抖阴社区

11. Kembali Lagi ?

2K 167 33
                                        

Votemen disilahkeeuunn...

#happy reading

*

*

*

*

Banyak yang bilang angin malam itu tidak baik, angin malam itu bisa membawa penyakit. Namun, siapa sangka angin malam kali ini malah merekatkan pelukan anak dan ayah yang hubungannya hampir setahun ini renggang.

#Mari kita beralih ke beberapa jam yang lalu ......

"Seharusnya itu tanya sama diri papa sendiri, selama ini papa kemana. Selama ini setiap Bian buat masalah papa ada gak nasehatin Bian lagi. Selama ini papa ada gak kalo Bian lagi kesulitan belajar. Semenjak Bian SMP papa udah gak pernah ada buat Bian. Papa selalu sibuk dengan kertas-kertas papa itu. Papa bukan lagi papa Bian yang selalu ada untuk Bian. Papa bilang buat Bian jangan tinggalin papa tapi papa yang tinggalin Bian. Bian benci itu pa, Bian benci"

"Nak" gumam Vandesh yang sekarang sedang dilanda rasa bersalah dan penyesalan. Vandesh tak kuasa mendengar untaian kata yang anaknya utarakan dengan air mata yang terbendung di mata bulatnya.

"Bian mau papa yang dulu gak mau yang papa sekarang, Bian kangen papa yang dulu" Bian menundukkan pandangannya sambil menggigit kuat-kuat bibir bawahnya untuk menahan isakannya.

Vandesh melangkah satu-satu mendekati sang anak, dia rengkuh tubuh mungil anaknya itu dengan erat walau sang putra berusaha memberontak.

"Lepas .. lepas Bian bilang .. Bian gak mau sama papa lagi .. Bian benci" gumam Bian sesegukan sambil terus memberontak dari pelukan sang papa, namun karena tenaga papanya lebih besar alhasil dia menyerah dan menerima pelukan hangat sang papa yang selama ini ia rindukan. Bian menenggelamkan wajahnya di ceruk leher sang ayah, tangannya mencengkram kemeja belakang ayahnya isyarat untuk ayahnya tidak boleh kemana-mana.

"Jangan tinggalin Bian papa, Bian butuh papa" jika biasanya Vandesh yang merengek untuk Bian tidak meninggalkannya sekarang, Bian yang merengek agar Vandesh jangan meninggalkannya.

Namun hingga detik ini Vandesh belum mengeluarkan satu kata pun, lidahnya keluh, nafasnya tercekat dia benar-benar tak menyangka satu tahun belakangan ini dia menumpuk rasa sakit untuk sang putra. Dia hanya bisa memeluk erat anaknya meluapkan rasa bersalah yang berkecamuk dan rasa rindu yang membludak.

Setelah bermenit-menit Vandesh dan Bian berpelukan sambil menangis ria,  disinilah mereka sekarang ditaman belakang rumah mereka sambil menatap langit malam yang sungguh cerah di penuhi bintang-bintang dan cahaya bulan. Angin malam pun berhembus bergantian membuat pelukan Bian semakin mengerat kepada sang papa.

Sudah hampir 1 jam mereka menikmati suasana ini dan hanya di temani keheningan hingga terdengar suara jangkrik sebagai backsoundnya, hanya saling berpelukan dan sesekali Vandesh mengecup pelipis Bian yang sejak dulu menjadi candu untuknya. Bian pun juga terus memeluk sang ayah dan sesekali mendusalkan wajahnya di dada sang papa karena merasa geli saat angin menerpa wajah dan rambutnya.

Walaupun hanya keheningan yang menyelimuti, namun kehangatan yang saling mereka salurkan tidak berkurang sedikitpun. Tiba-tiba Vandesh menjauhkan tubuh Bian dan melepaskan pelukannya saat mengingat sesuatu, Bian yang merasakan itu pun hanya menatap papanya dengan tatapan bingung.

"Coba buka mulutnya" titah sang papa dan langsung di turuti oleh Bian.

Vandesh mendesah pelan saat mendapati sariawan disisi bibir dalam sebelah kiri bawah dan bagian pipi dalam sebelah kanan sang putra. Vandesh menyadari sesuatu selama ini dia sangat tidak memperhatikan kesehatan sang putra padahal dia tahu anaknya ini rentan terkena gangguan di bagian mulutnya.

Bian VS Papa ??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang