抖阴社区

the day.

0 0 0
                                    

"Bukan."

"Saya teh bukan rentenir," tambah pria yang ada di depan Galih. Membuatnya begitu bingung untuk saat ini. Pasalnya ia sudah bertanya dan justru orang–orang di depannya semakin mendekat dengan senyuman yang tak membuat Galih nyaman dan terlihat mengancam bak rentenir tak sesuai dengan pernyataannya.

"Siapa, kalo gitu?" Galih bertanya sopan.

Tiba–tiba pria di depannya memukul keras perut Galih tanpa berpikir panjang. Pukulan dan tendangan yang terus menerus dari arah manapun. Sampai akhirnya Galih tergeletak di sana sudah memar dan lemah lunglai.

"Lain kali panggil saya, mas. Saya ga setua kamu. Oh ya, ingat. Jangan berani–berani setor panen kamu ke Pak Jarwo, dia jadi benci sama hasil panen saya. Ngerti?!"

Mereka kemudian pergi tanpa alasan yang jelas, meninggalkan pria yang tergeletak tak berdaya di sana. Sungguh malang nasib keluarga Ajeng kali ini. Sudah susah payah mencari uang, sekarang justru ditambah dengan tamparan tak jelas dari orang asing yang sepertinya iri dengan hasil panen Galih.

Perasaan Ajeng tidak enak saat sedang berjalan pulang dari warung madura. Ada dua orang asing dari arah rumahnya yang berjalan dengan angkuh. Membuat Ajeng segera mempercepat langkah kaki untuk segera sampai di rumah. Benar saja, Galih sang Suamnyai tergeletak lemas tak berdaya. Ia sedang sakit hari ini, ditambah dengan pukulan sebelumnya ia semakin lemah. Wajahnya pucat, dan seluruh badannya sangat lemah. Stok obat di rumah sudah habis.

"Gimana ini...." Ajeng sungguh panik. Tanpa berlama–lama, ia memilih ke klinik terdekat untuk diperiksakan.

•••

Sama seperti Agni yang sedang bimbang dengan pikirannya setelah menerima pesan dari nomor yang tak ia kenal. Banyak kemungkinan yang ia pikirkan saat ini. Namun, jika memang ia sudah punya yang baru, bagaimana secepat ini?

Unknown
Saya Mirza mba.

Ah, lagi dan lagi ia malas sekali saat hendak melihat halaman depan WhatsApp yang tertera dengan nomor belum tersimpan dan pesan terakhir yang ia kirim kemarin. Malas menanggapi, Agni hendak ingin menghapus nomor tersebut. Gerakan tangan terhenti saat pemilik nomor tak dikenal itu mulai mengetik. Agni memilih menunggu dan keluar dari WhatsApp secara sengaja.

Unknown
Tolong, setidaknya mau berbincang sebentar dengan saya mba...

Tampilan pesan yang terbatas membuat Agni penasaran dan membuka room chat bersama si Mirza itu.

Unknown
Tolong, setidaknya mau berbincang sebentar dengan saya mba. Saya cuma mau kasih tahu kalau mas Eko benar menjodohkan saya dengan dia. Saya minta restunya ya, mba😞🙏🏻


Agni heran. Kenapa justru meminta restu. Kalau ingin menikah, menikah saja. Biasanya orang haru tidak sudih menghubungi orang lama. Namun, sepertinya Agni merasakan api cemburunya tersulut."Kok aku gini, ya. Padahal udah pisah," gumam Agni dengan hati yang gusar saat hendak membalas pesan tersebut.

Agni
Semoga lancar, ya, mba.


Pertemuan orang baru yang tak terduga untuk Agni membuatnya berpikir berkali-kali, hal yang seharusnya sudah tidak menjadi tanggung jawabnya justru diurus oleh otaknya itu. Padahal Agni bilang sendiri dalam hati, jika dirinya sudah tidak ingin berurusan jika dengan Eko. Namun, namanya manusia, apalagi Agni baru saja beberapa hari pisah dengan mantan suaminya itu, ia suka berubah–ubah. Namun saat ini sepertinya sudah waktunya ia harus rela dan melepaskan Eko walaupun ada rasa sedikit belum ikhlas.

Red Strings (Family Edition)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang