抖阴社区

Bab 24 (End) ?

8.1K 184 40
                                        

Ben tidak pernah seresah ini menghadapi malam. Berulang kali dia mengecek ke luar memastikan kedatangan Brian. Berulang kali mengirim pesan dan melakukan panggilan.

Mas Fajar dan Alif yang sedang main gitar sambil menyanyikan sebuah lagu bagaikan orkestra yang menjadi pengiringnya.

"Mas, Brian kabur lagi kali, ya?" celetuk Alif yang disusul dengan pukulan ringan pada lengannya.

"Jangan memperkeruh suasana, Lif. Kasian dia nanti cosplay lagi jadi patung di pinggir jalan."

"Brian janji bakalan tidur di sini malam ini tapi kok belum juga datang, Mas. Nomornya aktif tapi telepon gue gak diangkat," keluh Ben. Dia duduk bersila lalu menyeruput kopi hitam milik Mas Fajar tanpa permisi.

"Gue di sini," suara Brian dari ujung lorong bagaikan suara dari surga. Ben semringah dia langsung berdiri dan menyambut kedatangan Brian.

"Mas Fajar, Alif, ayo makan bareng," ajak Brian.

Bagi anak kos, ajakan makan gratis adalah hal yang paling membahagiakan. Alif buru-buru berlari sampai menendang gelas kopi Mas Fajar.

"Beresin gak?" sentak Mas Fajar.

"Makan dulu, Mas, biar ada tenaga. Abis makan janji deh aku beresin."

"Awas aja Lo kalau gak diberesin, gue laporin Pak Didi kalau Lo yang mecahin kaca di musola."

"Iya mas, tenang aja, yuk buruan."

Ben mengambil karpet plastik yang dia gulung dan disimpan di sudut ruangan. Mereka berempat duduk melingkar sambil membuka makanan yang dibawa Brian.

"Jir beli di hotel?" tanya Ben saat melihat packaging makanan yang bertuliskan logo hotel bintang lima yang terkenal di kota itu.

"Tadi abis makan malam sama nyokap sama bokap. Maaf gak hubungin Lo, ngedadak banget kudu ikut ketemu sama rekan kerja mereka. Tau sendiri, kalau udah ngobrol bareng gak boleh main hp."

Ben mengambil gelas dan menuangkan air putih untuk Brian.

"Minum dulu, Yang, Lo kayaknya capek banget."

"Makasih, kalian makan aja, gue udah kenyang. Gue pamit rebahan ya," pamit Brian setelah menghabiskan segelas air. Tanpa berganti pakaian Brian rebahan sambil menatap Ben dalam diam.

Sejak menjadi sahabat, tak terhitung berapa malam mereka tidur bersama, tetapi bagi Ben, malam ini adalah malam penuh emosi. Tak ada gairah di dalamnya, hanya ada sedikit rasa takut sampai-sampai lelaki itu enggan melepaskan pelukannya.

"Gerak-gerak mulu, tidur anjir udah malam."

Brian yang merasa terganggu dengan gerakan Ben yang tak beraturan, melayangkan protes.

"Bentar lagi subuh, bangun, yuk. Kita jogging," ajak Ben.

Brian berbalik lalu menopang wajahnya dengan kedua tangan, kedua siku rapat di kasur yang empuk, matanya berusaha melihat wajah Ben dalam kegelapan kamar.

"Gelap begini, gue masih bisa melihat betapa gantengnya Lo, Ben. Kadang gue iri kenapa gak bisa seganteng Lo."

Ben melambung ke udara, dia menutup wajahnya dengan satu tangan dan tertawa untuk menutupi salah tingkah yang sedang dia rasakan saat ini.

"Receh banget Lo, dipuji gitu aja udah GeEr." Brian terbahak-bahak, lalu bangun dan bersila di hadapan Ben.

"Lo suka gunung atau laut, Ben?" tanya Brian.

"Random banget sih, Yang," jawabnya tangannya mengelus-elus paha Brian yang tidak tertutup celana.

"Oh iya, Lo sukanya kota, kan? Jalan yuk, keliling kota. Lo mau ke mana?"

My Way to Find You ? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang