Leo menatap Raka kesal, dia kira ini adalah berita penting. Tapi ternyata Raka hanya memberitahu tentang jadiannya dengan Renna. Tapi Raka juga membahas sedikit mengenai perusahaan, Leo tidak begitu menyesal datang kesini.
Rasanya Leo ingin cepat pulang bertemu dengan istrinya, setelah merasakan cinta pada Zena, Leo sangat posesif dan selalu ingin bersama Zena. Zena juga sudah mencintai Leo setelah mereka sah. Zena mencintai Leo lebih dulu, sampai saat itu Leo mengungkapkan bahwa ia sudah mulai mencintai Zena, mengungkapkan dengan first kiss mereka.
"Apalagi?" Tanya Leo saat Raka sudah diam.
"Ga ada," jawab Raka.
Leo bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu utama rumah Raka. Raka mengantarkan Leo didepan teras dan Leo melaju meninggalkan rumah mewah Raka.
Saat diperjalanan, Leo mampir ke Alfamart untuk membeli beberapa titipan Zena. Saat ingin keluar dari mobil, ponselnya berbunyi dengan nada yang berbeda dari lainnya. Ya, Leo memasang nada berbeda untuk pesan dari Zena. Terdengar alay mungkin, tapi itulah Leo saat bucin.
Triring
Wife
Kak, beliin Zena pembalut ya. Pliss:)Leo membulatkan matanya, astaga bagaimana cara dia membelinya, dia saja tidak tau yang mana. Leo juga harus menahan malu nanti, tapi untuk Zena apapun itu akan dilakukan.
Me
Mau yang gimana sayang? Kirim fotonya aja.Leo memilih jalan aman yaitu meminta fotonya dan nanti dirinya tidak harus bersusah-susah.
Wife
Picture
Makasih sayang.Leo sangat senang Zena memanggil nya dengan sebutan sayang untuk pertama kalinya, walaupun didalam chat. Leo segera turun dari mobil memasuki Alfamart. Leo melihat karyawati yang sedang menata beberapa barang, ia menghampirinya.
"Mbak," panggil Leo membuat karyawan bername tag Risa itu menoleh.
"Ada apa mas?"
"Mbak tolong carikan ini terus dimasukkan ke sini ya mbak," Leo memperlihatkan foto yang dikirim Zena dan memberikan keranjang pada Risa.
Risa tersenyum ramah dan menahan tawanya ternyata ada cowo sebaik Leo yang mau membelikan barang khusus cewe. Risa mengangguk dan meraih keranjang Leo, tapi baru satu langkah Risa berbalik lagi.
"Eh mas, mau berapa?" Leo yang ingin mengambil keranjang lagi untuk membeli beberapa snack menoleh ke belakang.
"Emm, biasanya butuh berapa mbak? Saya ga tau," ucap Leo menggaruk tengkuknya.
"Oh ya mas, nanti saya ambilkan dua," Risa kembali menuju rak berisikan berbagai pembalut.
Sedangkan Leo mengambil banyak Snack untuk stok diapartemen. Risa yang sudah selesai mengambil menghampiri Leo, Leo masih sibuk memilih beberapa roti.
"Mas sudah," Risa berdiri disamping Leo, Leo menoleh menatap keranjangnya yang berisikan pesanan Zena.
"Bentar mbak, bawakan ke kasir juga ya mbak," Risa menurut dan mengikuti Leo di belakangnya.
Karyawan yang bertugas dikasir bingung saat tersisa pembalut saja, karyawan itu menatap Leo dan Leo juga menatapnya. Mereka sama-sama bingung, tapi Leo sadar mbaknya sedang bingung.
"Iya mbak, itu juga," ucap Leo dan mbaknya tersenyum.
"Totalnya Rp 256.500 mas," Leo memberikan tiga lembar uang seratusan.
Setalah itu, Leo menuju apartemennya. Dia tidak sabar ingin mendengar Zena memanggilnya dengan sebutan sayang secara langsung. Sedangkan Zena dikamar nya menahan sakit, dia mengambil selendang untuk menali perutnya, mungkin dengan itu akan mengurangi sakitnya.
"Assalamualaikum, sayang!"
Tidak ada jawaban, Leo menaruh belanjanya dimeja ruang TV dan menuju kamarnya.
"Sa-kamu kenapa Zen?" Leo panik melihat Zena dengan keadaan sujud diatas kasur, dengan seperti itu membuat perut Zena lebih mending.
"Bentar kak, cuma sakit dikit," Zena sudah biasa dengan sakitnya, jadi ia tidak mau membuat Leo khawatir.
