Leanna menatap Rheya dengan pandangan bertanya, namun Rheya hanya mengangkat bahunya, seolah mengatakan bahwa ia juga tidak mengerti apa yang terjadi. Lalu, Leanna mendekati teman sebayanya yang masih terlihat ketakutan itu dan dengan lembut mengusap pundaknya untuk menenangkan.
"Kenapa?" tanya Leanna dengan hati-hati.
Tak lama kemudian, gadis itu tiba-tiba menangis dan menutupi wajah dengan tangan. Leanna semakin bingung dan penasaran, apa yang sebenarnya terjadi pada gadis itu? Rasa ingin tahunya semakin kuat, dan ia berusaha untuk menenangkan gadis itu dengan nada yang lembut.
"Gak apa-apa, just tell me," ucap Leanna lembut.
Di tengah tangisnya, gadis yang bernama Naya itu menjawab, "Meta pingsan di kamar mandi."
"Pingsan?" Naya mengangguk pelan.
"Gue dan Meta lihat mayat seseorang di dalam kamar mandi!" jawabnya dengan gemetar.
Rheya tercengang mendengarnya, "Mayat? Really?"
"Gue bawa lo ke UKS, ya?" ajak Leanna, namun Naya menggeleng.
"Gue ke kelas aja," tolaknya.
"Maaf ya udah nabrak lo tadi," lanjut Naya, setelah itu beranjak menuju kelasnya.
Leanna dan Rheya berlari dengan tergesa-gesa menuju tempat kejadian. Sesampainya di sana, mereka mendapati kerumunan orang yang penasaran dan ingin mengetahui apa yang terjadi. Dengan cepat, Leanna menerobos kerumunan untuk berada di paling depan, melihat lebih jelas 'mayat' yang Naya katakan tadi.
Leanna dan Rheya terkejut melihat pemandangan yang mengerikan di hadapan mereka. Teman sekolahnya telah tewas, hanya menyisakan raga yang tergeletak di lantai. Bau darah dan mayat yang kuat menyengat hidung mereka, membuat beberapa orang di sekitar merasa mual dan muntah. Suasana menjadi semakin mencekam dan menakutkan.
Seorang gadis tidak bernyawa berlumuran darah, terutama di bagian tangannya. Gadis itu terkulai lemas di lantai kamar mandi wanita, dengan pisau kecil tergeletak di samping tangan kanannya. Pisau itu tampaknya telah digunakan untuk menyayat pergelangan tangan gadis itu, mengakibatkan luka robekan yang cukup besar dan darah yang mengalir deras.
Leanna menatap luka robekan pada pergelangan tangan gadis itu dengan mata yang serius dan penuh tanya. Ia terdiam sejenak, membiarkan pikirannya berputar. Mungkinkah gadis itu benar-benar memutus urat nadinya sendiri? Apa motif di balik tindakan tersebut? Apa yang bisa membuat seseorang mengambil keputusan yang begitu ekstrem? Tidak mungkin, seseorang mengakhiri hidupnya tanpa alasan yang kuat dan jelas.
Leanna segera menarik Rheya keluar dari kerumunan. Leanna melangkah dengan cepat menuju ke arah tangga yang menghubungkan ke rooftop. Setelah tiba di rooftop, Leanna segera mengeluarkan selembar kertas dan pulpen dari saku untuk menulis sesuatu yang terlintas di pikirannya.
Lo lihat sayatan di tangan dia?
Tulis Leanna di kertas tersebut dan memberikannya kepada Rheya. Rheya hanya mengangguk pelan sebagai balasan, ia masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat tadi dalam jarak dekat.
"Are you ok?" tanya Leanna khawatir karena sedari tadi Rheya hanya terdiam.
"I'm ok," balasnya.
Leanna kembali menulis di kertasnya.
Gue simpan hp dulu ya, biar hp lo gue yang bawa. Lo di sini aja.
Rheya memberikan ponselnya kepada Leanna, "Gue beliin lo minum dulu ya," ucapnya dan meninggalkan Rheya sendiri.
Leanna menyimpan ponselnya di dalam tas, kemudian ia menghampiri Alka yang sedang bermain gitar di belakang kelas bersama kedua temannya, Bagas dan Samuel. Lalu, Leanna membisikan sesuatu kepada Alka.

KAMU SEDANG MEMBACA
CONFIDENTIAL {END}??
Mystery / ThrillerSekolah adalah tempat untuk menimba ilmu. Dimana kita mendapatkan ilmu pendidikan untuk masa depan. Namun, bagaimana jika sekolah justru membuat kita kehilangan masa depan? Science High School, sebuah institusi pendidikan yang berdiri sejak tahun 20...
《3》
Mulai dari awal