抖阴社区

                                    

"Makasih, ya, Mbak. Masih menerima aku." Agni tersenyum sebelum akhirnya Ajeng memeluk Adiknya seperti sedia kala saat mereka masih kecil.

Baginya Adiknya itu adalah harta kedua yang harus ia jaga setelah kedua orang tuanya. Agni yang harus ia jaga setelah kedua orang tuanya meninggal. Melihat Agni yang tak begitu dekat sebelumnya membuat Ajeng merasa tak ingin banyak bicara karena takut akan mengganggu. Namun, ternyata Agni tetaplah Adiknya yang perlu orang dewasa untuk berlindung setelah orang tua, yaitu Ajeng sendiri.

Percakapan mereka didengar oleh kedua Anaknya yang kini sudah membuka mata tanpa mereka sadari. Kedua saling berpikir, Kana ada masalah, ya?

Begitupun Kana yang bersandar pada lengan di belakang kepalanya. Fier ada masalah apa?

Pertanyaan yang terus terputar membuat keduanya memilih tidur kembali sebelum Ibu mereka memergoki mereka tengah menguping.

•••

Keesokan pagi Kana bangun agak telat daripada biasanya, seharusnya saat fajar ia sudah bangun namun kali ini jam enam saat matahari sudah menyapa.

Ia keluar dari kamar dan mendapati Fier sarapan di ruang tamu. Sabtu pagi yang sangat canggung. Fier masih malu dan merasa bersalah, sedangkan Kana sendiri merasa canggung juga setelah pertandingan kemarin.

Kana segera ke dapur menghindari percakapan untuk sementara. Fier sendiri kembali malu–malu kucing seperti saat bulan lalu ia kemarin. Canggung sekali, namun sesuai permintaan Agni ingin kesini, harus berbuat apalagi selain menuruti? Hari itu adalah hari di minggu pertama yang canggung.

"Berapa lama tante Agni sama Fier di sini?" Kana bertanya dengan nada dingin saat hendak duduk di meja makan bersama Ibu dan Kenan.

"Tiga hari," jawab Kenan singkat.

Seketika Kana mengernyit. "Tumben."

"Tante Agni lagi ada masalah, dia ke sini sebentar untuk pemulihan sebelum ngajak pindah Fier ke Solo," jelas Ajeng yang dibalas anggukan paham oleh Kana.

Sepertinya memang lagi ada masalah.

•••

Tiga hari terlewatkan dengan hujan deras setiap sore yang membuat anak finalis taekwondo itu tidak bisa berolahraga dan hanya istirahat untuk pemulihan pinggangnya di hari itu. Sampai di mana Kana masuk ke belakang rumah dan menjumpai jaket dan celana kesayangannya satu set untuk berlari itu hanya terjemur di bawah atap genteng selama berhari–hari.

Rindu dengan sikap produktif ia memilih mengambil jaket itu sebelum pergi keluar untuk pertama kalinya, namun hanya untuk berjalan–jalan sebentar sebagai pemanasan. Syukurnya hari ini cuaca sangat mendukung, udara sejuk bercampur aroma tanah basah setelah siang hari hujan sebelumnya. Membuat Kana semakin menikmati jalan kecilnya menyusuri pedesaan. Rasa rindu kembali untuk menyapa tetangga yang dekat dengannya.

"Aih si eneng habis masuk tipi udah ada di depan mata bae," tawa Jaya jenaka.

Kana sempat memiliki masalah dengan Jaya karena dulu waktu SMP pernah tak sengaja menubruk kandang ayam jantan kesayangannya yang diakibatkan oleh Kana sendiri. Kecerobohannya membuat kerusakan dan harus ganti rugi ditambah dengan keributan sejenak kala itu. Namun, karena bertambah umur dan Jaya sendiri sudah hampir lulus SMA seperti Kana, ia mulai bertambah dewasa juga dan mengakhiri rasa kesalnya itu. Lagipula kandangnya sudah upgrade ke high quality. Untuk apa masih ditagih jika sudah menjadi kenangan yang masih tercantum jelas di ingatan Kana setiap kali ia melewati rumah Jaya.

Jalannya berlanjut sampai di mana ia mulai tertarik untuk pergi ke suatu tempat. "Apa ke pantai aja, ya, lama banget ga ke sana," ujarnya sembari kembali berlari ke rumah dan mengambil sepeda merah kesayangannya yang selalu digunakannya untuk pergi dari kejaran Mbak Sri yang gila.

Red Strings (Family Edition)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang