抖阴社区

Bab 5

5.5K 256 19
                                        

Ben harus terbiasa kala ditikam hampa, tetapi jauh di lubuk hatinya perasaan sepi tak bisa dia bunuh begitu saja. Hanya ada Brian dalam kepalanya saat dia sendiri, untuk itulah lelaki itu memilih untuk mengalihkan semua pikirannya dari lelaki yang sudah mengacaukan hidupnya.

Kendati dirinya baru sembuh, Ben memilih untuk melawan rasa sakitnya. Dia berpikir semakin lama berbaring semakin lama pula sakit itu akan terus bersarang dalam tubuhnya.

Langkah pertama yang dia lakukan adalah mengembalikan barang-barang Brian.

"Udah sehat, Ben?" tanya Mas Fajar dari arah dapur. Aroma mie instan yang sedang direbus membuat perut Ben bereaksi.

"Disehat-sehatin, Mas, banyak banget tugas gak enak juga ngerepotin temen terus."

"Jangan memaksakan kalau enggak kuat, udah sarapan, lo?"

"Nanti sarapan di jalan aja Mas," jawabnya sambil mengunci pintu kamar.

"Itu yang tempo hari dikasihkan Brian, kan?" selidik Mas Fajar. Ben mengangguk, dia memang memakai kardus yang sama untuk mengemasi seluruh barang Brian yang akan dikembalikan.

"Lo naik ojol apa pake motor sendiri?"

"Dijemput temen, Mas, gue belum siap kalo sendiri." Bersamaan dengan itu terdengar suara klakson dari luar gerbang. Ben pamitan lalu menghampiri Joey.

Ya, Joey yang menjemputnya, setelah mengerjakan tugas kelompok mereka intens bertukar kabar. Inilah salah satu pengalihan Ben dari bayang-bayang Brian yang sulit dihilangkan seperti noda getah pada pakaian putih.

"Sehat, Ben?" tanya perempuan itu dengan wajah cerah.

"Lumayan, tapi masih tremor, gak bisa bawa motor, gak apa-apa, kan gue ngerepotin?"

"Ish, Ben, santai kali. Sini kotaknya simpan di depan."

Ben meraih helm dan hendak menyimpan kotak itu di depan.

Ada lampu dan beberapa botol parfum, gimana kalo pecah? Nanti Brian sedih.

"Gak apa-apa, Joey, ini gak boleh keguncang. Gak boleh miring nanti rusak."

Dengan hati-hati Ben menyimpan kotak di bawah lalu memakai helm terlebih dahulu, seperti membawa kuning telur, Ben memperlakukan kotak itu teramat sangat teliti. Seakan khawatir terbentur sedikit saja akan rusak dan mengacaukan semuanya.

"Ke Kosan Arjuna Winata dulu, ya," ujar Ben. Joey tidak banyak tanya, inilah yang disukai Ben. Dia lumayan nyaman.

Setelah melewati beberapa tikungan dari kosan tempat dia tinggal, Ben sampai di Arjuna Winata, gedung Kos pria tempat Brian tinggal.

Dia sudah sangat terbiasa dengan situasi di kos tersebut, orang-orang di dalamnya juga tidak menaruh curiga begitu melihat Ben langsung naik ke lantai dua. Berjalan menuju kamar paling ujung.

Jantungnya berpacu cepat saat berdiri  tepat di depan pintu. Dia tidak akan menitipkan barang ini kepada orang lain, seperti Brian menitipkan barang-barangnya kepada Mas Fajar.

Sebelum dia mengetuk pintu, sang penghuni kos terlebih dahulu membuka pintunya dari dalam. Ben menahan napasnya. Jauh di lubuk hatinya, dia tidak punya muka untuk bertemu dengan Brian.

"Loh," gumam Ben saat melihat pria asing keluar dari ruangan itu.

"Cari siapa?" tanya orang itu.

"Kamu siapa, kenapa ada di kamar Brian?" Hatinya mendidih kala melihat pria asing seenaknya masuk ke kamar Brian.

"Oh, temannya Brian, saya penghuni baru kamar ini, yang saya tahu penghuni sebelumnya bernama Brian."

Ben masih berusaha melihat ke dalam merasa perkataan orang di depannya hanya dusta semata.

My Way to Find You ? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang