抖阴社区

Bab 1 ?

20.2K 487 15
                                        

Satu-satunya sumber penerangan yang dibiarkan menyala di ruangan itu adalah ring light yang biasa Brian gunakan untuk membuat konten. Ben sengaja tidak menyalakan lampu utama karena merasa malu pada dinding yang selama ini menjadi saksi bisu keberadaan dirinya di kamar kos sahabatnya.

Sarapan, makan siang, mengerjakan tugas, karaoke bahkan menciptakan dosa dengan menonton video tak senonoh diakhiri dengan melepaskan kebutuhannya seorang diri. Brian tak pernah marah, lelaki itu bahkan dengan senang hati menyiapkan semua kebutuhan Ben di kamar berukuran empat kali dua setengah meter ini. Kecuali saat Ben melakukan 'itu' Brian hanya akan melemparkan tisu lalu keluar untuk merokok.

Ben terlanjur nyaman dan betah di kamar ini, selain bersih, aroma bunga pada kain sprei seperti zat adiktif yang selalu diburu para pecandu.

Dari luar terdengar langkah kaki, rasanya seirama dengan degup jantungnya yang menggila. Ben lantas berdiri menyambut Brian dengan cara yang berbeda.

"Njirr, ngapain gelap-gelapan?" Tangan kurus Brian terulur pada kotak persegi di dinding yang tetap bisu, sebelum menekan tombolnya, Ben berhasil meraih tangan itu dan meremasnya.

"Ngapain sih, Sat, lepas anjir gelap gue mau ganti baju."

Pandangan Ben terus menggelap dia mendorong Brian sampai punggungnya menyentuh dinding. Lelaki itu mengaduh manakala betisnya terbentur sudut meja, tetapi Ben sama sekali tidak peduli.

Wajahnya yang frustasi lantas mendekat, menghidu dengan jelas aroma tembakau dari embus napas Brian.

Ben sempat mengecap manisnya bibir itu sekilas sampai akhirnya mati rasa karena satu pukulan menyebabkan rasa sakit yang mendominasi.

"Bangsat, lo! Kesurupan, Lo?" terengah Brian membungkuk mengangkangi Ben yang terdorong ke lantai. Napasnya terengah, tangannya terkepal siap untuk meluncurkan pukulan selanjutnya.

"Sejak kapan?"

Tangan yang hampir menyentuh pipi Ben dengan pukulan kontan berhenti. Mata Brian menyipit, penuh dengan pertanyaan.

"Jawab gue, sejak kapan anjing!"

"Lo ngomong apa?" Brian mulai kebingungan, dia bangkit dan duduk di sisi tubuh Ben yang setengah duduk bentumpu pada sikutnya.

Ben meraih kerah baju Brian, menariknya dan kembali melumat bibir yang belum dia sesap sampai puas.

Lelaki berambut agak ikal itu kembali melakukan perlawanan. Dia meronta hendak menolak perlakuan Ben, sayangnya hal itu dijadikan kesempatan oleh Ben untuk memasukkan lidahnya. Memberikan rasa menyengat dan kesemutan dari ujung kaki ke ujung kepala.

"Katakan sejak kapan lo suka sama gue?" Suaranya serupa bisikan, panas tubuhnya bisa Brian rasakan dari jarak sedekat ini. Brian hanya mengerjap, ada rasa senang bercampur sedih. Senang karena bibir yang selalu dia idamkan berada tepat di depan bibirnya bahkan sempat melumatnya, sedih karena dia ketahuan dengan cara yang memalukan seperti ini.

"Jawab," rintih Ben, kening mereka kini beradu kedua pasang mata itu saling tatap mengantarkan bahasa yang tak bisa mereka gapai.

"SMA." Dengan suara tercekat Brian akhirnya memberikan jawaban. Ben tersenyum sinis lalu kembali memeta wajah di hadapannya dengan intens.

Lumatan itu semakin liar, tidak hanya bibir, kini sudah menjamah rahang yang mulus tanpa rambut, lalu dia gigit kecil daun telinga Brian membuat merinding di sekujur tubuh.

Mau tidak mau, Brian mengulurkan tangan, meremas rambut Ben yang selalu lembut beraroma shampo menthol.

"Ben, stop, gue mohon hen ... tih ... Aaaaakh!" Permintaan Brian diinterupsi dengan sentuhan pada putingnya yang mencuat, bersamaan dengan itu Brian mendesah.

My Way to Find You ? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang