Pakabar wahai human human sekalian? Good good aja kan? Kalo adinda sih yes yah hehehe
Gaje? Ya beginilah. Mau ngga gaje tapi lagi mood ngegaje. Tapi pas udah ngegaje malah shy shy ujung-ujungnya
.
Oke, jangan lupa tap bintang pojok kiri bawahnya ya!
.
.Enjoy guys!
Aley menyilakan kakinya dan sudah melapisi badannya dengan selimut dan satu bantal di atas pahanya. Ia sedang diam termenung di atas ranjangnya, memikirkan akan pembicaraannya nya tadi bersama Darsaga.
*Flasback*
Ia berdehem terlebih dulu.
"Ekhem, lo dulu sedekat apa sama leysha?" Darsaga mengernyitkan keningnya.
"M-maksud gue, sedekat apa lo dulu sama gue? Bukan apa apa, gue kan waktu itu kecelakaan dan lupa beberapa kejadian tentang kehidupan lama gue."Darsaga mengangguk, lalu menatap kedua mata aley dengan tatapan dalam. Ia menerawang kebelakang, akan memori lama yang ia lakukan bersama gadis didepan nya ini.
"I don't even know how close we used to be."Aley bingung akan pernyataan yang dilontarkan Darsaga itu. Bagaimana bisa pemuda itu tak tau tentang seberapa dekat dulu dirinya dan pemuda itu? Apakah Leysha benar-benar tidak memiliki seseorang yang berarti,seseorg dipercayai dan dapat membagi kisah? Oh okelah kalo misalkan tidak ada 'pasangan' yang menyayanginya dan selalu harus melindunginya, tapi teman? Masa benar benar tidak ada sama sekali?
Jika iya memang benar begitu, tidak dapat dibayangkan seberapa kesepiannya dirinya dulu. Kesepian, selalu di sakiti, tidak sempat mendapat perhatian papanya, sendirian, tidak tau kemana akan berbagi kesedihan yang dialami, dan untuk bersenang senang? Ia yakin, Leysha asli pun tak dapat merasakannya selama hidupnya. Lalu setelah yang Aleyya rasakan sekarang didalam tubuh barunya ini, dengan identitas baru yang tersemat pada dirinya. Ia benar benar tak enak untuk berada disini dan memiliki yang ia punya saat ini. Anggota bioksik yang sudah ia anggap seperti abang abangnya, menggantikan sosok abangnya Bima. Sahabat sahabatnya, Natara Jufia dan Zeyra. Teman teman sekelas nya yang sudah mampu ia akrabkan. Dan papanya yang selalu memberikan perhatian,serta waktu bersama untuknya, dan material juga ia dapatkan pastinya. Dan orang tua Darsaga yang ia baru temui tadi, mereka memperlakukan dirinya seperti anak perempuan mereka.
Aley mendapatkan semua yang seharusnya didapatkan Leysha. Leysha yang berhak atas segala yang ia rasakan.
"Maksudnya? Lo sendiri ga tau sedekat apa lo dulu sama gue?" Tanya nya menatap kearah manik indah pemuda dihadapannya.
Pemuda tersebut balik membalas tatapan tersebut, menyelami dalam akan mata sang gadis yang beberapa waktu terakhir selalu menjadi pusat perhatiannya.
Darsaga menggeleng.
"I don't think there's a single meaningful moment recorded in my memory about you before."Aley masih menatap pemuda itu dengan tatapan bertanya.
"not just once, and not one bit?" Darsaga menggeleng, memberikan jawaban dari pertanyaan berulang tersebut."Kenapa?" Sambung Aley, Darsaga mengerutkan kening bingung, menunggu Aley melanjutkan ucapannya.
"Kenapa lo ga punya memori lama tentang kedekatan lo sama gue, barang sedikitpun? Satu moment pun? Dengan kedua orang tua kita yang sahabatan, pasti punya kemungkinan kita bakal jadi sahabatan dari kecil." Ia sangat sakit membayangkan,bahwa sang pemilik raga selalu disakiti mentalnya namun cuma punya teman yaitu kesendirian. Sendirian dan mememdam? Tak punya teman dan dukungan.

KAMU SEDANG MEMBACA
TWINS TRANSMIGRATION
Teen Fiction?Alur lambat ? Sebuah cerita bergenre fiksi remaja. Bercerita tentang perpindahan jiwa(transmigrasi) seorang gadis, ke dalam raga gadis lainnya. Ringan diawal tapi mungkin nanti rada sedikit berat ditengah tengah menuju akhir. ----- "Masa gara gara...