抖阴社区

between.

0 0 0
                                    

10 Oktober 2024

"Terus harus apa?"

Pertanyaan yang terus diulang oleh Kana saat hendak berpikir apa yang harus ia lakukan setelah SMA ini. Bekerja atau kuliah adalah pilihan sulit setelah ditanya ingin lanjut SMA di mana. Pilihan tersulit yang akan menentukan hidupnya.

Saat hendak merenung, ponselnya bergetar menandakan notifikasi pesan masuk dari WhatsApp miliknya.

Pak Yanto
Na, bapak ingatkan lagi besok waktunya bayar seragam yang baru, tinggal kamu yang bapak dan teman–teman tim inti tunggu.

Pak Yanto
Oh ya, kenapa kamu sudah lama tidak aktif, apa ada masalah?

Seketika Kana merenung dan memilih menutup ponselnya setelah melihat notifikasi mengambang di layar ponselnya itu. Malas membaca dan tak mau terlihat aktif, Kana langsung mematikan tanpa jawaban.

Jika ditanya masalah apa, susah dijelaskan. Kana selalu mengira, jika dia berkata sedang kesusahan dari segi ekonomi, mungkin tidak ada yang peduli untuk membantu, entah itu bentuk waktu untuk mendengarkan masalahnya atau bahkan memberi bantuan seperti uang atau keringanan dan semacamnya. Pantas saja Kana hanya diam dan kembali pasif jika sudah ada masalah.

"Dek."

Kana melirik arah pintu dan terkejut melihat sang Kakak layaknya hantu tiba–tiba datang tanpa suara sandal seperti biasanya yang dipakai di rumah. Ia datang dengan kaki telanjang setelah membantu Galih di kebun.

"Apasih! tak kira kamu setan," gerutu Kana.

Kenan menyengir kuda tanpa rasa bersalah dan dengan bangganya mendekat lalu menyolek pipi adiknya dengan tangan masih basah terkena air, namun tanpa Kana sadari air tersebut ternyata air kotor.

"Kok bau?" Kana penasaran sambil mengelap pipinya dengan telapak tangan dan mengendusnya.

"Iya, air comberan."

Sontak Kana merengek dan segera memukul Kenan saat hendak mendekat padanya. Namun, Kenan sendiri sudah hafal dengan serangan dari sang Adik, Kenan hanya menghindar sesuai hafalannya selama ini bak petinju.

"Ha, mau apa?! Ga kena...." Kenan menjulurkan lidah sebagai ejekan sambil memejamkan mata.

Melihat juluran lidah tersebut, tanpa berpikir panjang Kana segera menempelkan telapak tangannya ke lidah sang Kakak walaupun agak jijik namun menurutnya, balasan ini sepadan jahatnya.

Kenan membuka matanya dan diam sejenak sambil lidah yang tetap terjulur tanpa menariknya masuk.

"Haa?" Kana mengernyit masih menjulurkan lidah.

"Telapak tangan bekas air comberan sebelumnya!"

Kenan pun segera memukul kembali sang Adik dengan bantal kursi di belakangnya dengan pelan namun penuh kekesalan. Namun, Kana sendiri justru tertawa dan berlari keluar dan bersembunyi di belakang pintu menuju halaman belakang.

Kana sontak terdiam dan melirik di mana ada seseorang yang bercakap di balik pintu tersebut. Kenan hendak ingin memukul Kana, namun melihat Kana diam di sana, Kenan jug menyadari percakapan samar tersebut, ia pun memilih segera membilas lidahnya dengan air tepat di dalam kamar mandi sebelahnya. Kenan mengetahui hal tersebut sudah dari lama.

•••

"Terus gimana ini, Pak...."

Keluhan dua sejoli itu, terus berkeluh kesah dibalik pintu antara rumah dan halaman belakang tanpa sadar jika kedua anaknya mengetahui apa yang mereka bicarakan.

"Apa kita jual rumah ini, ya? Bapak juga ga sanggup Buk bayar hutang itu."

Keadaan semakin membingungkan dan semakin ragu. Tak dapat Ajeng pastikan apa pilihannya tepat, namun ia juga mengutarakan pendapatnya.

Red Strings (Family Edition)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang