Karena terlalu lelah, Raka tertidur pulas ditaksi tadi. Raka terbangun karena jalan yang dilalui cukup terjal jadi Raka terguncang. Ia membuka matanya dan bingung dengan jalan yang saat ini dilaluinya. Disamping banyak pepohonan tetapi pohon yang dirawat. Raka menatap sopir tadi yang masih setia diam fokus menyetir.
"Pak kenapa kesini?" Raka masih berusaha tenang walaupun hatinya was-was.
Ini bukan jalan menuju alamat rumahnya, sopir itu hanya diam tidak berniat menjawab pertanyaannya. Raka kesal bercampur takut, bagaimana jika dirinya diculik?
"Pak!" Raka memanggilnya lagi tapi tidak ada jawaban, karena kesal Raka menepuk pundak sopir itu tapi sopir itu tetap tenang pada posisinya.
"Budeg apa gimana sih?" Raka berguman pelan tapi masih didengar jelas oleh sopir itu.
"Pak jangan main-main sama saya ya, saya bisa laporkan bapak ke polisi," Raka menatap jalanan disampingnya yang bertambah menyeramkan, pepohonan yang tadinya terawat bersih sekarang berubah menjadi hutan lebat yang banyak rumput liar.
Raka menyalakan ponselnya dan memanggil seseorang, "Ayo, Le angkat," ya, Raka menghubungi Leo tapi hanya berdering.
Panggilan kedua yang tadinya ringing menjadi calling, arghhh, Raka sudah takut saat ini. Raka mencoba menghubungi siapa saja tapi nihil, semuanya memanggil dan tidak diangkat.
"PAK BERHENTI!" Raka sudah kehabisan kesabaran berani membentak sopir itu, tapi sopir itu hanya diam walaupun sebenernya kaget juga.
Raka menarik tangan sopir itu membuatnya kewalahan untuk mengendalikan mobilnya.
"DIAM ATAU KITA KECELAKAAN?!" Ucap sopir itu tak kalah keras dari bentakan Raka tadi membuat Raka juga kaget.
Raka menelan ludahnya susah payah, ia mencoba membuka pintu mobil tapi dikunci. Raka baru sadar jika orang yang memasukkan kopernya ke bagasi dan yang sedang menyetir saat ini berbeda.
"Lo siapa sih bangsat?!" Raka sudah sangat lelah.
Raka berusaha mendobrak pintu disebelahnya tapi kecepatan mobil itu bertambah sampai melebihi rata-rata. Raka sangat takut, ia belum siap untuk mati sebelum bisa merasakan keharmonisan berumah tangga.
Raka hanya pasrah saja saat ini, ingin melawan tapi dirinya masih sayang nyawa. Setelah beberapa saat mobil itu berhenti disebuah gedung yang sangat besar. Tetapi terlihat menyeramkan karena rerumputan yang banyak disekelilingnya.
Sopir tadi keluar dari mobil begitu saja, saat Raka ingin keluar juga, pintu mobil itu dikunci lagi. Raka hanya bisa berteriak sekeras mungkin dari dalam mobil. Ia mencoba menghubungi siapapun tapi tidak ada sinyal lagi disini.
"Brisik banget dia, pusing gue," ucap seorang pria yang tadi menyetir taksi.
"Mungkin takut," jawab seseorang lagi.
Mereka saat ini berkumpul disebuah ruangan untuk melihat tindakan Raka selanjutnya. Jika nanti Raka tidak melakukan apapun, maka mereka yang akan bertindak.
Didalam taksi tadi sudah dipasang kamera kecil, jadi mereka bisa melihat apa yang dilakukan Raka. Raka terlihat frustasi, dia masih belum melakukan apapun. Seorang gadis yang melihat itu tampak khawatir.
"Gue kasian, udah aja ayo," ucap gadis itu pada teman-temannya.
"Udah biarin, sekali-kali lah kerjain dikit," jawab Fariz.
Yap! Mereka semua adalah Leo, Fariz, Zena dan Renna. Mereka yang sudah merencanakan penculikan berencana itu. Mereka akan memberikan sebuah kejutan pada Raka, kita tunggu saja.
"Dia tadi berisik banget anjir, panas kuping gue. Tapi nahan tawa juga sih, takut banget kayanya," ucap Fariz membuat semuanya tertawa kecuali Renna yang sudah khawatir.

KAMU SEDANG MEMBACA
Accidental' (END)
Teen FictionFollow dan beri vote nya! "Ekhem! Bagaimana kelanjutannya?" Tanya Reza kepada pihak keluarga Leo "Sesuai kedatangan ku kemari Reza, putraku akan bertanggung jawab," jawab Bram dengan yakin Leo terus saja mencuri pandang pada Zena yang menundukkan ke...