抖阴社区

trouble.

0 0 0
                                    

"Sudah?"

Eko segera memasuki kamar dan menutup pintu di belakangnya dengan ekspresi datar di wajahnya. Tanpa menjawab pertanyaan Agni Eko langsung ke inti pembahasan.

"Kamu hutang ke rentenir sepuluh juta?" tanyanya suara pelan agar tidak membangunkan pemilik rumah atau kamar sebelah yang entah tak Eko ketahui siapa di sana.

Agni seketika tertegun namun tetap dengan nada tenang. "Sepuluh juta?"

"Ga usah bohong, Mamah kasih tahu aku kalo rekeningmu ada sepuluh juta padahal gajian masih awal januari nanti."

Agni terdiam sejenak mempersiapkan kata–kata. "Maaf mas, tapi aku terpaksa karena Ibu terlalu mengatur keuangan-" jelasnya terpotong.

"Jangan salahin Mamah. Dia Mamah aku," sela Eko.

Agni semakin tersulut emosi dengan jawaban yang menyela dirinya. "Tapi Mas, itu uang aku?"

"Itu agar kamu ga terlalu boros, buktinya hidup kita juga aman dan teratur, kan?" desak Eko.

"Tapi itu jadi hak aku untuk mengatur keuangan, dia ga ada campur tangannya dengan keluarga kita!" lirih Agni lumayan kesal.

"Terus itu uang sepuluh juta mau buat apa?" Topik dialihkan Eko.

"Kata Mamah juga ada rentenir yang sempet dateng ke rumah kita pas Mamah jaga rumah kita di Jakarta," tambah Eko tak membiarkan sang istri menjawab dahulu.

Agni mengernyit dan heran, ia merasa tak meminjam uang pada rentenir sebelumnya dan baru pertama kali ini ia meminjam. "Loh?"

"Ga usah berlagak bodoh, Mamah ngirim videonya ke aku."

Eko segera mengeluarkan ponsel dan memutar video di mana sang Ibu Mertua Agni sedang merekam suara namun dengan video yang ponsel kameranya mengarah ke meja hanya untuk merekam suara sehingga terlihat layar hitam saja.

Maaf menganggu waktunya Ibu. Bu Agni Ambarwati sudah meminjam uang ke kita itu sebesar dua puluh juta, lalu jika Bu Agni masih keluar kota, apa Bapak atau Ibu bisa membayarnya? Ini sudah jatuh tempo.

Agni terkejut mendengar rekaman suara dari video tersebut dan seketika ia mengingat hari di mana apakah ia pernah meminjam uang pada mereka. Namun, ia yakin bahwa ini pertama kalinya Agni meminjam uang pada rentenir. Meminjam dua puluh juta itu belum pernah ia lakukan. Baru pertama kalinya dengan sepuluh juta ini.

"Aku ga pernah pinjem ke rentenir sebelumnya, mas...."

"Terus itu apa, sayang?" Eko menahan rasa frustrasinya.

"Ini baru-" kata Agni terpotong.

"Ah udah, besok kita pulang, kita bicarakan di rumah."

Tak ada kalimat lanjutan, Eko segera berbaring di kasur bawah yang sebelumnya itu kasur yang sempat Fier tiduri sebelumnya. Rasa bersalah mulai menyelimuti hati Agni sebelum ia ikut berbaring di kasurnya sendiri dan meringkuk membelakangi tempat Eko yang tertidur di sana. Sedangkan Eko sendiri merasa kecewa dengan Agni yang membuatnya frustrasi malam itu.

Tanpa mereka sadari ternyata Fier mendengar percakapan tersebut saat ia sempat tak sengaja terbangun dari tidurnya setelah berswafoto bersama Kana yang tak ia sangka ini foto pertama dan terakhir sebelum ia pulang ke rumahnya. Ia tak menyangka hal yang sebelumnya belum pernah ia pikirkan ternyata terjadi di usia 16 tahun sekarang. Terpaut muda dari Kana namun sudah merasakan dan mendengarkan pertengkaran kecil di samping kamar Kana persis. Fier menolak runtuhnya emosi di dalam dirinya, ia segera berbaring di samping Kana dan segera memejamkan mata mencegah air matanya terjatuh.

•••

Pagi hari pun tiba. Pagi hari bukan layaknya matahari menyinari justru fajar yang muncul di jam empat pagi. Fier sudah bangun lebih awal dan termenung di sana masih syok akan kejadian semalam yang membuatnya sulit untuk memejamkan mata. Mungkin tidurnya belum cukup sampai sekitar enam jam, namun ia sudah diselimuti pikiran negatif di setiap sisi kepalanya.

Red Strings (Family Edition)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang