抖阴社区

22. Cinta dalam diam

4.4K 264 2
                                        

"Nara!" Nara yang sedang berjalan dikoridor setelah membeli minuman dari kantin menoleh ke belakang terdapat Zena yang berlari kecil.

"Apa Zen?"

"Aku dapet beasiswa Ra," ucap Zena tanpa memancarkan bahagia sedikitpun membuat Nara bingung.

"Ya bagus dong, terus kenapa lo sedih?" Tanya Nara bingung.

Zena menghela nafas, "Kan aku udah ada kak Leo, Ra. Aku ga bisa," Zena menunduk.

"Apa aku ga terima aja ya beasiswa itu?" Nara melototkan matanya, semua orang mempunyai mimpi untuk pintar dan mendapatkan beasiswa, tapi Zena malah menolaknya? Gila, benar-benar gila.

"Ga, ga boleh. Lo harus bicarain dulu sama Leo," Nara akan tetap mendukung apapun keputusannya.

Zena mengangguk pasrah, dia harus benar-benar memikirkannya dengan matang. Tinggal 5 bulan lagi dirinya akan lulus, memang tidak terasa masa kelas 12 nya secepat ini.

***

"Assalamualaikum," sepi. Tidak ada yang menjawab salam Zena karena Leo masih dikantornya.

Zena menuju kamarnya membersihkan diri, kemudian Zena duduk didepan TV melihat jam dinding yang masih menunjukkan pukul 03.00 sedangkan Leo pulang pukul 04.00.

Zena menghela nafas bosan, ia berjalan menuju dapur untuk memasak supaya nanti Leo pulang sudah ada makanan yang siap dimakan.

Satu jam berlalu dan sekarang Zena kelelahan karena setelah masak tadi dia melanjutkan membereskan apartemen nya. Zena duduk disofa mengipasi dirinya dengan majalah, AC diruangan itu tidak berasa karena Zena benar-benar gerah.

Clek

"Assalamualaikum!" Sapa Leo
Zena menoleh ke pintu, ia bangkit dari duduknya menyalimi Leo.

"Waalaikumsalam," Zena menoleh ke pintu, ia bangkit dari duduknya menyalimi Leo.

Leo mencium kening Zena, kebiasaan saat Leo pulang maupun akan pergi.

"Habis ngapain kamu?" Tanya Leo karena Zena terlihat sangat gerah.

"Bersih-bersih Kak," Zena dan Leo menuju kamar, Leo membersihkan diri sebelum nanti makan.

Zena menyiapkan makanan terlebih dahulu, pasti Leo sudah lapar. Zena memasak rendang daging dan gorengan juga salad sayur.

"Kamu mandi dulu aja Zen, nanti makannya kalo udah bersih biar enak," ucap Leo yang masih mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

Zena mengangguk, tapi Zena berjalan mendekati Leo untuk mengambil handuknya dan merapikan rambut Leo. Leo memandang Zena dalam, istrinya ini sangat cantik. Leo mulai mendekatkan wajahnya tapi Zena menjauh membuat Leo kesal.

"Zena belum mandi kak," ucap Zena, Leo menekuk wajahnya.

Tiba-tiba Zena mencium pipi Leo secara kilat, lalu dia lari terbirit-birit menuju kamar mandi dan menutupnya. Leo terdiam dan menoleh saat pintu kamar mandi tertutup. Zena selalu saja seperti itu, masih malu-malu. Leo tersadar Zena tidak membawa handuknya ke kamar mandi, karena handuk itu masih tersampir ditempat handuk. Pikiran jahil Leo terpanggil, Leo tersenyum miring dan mengambil handuk Zena. Leo duduk disofa kamar, nanti pasti Zena akan berteriak.

Beberapa saat kemudian, suara Zena dari dalam kamar mandi terdengar, "Kak Leo! Bantu Zena!" Teriak Zena sedikit keras karena Zena kira Leo berada diluar. Tidak ada suara sedikitpun dikamar mereka.

Zena menyembulkan kepalanya dibalik pintu, Leo ternyata masih duduk dengan laptop dipangkuannya dan headset yang bertengger di telinganya. Zena berdecak sebal karena handuknya dikalungkan dileher Leo. Astaga, dia sampai lupa tidak membawanya karena menghindari amukan Leo tadi.

Accidental' (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang