抖阴社区

#45 Permainan Yang Tak Pernah Kuinginkan

Mulai dari awal
                                        

"Tapi kenapa kamu termenung kayak gitu?" Sunghoon bertanya, suaranya lebih lembut dari biasanya.

Aku tahu mereka pasti akan terus bertanya kalau aku diam saja, jadi aku memberikan alasan lain. “Aku cuma lagi nggak enak badan.”

Heeseung menatapku skeptis. “Kalau kamu sakit, lebih baik ke UKS atau pulang aja.”

Aku buru-buru menggeleng. “Nggak perlu. Aku di kelas aja. Lagipula, tugas tentang camping akan dikumpulin sebentar lagi.”

Mereka masih terlihat ragu, tapi akhirnya aku menyuruh mereka kembali ke tempat duduk masing-masing.

Meskipun aku berkata aku baik-baik saja, dalam hatiku, aku tahu itu kebohongan terbesar yang pernah aku ucapkan hari ini.

***

Bel istirahat berbunyi nyaring, menandakan waktunya makan siang. Seperti yang sudah kuduga, Heeseung adalah orang pertama yang memanggilku.

"Eunjii, ayo ke kantin."

Aku menoleh ke arah mereka...Heeseung, Jay, Jake, Jungwon, Sunghoon, Sunoo, dan Ni-ki...mereka semua berdiri dan menungguku, seperti kebiasaan kami setiap hari.

Tapi kali ini, aku harus menolak.

Aku menggigit bibirku sesaat sebelum akhirnya berkata, "Kalian duluan aja. Aku mau makan di kelas hari ini."

Sejenak, mereka semua terdiam.

Jungwon mengernyit. "Kenapa?"

Aku menunjukkan kotak bekalku dan tersenyum kecil. “Mama coba resep baru, jadi aku bawa bekal. Lagipula tadi pagi buru-buru, takut telat kalau sarapan di rumah.”

Sunghoon menyilangkan tangan di dadanya. "Sejak kapan kamu bawa bekal?"

Aku tahu mereka heran. Ini di luar kebiasaanku. Biasanya, aku selalu ikut ke kantin, duduk di antara mereka, mendengar candaan Jay dan Ni-ki, melihat Sunoo mengeluh soal makanan kantin, atau terkadang malah berebut makanan dengan Jake,tapi sekarang, aku harus menjauh.

Heeseung menatapku lekat-lekat, seolah mencoba membaca pikiranku. “Kamu yakin nggak mau ikut?”

Aku tersenyum, mencoba terlihat setenang mungkin. "Iya, santai aja. Kan kalian tetap bisa makan tanpa aku."

Beberapa dari mereka tampak sedikit kesal, mungkin karena merasa aneh dengan sikapku yang tiba-tiba berubah. Tapi aku harus melakukan ini.

Akhirnya, setelah beberapa detik sunyi yang terasa lebih panjang dari biasanya, mereka mengalah dan pergi lebih dulu ke kantin.

Saat mereka menghilang dari pandanganku, aku menarik napas panjang,maaf... Aku harus melakukan ini.

Begitu mereka keluar kelas, suasana yang awalnya tenang langsung berubah.

Jay, dengan tanda sedikit kesal di wajahnya, menyilangkan tangan di dada. "Kalian sadar nggak? Eunjii seperti menjaga jarak dengan kita."

Jake mengangguk setuju. "Aku juga ngerasa gitu. Dari tadi dia nggak seperti biasanya."

Sunghoon memasukkan tangannya ke saku celana, ekspresinya tampak serius. "Ini pasti ada hubungannya sama forum itu."

Jungwon menghela napas. "Kupikir juga begitu. Eunjii bukan tipe yang suka menghindar tanpa alasan."

Heeseung, yang sejak tadi diam, akhirnya berbicara. "Kalau dia menjauh karena forum itu, berarti dia ingin melindungi kita juga."

Ni-ki mendengus. "Lindungi kita? Justru kita yang seharusnya melindungi dia!"

Sunoo mengangguk setuju. "Kita nggak bisa diam aja. Kita harus cari tahu siapa dalangnya."

Jay menatap mereka semua. "Kalau kita terus mendekati Eunjii, dia mungkin akan semakin menjauh."

Hening. Mereka semua tahu Jay ada benarnya.

Jake mengepalkan tangannya. "Lalu kita harus gimana? Kita nggak bisa cuma diam dan membiarkan dia sendirian menghadapi ini."

Jungwon menendang pelan kerikil di depannya, ekspresinya frustasi. "Dia bahkan nggak bilang apa-apa ke kita. Berarti dia benar-benar mau menyelesaikan ini sendiri."

Sunghoon bersedekap. "Atau... dia takut kita dalam bahaya kalau dia tetap dekat dengan kita."

Heeseung menatap teman-temannya satu per satu, lalu berkata dengan suara mantap, "Kita cari tahu siapa pelakunya, tapi tanpa membuat Eunjii semakin tertekan."

Mereka semua saling pandang, lalu mengangguk setuju.

Tanpa mereka sadari, seseorang berdiri tidak jauh dari sana, mendengar setiap kata yang mereka ucapkan...seseorang yang tersenyum tipis dengan tatapan penuh makna.

"Bagus... seharusnya begini. Tapi usahakan kalian tidak akan berhasil... selama aku masih ada."

Orang itu lalu berbalik dan menghilang di antara keramaian siswa yang berlalu-lalang, meninggalkan jejak misteri yang semakin dalam.

***

Di kantin, suasana terasa berbeda.

Biasanya, mereka duduk beramai-ramai, bercanda, dan sesekali bertengkar kecil dengan Eunjii dan Vera. Tapi kali ini, hanya ada mereka ber-7. Vera pun tak ikut, mungkin karena tak ingin terseret ke dalam masalah ini.

Mereka makan dalam diam, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri. Namun, bisikan dari sekelompok gadis di belakang mereka mulai terdengar.

"Eh, cewek itu nggak ada. Dia menghindari mereka, ya?"

"Atau dia sengaja ngilang biar dicariin?"

"Jangan-jangan dia memang sengaja bikin drama? Tipe cewek yang haus perhatian."

Kalimat terakhir itu langsung membuat darah Jay mendidih. Dia mengepalkan tangannya di atas meja, ekspresinya penuh amarah.

"Aku sudah nggak tahan dengan semua ini!" katanya, nyaris berdiri.

Heeseung, yang duduk di sampingnya, dengan sigap menahan tangannya. "Tahan, Jay," ucapnya tegas. "Kami tahu apa yang kamu rasakan. Kita semua merasakannya. Eunjii adalah teman kita, dan kita pasti akan menolongnya."

Sunoo, yang duduk di sisi lain, menepuk pundak Jay sebelum dia benar-benar kehilangan kendali. "Benar kata Heeseung. Kita ini teman Eunjii. Kalau kita ikut terpancing, kita malah bikin keadaan makin buruk."

Jay masih menatap tajam ke arah gadis-gadis yang berbisik tadi. Namun, dia menarik napas dalam-dalam, berusaha meredakan emosinya.

"Kita cukup diam dan cari tahu siapa pelakunya," lanjut Sunoo dengan suara lebih tenang. "Begitu kita tahu siapa dia, kamu boleh berbuat apa pun, oke?"

Jay akhirnya menghela napas kasar, lalu mengangguk. "Baiklah," gumamnya.

Jungwon menyandarkan punggungnya di kursi, memandangi teman-temannya. "Lagipula," katanya pelan, "kalau kita marah-marah sama mereka karena gosipin Eunjii, mereka pasti bakal bilang kita sedang membela Eunjii."

Ni-ki yang biasanya lebih tenang, kali ini tidak bisa menahan emosinya. "Kita memang marah karena membela Eunjii! Bukan karena alasan lain!" ujarnya dengan nada tinggi. "Lagipula, siapa juga yang menyebarkan gosip nggak jelas itu? Mereka nggak ngerti apa-apa tentang foto itu, dan apa makna sebenarnya."

Jungwon mengangkat tangannya, mencoba meredakan ketegangan. "Bukan itu maksudku, Ni-ki. Tapi kalau mereka bilang Eunjii cewek genit, mereka pasti bakal bilang kita membela Eunjii karena kita tergoda sama dia."

Jake, yang sejak tadi diam, akhirnya mengangguk setuju. "Bener, Jungwon. Tapi kita harus tetap tenang. Ayo makan dulu, kita urus masalah ini dengan kepala dingin, sebelum semuanya makin berlarut-larut."

Mereka semua saling pandang, sejenak terdiam, lalu akhirnya setuju untuk fokus dulu pada makan siang mereka. Namun dalam hati, mereka sudah memutuskan...mereka tidak akan membiarkan Eunjii menghadapi ini sendirian.

To be Continued...

The One They WantedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang