Hari demi hari berlalu, hari ini adalah hari Selasa dan hari Sabtu Zena akan memulai status barunya.
Setelah dua hari tidak masuk sekolah, Nara menuntut penjelasan pada Zena. Tetapi Zena hanya beralasan bahwa ada acara dirumahnya.
Zena belum siap untuk berkata yang sebenarnya pada Nara, dia harus menyiapkan hati dan pikiran. Terhitung empat hari lagi Zena akan menikah, Zena sedang mencari waktu yang pas untuk berbicara dengan Nara. Ia ingin sahabatnya datang saat ia menikah nanti.
Saat ini, mereka berada dikelas mendengarkan pak guru sejarah yang sedang menjelaskan melalu LCD. Nara sangat mengantuk, daripada mendengarkan pak guru yang selalu mengungkit masa lalu, lebih baik dia membaca novel yang baru dibelinya kemarin.
Nara mengambil buku paket sejarahnya dari dalam tas dan membukanya, Zena yang melihat itu tersenyum ternyata Nara sudah menyukai sejarah, karena Nara memang tidak suka sejarah dari SMP.
Tapi senyum Zena luntur saat Nara juga mengambil novel dari lacinya dan juga membukanya. Buku paket tadi dia sangga dengan botol minum supaya bisa berdiri dan didepannya terdapat novel yang terbuka lebar.
Zena sedikit melebarkan matanya, tidak menyangka sahabatnya sepintar itu mengecoh kan guru.
"Nara jangan gitu, nanti kalo ketauan kamu dihukum lho," peringat Zena pada Nara.
Guru sejarah ini juga merupakan guru sejarah terkiller disekolah nya. Jika membuat gaduh maka akan dihukum, apalagi tidak mengerjakan PR hukumannya lebih berat.
"Silahkan dicermati nanti kita tanya jawab, yang bisa menjawab akan saya beri poin!"
Nara tidak menggubris perkataan itu, dia sibuk membaca novel karena sudah memulai puncak konflik.
Berbeda dengan Zena dia memperhatikan layar LCD dan menghafalkan kalimat yang tertera dalam layar tersebut. Tiba-tiba layar LCD mati, dan Pak guru memulai pertanyaan untuk dijawab siswanya. Beberapa siswa mendesah kecewa karena belum menghafalkan semuanya.
Zena berhasil menjawab dua pertanyaan dari pak guru, setelah itu pak guru melanjutkan materinya. Guru tersebut tidak sengaja menangkap Nara yang sedang sibuk membaca sendiri.
"Nara silahkan baca lanjutan dari yang dibaca Ziko tadi!" Perintah pak guru.
Nara gelagapan karena dia tidak tau sampai mana, dia menoleh pada Zena dan Zena sudah mengode Nara paragraf kedua. Tapi Nara membaca kalimat kedua dari paragraf kedua, pak guru menggeleng pelan atas tindakan Nara.
"Kamu baca apa Nara, bukankah kamu membaca buku paket sejarah?" Tanya pak guru.
"Ah, iya pak tapi berbeda dengan materi di situ," alibi Nara. Sudah dipastikan dia akan mendapatkan hukuman.
"Lalu kamu membaca apa jelaskan apa yang kamu baca tadi!"
Bagaimana ini Nara tidak bisa menjelaskan karena dia membaca sebuah konflik cerita bukan sejarah, Nara menghela nafas pasrah dia akan jujur.
"Maaf Pak, tadi saya tidak memperhatikan bapak," ucapnya lirih.
"Untuk apa kamu di kelas saya jika tidak memperhatikan lebih baik kamu keluar dan jalankan hukumanmu!" Perintah pak guru.
"Apa Pak?" Tanya Nara hati-hati.
"Kamu memilih menulis sejarah presiden Indonesia atau hormat bendera sampai jam istirahat?"
Nara melihat jam dinding di kelasnya ternyata istirahat 20 menit lagi, lebih baik dia hormat bendera karena menulis juga membutuhkan tenaga. Setelah itu Nara keluar dan menjalankan hukumannya.
***
Sedangkan di depan gerbang terdapat seorang siswa yang baru sampai di sekolahnya. Dia terlambat bangun dan di tengah perjalanan ban motornya bocor. sungguh malang nasib dia hari ini membuatnya dia tidak mood untuk mengikuti pelajaran.
Awalnya dia ingin membolos tetapi dia ingat hari ini Leo akan menjelaskan sesuatu. Ya, dia adalah Raka sahabat Leo.
