"Na, pulang dulu ya!"
Suara riuh kendaraan dari roda dua sampai beroda empat memenuhi sekitar jalan depan sekolah menengah di siang hari yang terik. Seruan dari salah satu teman Kana yang membuatnya spontan mendongak dan melambaikan tangan perpisahan ke sang gadis yang sudah dibonceng oleh sang Ayah.
"Kamu bawa sepeda, kenapa ga pulang aja?" Sahabat karibnya mulai bertanya dengan heran.
Lambaian Kana berhenti disusul dengan kepala yang menoleh ke asal suara yang bertanya.
"Sebagai seorang best friend gua juga harus setia. Menunggu sang ketua pulang dahulu," ujarnya jenaka disusul dengan gelak tawa yang hanya asyik dengan Kana sendiri.
Sang sahabat sontak mengernyit geli melihat tingkah temannya. Bak orang gila pinggir jalan, bahkan ini lebih gila daripada Mbak Sri yang pernah mengejar mereka sampai masuk kelas saat ekstrakurikuler taekwondo. Kana dengan sang sahabatnya yaitu Karin, mereka satu ekstrakurikuler. Tidak heran lagi jika Kana selalu menempel dengan satu gadis jelita ini.
"Bestie sama Mbak Sri, ya?" tanya Karin.
Sontak gelak tawa Kana berubah menjadi nada jijik dan tak terima. "Astaga Tuhan, yakali."
"Lagian mirip banget."
"Dari segimana?"
Siapa sangka saat mereka sedang tengah bertengkar tiba-tiba Karin menyadari, dibelakang Kana ada seseorang yang tak asing bagi mereka terkhususnya Karin yang melihat tepat disamping Kana ada seorang wanita berpakaian tak beraturan. Namun, sekarang Karin menahan tawa melihatnya, karena kembaran yang dimaksud Karin tepat ada di belakang Kana.
"Kenapa nahan tawa kek gitu, ada crush lo?"
Karin hanya diam tetap menggigit kedua bibirnya untuk menahan tawa dan memilih berbalik badan membiarkan sang sahabat menyadari sendiri apa yang Karin maksud dengan gerak-geriknya yang terlihat seperti mengejeknya.
"Apasih ni anak." Kana pun terdiam sejenak dan mengamati apa yang Karin tertawakan.
"Mas..."
Tepat di samping Kana, ia dikejutkan oleh seorang wanita yang tak asing dan sangat ia takuti. Detak jantungnya seketika berdebar kencang sampai membuatnya reflek segera berlari ke tempat parkir.
"Mas, mau ke mana?"
Mbak Sri berlari mengejar Kana mengikuti gadis berambut pixie yang hampir seperti anak laki-laki. Itu terjadi karena kesalahan Kenan yang sempat memotong terlalu pendek di salah satu sisi, yang membuatnya harus memotong sisi rambut lain adiknya yang seharusnya terlihat feminim, justru menjadi sedikit terlihat maskulin.
"Kampret, kenapa hidup ada aja kejutannya."
Mbak Sri tertinggal jauh saat Kana sudah mulai keluar dari gerbang tempat penitipan sepeda dan segera menggowes pedal sepeda merahnya itu. Dengan napas yang sangat pendek, ia menggowes setidaknya lebih jauh dari Mbak Sri yang sudah putus asa memegang kedua lututnya. Kana terselamatkan hari ini.
Ia menghela napas lega sembari menggowes sepeda yang ternyata sudah jauh dari sekolah. Sudah jauh pula dari Mbak Sri yang agak gila itu. Padahal sudah tahu suara Kana itu lembut dan melengking, masih saja dipanggil 'Mas' karena model rambut. Itu yang membuat Kana sangat waspada jika ia sudah keluar dari area sekolah.
"Emang anying, ye." Saat sedang menggerutu, tiba-tiba suara klakson menggelegar di belakang Kana. Ia pun mendecak dan berteriak.
"Iye, jalan punya kalian, lewat aja!" teriaknya sambil mengernyit kesal.
Setelah melihat mobil tersebut menyalip dirinya, Kana pun tak sengaja melihat isi mobil hitam tersebut dari kaca yang agak tembus jika dilihat dari luar. Tak hanya itu, Kana juga memperhatikan plat nomor serta detail mobil yang membuatnya menarik napas panjang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Red Strings (Family Edition)
Fanfiction"Kamu enak Fi, kebutuhan tercukupi." "Iya, Na. Tapi aku iri sama kamu yang kasih sayang lebih tercukupi." Kedua saudari gadis SMA yang selalu menempel layaknya permen karet walaupun Ibu mereka tidak sedarah. Saling membantu satu sama lain, berbincan...