"Terus gimana? Mau makan minum atau apa gitu biar ga sakit?" Leo menjadi panik sendiri, wajah Leo mengintip wajah Zena yang tenggelam ditangannya.
"Gapapa kak, udah mendingan," Zena duduk melihat Leo yang sangat khawatir.
Zena tersenyum, Leo duduk disebelah Zena dan memeluknya.
"Beneran?"
Zena mengangguk dalam pelukan Leo, "Pesenan Zena ada kak?"
"Ada tuh," tunjuk Leo dengan dagunya.
Leo teringat sesuatu, "Eh tadi ada yang manggil aku sayang dichat loh Zen, tapi ga berani manggil langsung," ucap Leo tiba-tiba dengan nada yang berpura-pura berpikir.
Zena mengernyit dan teringat dirinya yang mengirimkan pesan itu, Zena tersenyum malu.
"Cepet panggil aku kaya dichat sekarang," perintah Leo.
Zena menggeleng cepat, rasanya geli saja karena belum terbiasa. Leo menekuk wajahnya membuat Zena tidak tega.
"Sayang," ucap Zena cepat membuat Leo menoleh cepat kearah Zena.
"Apa apa? Ga denger tadi," Leo berpura-pura tidak dengar dan mendekatkan telinganya.
"Ih udah kak, bentar aku mau ke kamar mandi," Zena turun dari kasurnya.
"Mau ngapain lagi sih? Nyaman banget disana," cibir Leo.
Zena tidak menanggapi ucapan Leo, dia membawa barangnya tadi kedalam kamar mandi. Leo menjadi mengantuk dan memejamkan matanya hingga mencapai alam mimpi.
***
Hari demi hari berlalu, Zena mengikuti pelajaran seperti biasanya dan Leo mulai bekerja dikantor. Zena benar-benar harus bisa memanage waktu untuk sekolah dan juga mengurus rumah tangganya.
Tapi semua itu tidak membuat nilai Zena menurun, Zena selalu saja memenangkan olimpiade seperti saat ini. Zena mengikuti olimpiade terakhir karena dirinya sudah kelas 12 yang hanya akan fokus terhadap ujian-ujian.
Pernikahannya dengan Leo juga sudah berjalan selama 6 bulan, tapi mereka sama sekali belum pernah melakukan sebagaimana suami istri pada umumnya. Zena dan Leo sudah membicarakan hal ini sebelumnya, dan Leo akan menunggu sampai Zena siap, setidaknya sampai Zena lulus SMA.
"Terimakasih ya Zena, kamu selalu membanggakan SMA Angkasa. Ibu harap semua ilmu yang kamu dapatkan bisa bermanfaat diluar sana," ucap ibu guru selayaknya kepala sekolah.
"Terimakasih kembali Bu, jika tidak karena bapak ibu guru, saya juga tidak bisa sampai disini," jawab Zena dengan sopan.
Saat ini keduanya sedang diruang kepala sekolah, ada sesuatu penting yang akan dibicarakan.
"Karena kamu selalu menang dalam olimpiade, ibu kemarin ada panggilan bahwa salah satu siswa SMA Angkasa bernama Aldiva Zena Arga mendapat beasiswa full kuliah di Amerika. Jadi, bagaimana denganmu Zena? Ibu berharap kamu menerimanya, karena ini hal yang langka," Zena tidak menampilkan ekspresi apapun.
Disaat semua orang akan bahagia mendapatkan beasiswa tapi tidak dengan Zena, sekarang dirinya sudah memiliki suami dan apapun keputusannya harus disertai persetujuan dari Leo.
"Zena, bagaimana?" Tanya kepala sekolah karena Zena hanya diam.
"Emm, apakah saya boleh bicara dengan kedua orang tua saya terlebih dahulu Bu?" Tanya Zena, dia harus memikirkan lagi.
"Kenapa Zena? Tidak mungkin ada orang tua yang menolak anaknya mendapatkan beasiswa Zen. Tapi jika itu keputusan mu, ibu akan memberikan waktu sampai besok, besok silahkan kamu temui ibu disini ya," jelas kepala sekolah dan Zena mengangguk paham.
"Terimakasih Bu, saya permisi," Zena keluar dari ruangan itu menuju kelasnya, dia harus bercerita dengan Nara terlebih dahulu. Meminta pendapat ataupun saran dari Nara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Accidental' (END)
Teen FictionFollow dan beri vote nya! "Ekhem! Bagaimana kelanjutannya?" Tanya Reza kepada pihak keluarga Leo "Sesuai kedatangan ku kemari Reza, putraku akan bertanggung jawab," jawab Bram dengan yakin Leo terus saja mencuri pandang pada Zena yang menundukkan ke...