"Kenapa telat Raka?" Tanya guru piket.
"Tadi Ban motor saya bocor Bu," Raka menjawab jujur tapi tidak dengan terlambat bangunnya.
"Haaah~" guru itu menghela nafas panjang.
"Kamu harus tetap dihukum Raka, kamu meninggalkan dua jam pertama."
Raka hanya pasrah saja, dia akan menerima daripada harus masuk BP dan membuat malu kedua orangtuanya.
"Hormat bendera selama 30 menit!"
Raka menganga, hari ini sangat panas. Bisa pingsan dirinya nanti, apalagi jika diketahui oleh Leo, pasti dia akan mengejeknya.
Walaupun dengan perasaan kesal Raka tetap menjalankan hukumannya. Raka berjalan dari gerbang utama menuju lapangan utama, sampai dilobi Raka memicingkan matanya melihat seorang gadis juga melakukan hal yang sama.
Raka bersyukur setidaknya dia memiliki teman untuk menjalankan hukumannya.
"Males banget gue!"
Nara yang sedang sibuk hormat bendera dengan pikiran yang memikirkan konflik cerita yang dia baca tadi, dia ingin cepat cepat selesai dan melanjutkan membacanya.
Sampai seseorang tiba-tiba berada di sampingnya dan Nara menoleh mendapati senior kelas 12 melakukan hal yang sama dengannya.
"Kakak kenapa?" Tanya Nara.
"Dihukum."
"Ck!"
Nara berdecak sebal dia tahu jika kakak kelasnya ini dihukum, "Maksudnya kenapa dihukum?"
"Telat."
"Cuek amat sih jadi orang," guman Nara yang masih bisa didengar Raka.
Raka melirik sekilas gadis di sampingnya yang hanya sebatas bahu nya, "Lo sendiri kenapa?"
"Dihukum."
Raka menoleh cepat kearah Nara ternyata dia balas dendam dengan menjawab seadanya. Raka terpaku dengan cantiknya Nara, rambut lurus sebahu dengan poni menutupi dahinya dan raut wajah yang menggemaskan serta bibir mungil itu membuat Raka enggan mengalihkan pandangannya.
Nara yang merasa diperhatikan menoleh kearah Raka dan Raka dibuat gelagapan karena sudah tertangkap basah sedang memperhatikan Nara.
"Iya Kak, gue tahu gue cantik ga usah segitunya kali!" Sinis Nara.
"Pd amat lo!"
'Ya emang cantik sih,' batin Raka.
Raka teringat sesuatu, gadis disampingnya adalah gadis yang dijemput oleh om-om waktu itu. Raka kembali menoleh menatap Nara, dan Nara juga ikut menoleh. Raka meneliti wajah Nara, dan yao benar dia adalah gadis itu. Nara mengernyit kenapa seniornya ini memandangi dirinya sampai segitunya. Karena sudah penasaran, Raka mengeluarkan suara.
"Lo yang dijemput om-om itukan?"
Nara semakin mengernyit, dirinya dijemput om-om? Tidak semudah itu Ferguso. Dia kira Nara ini apa, sebelum om-om menyentuhnya, sudah dipatahkan dulu tangannya.
"Siapa?"
"Lo."
Nara mencoba mengingat, dan ternyata Raka salah mengira. Waktu itu Nara dijemput pak Agung, supir pribadinya.
"Ohh waktu itu, itu tuh supir gue. Karena mobil gue bocor, pak Agung minjem motor mas bengkelnya buat jemput gue. Gitu, ya emang dia om-om, tapi kan itu supir gue," jelas Nara sedikit sewot.
Mendengar penjelasan Nara membuat Raka sedikit lega, Nara bukanlah gadis nakal.
"Oh."
Nara menoleh cepat dan sedikit membuka mulutnya, jawaban Raka benar-benar tak terduga. Tau gitu dia tidak menjelaskannya. Raka diam-diam menahan tawanya, Raka akui dirinya mulai tertarik pada gadis imut disampingnya ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Accidental' (END)
Teen FictionFollow dan beri vote nya! "Ekhem! Bagaimana kelanjutannya?" Tanya Reza kepada pihak keluarga Leo "Sesuai kedatangan ku kemari Reza, putraku akan bertanggung jawab," jawab Bram dengan yakin Leo terus saja mencuri pandang pada Zena yang menundukkan ke...