien di meja operasi tadi. Padahal itu bukan salahnya.

"Ji Hoo, ini bukan salahmu, jangan terlalu dipikirkan."

"Di mana-mana semua darah... Hiks... di mana-mana semua darah."

"Ji Hoo, ini pertama kali kita semua menghadapi situasi seperti ini. Sebagai dokter, ke depannya kita juga akan sering menghadapinya. Cukup lakukan yang terbaik."

💊

Ketika Jungkook keluar dari ruang operasi, Ji Hoo menunggunya di depan dengan wajah pucat dan mata bengkak.

"Ji Hoo."

"Kook." Ji Hoo mulai menangis lagi ketika melihat Jungkook.

"Ada apa?" Tanya Jungkook.

Ji Hoo mengulurkan kedua lengannya lalu memeluk Jungkook sembari terisak-isak. "Semua salahku, semua salahku. Aku... aku tidak berguna."

Jungkook tidak jadi menjawab, karena Profesor Namjoon dan dokter Cha Li juga sudah keluar dari ruang operasi.

"Apakah sudah selesai menangis?" Tanya Profesor Namjoon. "Jika sudah, bersiap-siap kembali bekerja."

"Maaf Dokter Kepala Kim, kami juga ingin mengendalikan emosi, tetapi... mungkin belum... belum terbiasa." Sahut Jungkook.

"Memiliki emosi sangat normal, tetapi yang harus dipelajari adalah membiarkan emosi cepat berlalu. Di saat seperti ini, emosi tidak bisa membantu apa-apa. Mengerti?" Ujar Profesor Namjoon.

"Mengerti." Sahut Jungkook.

"Kalian cepat pergi makan, ada pasien yang akan segera datang lagi."

Jungkook dan Ji Hoo yang masih mematung di tempat mereka, membuat Profesor Namjoon membentak mereka, "Pergi makan!!"

Dokter Cha Li mendorong keduanya supaya pergi dari sana.

💊

Malam harinya, Jungkook dan Ji Hoo dengan tatapan mata kosong, sama-sama merebahkan kepala mereka di atas meja, di tenda istirahat tenaga medis.

Keduanya masih mengangkat kepala mereka saat Profesor Namjoon masuk.

"Dokter Kepala Kim." Sapa Jungkook.

"Masih bersedih?"

Keduanya tidak ada yang menjawab.

Profesor Namjoon lalu menarik kursi dan duduk. "Begitu tiba-tiba, membuat kalian menghadapi kejadian seperti ini, dampaknya pasti sangat besar. Saat menghadapi bencana alam, merasa diri sendiri tidak berdaya. Sebagai dokter, apa rasa tidak berdaya yang terbesar? Ketika kau sadar telah mempelajari banyak hal, tetapi pada akhirnya, tidak bisa melawan satu hal yang disebut takdir. Aku pernah merasakannya, aku sangat mengerti. Tetapi meski begitu, kita tidak boleh tunduk pada perasaan tidak berdaya itu, tidak boleh. Takdir memberimu satu tamparan, kau coba membalas dengan satu pukulan, terus melawannya seperti itu.Perlahan-lahan mungkin suatu saat, dia akan berhenti, tidak mempersulit kalian lagi. Hanya sesederhana ini caranya. Sangat mudah. Kita semua, kenapa bekerja begitu keras? Demi memenuhi nilai seorang dokter. Membantu pasien-pasien yang tertimpa bencana dan kesulitan, bersama-sama bernegosiasi dengan takdir, tidak mati hanya dengan sekali pukul, sekuat tenaga merebut para pasien itu kembali dari tangan perenggut nyawa."

Seorang perawat masuk dengan tergesa-gesa dan memanggil dokter ortopedi yang juga sedang beristirahat di sana.

Profesor Namjoon berdiri seraya berkata, "Sudah lihat? Semua orang sibuk, tidak ada waktu untuk bersedih."

Ketika sudah hampir mencapai pintu keluar, Profesor Namjoon berbalik lagi dan meletakkan dua batang cokelat di atas meja. "Oh ya, beri kalian sedikit kehangatan. Saat tidak sempat makan, kunyahlah ini untuk mengganjal perut."

Setelah tinggal berdua saja, Jungkook membuka cokelat tersebut lalu menyuapkan ke mulut Ji Hoo. Kemudian ia juga memakan bagiannya. "Setelah memakan ini, mari kita pergi menolong lebih banyak orang lagi. "

Ji Hoo mengangguk.

"Hwaiting!"

"Hwaiting!"




🌬
🌬
🌬
🌬
🌬
🌬

T B C

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Jangan lupa votenya 🙏. Borahae🫰💜

Terima kasih sudah membaca buku
ini, yeorobun 🫶

**Semua properti foto bukan milik author. Credit kembali kepada pemilik foto.**

💜💜💜💜💜💜💜

Continue Reading

You'll Also Like

63.3K 4.9K 52
鈼 2020 鈼 馃敒 鈼 漏 pootaebee 鈼 BxB " Lo sama dia tuh polar opposites. Kecepatan mulut dia ngalahin kecepatan cahaya. Lo? Mulut lo lebih cepet bekep bibi...
81K 7.5K 11
Main Cast: [KOOKMIN/JIKOOK] Jeon Jungkook, Park Jimin Additional Cast: Jeon Family, Park Family, Kim Taehyung, Kim Seokjin, Kim Namjoon, Jung Hoseok...
57.6K 5.2K 35
Bagaimana jika Jungkook yang random dan gak jelas kelakuannya ketemu dengan Seokjin yang serius?..... #Jinkook #BXB
29K 2.4K 33
"Sabarlah sedikit Jin hyung, biarkan Taehyung lebih terbuka padamu, dia pasti bisa melewati semua ini." . . . "Hyung, jangan tinggalkan aku juga ya?"...