Happy reading and Stay support!!
Jangan lupa untuk vote dan beri komentar, supaya mimin semakin semangat!Kafe itu tenang. Hanya ada beberapa pengunjung yang duduk di sudut-sudut ruangan, tenggelam dalam laptop atau obrolan pelan. Letaknya yang agak tersembunyi dari jalan utama membuat tempat ini terasa seperti dunia kecil yang terpisah dari hiruk pikuk sekolah dan... drama yang menyertainya.
Aku menggenggam cangkir cokelat hangat di tanganku. Uapnya naik perlahan, memberi sedikit kenyamanan di tengah pikiranku yang masih berkabut.
"Terima kasih, Sungchan," ucapku akhirnya, menatap ke luar jendela, suaraku nyaris seperti bisikan. "Di saat aku butuh seseorang... kamu selalu ada. Padahal mungkin kamu juga punya beban sendiri."
Sungchan menatapku, ada senyum tipis di bibirnya. "Kamu tahu, Eunjii... aku mungkin seniormu dulu di SMP, dan sekarang kita gak satu SMA lagi. Tapi dari dulu, aku selalu anggap kamu sebagai adik... sekaligus teman."
Aku menoleh, mataku sedikit membulat. "Teman... dan adik?"
Sungchan tertawa pelan. "Tenang aja, bukan maksudku buat ngebuat kamu ngerasa aneh. Aku cuma... gak suka lihat kamu ngerasa sendirian. Kadang orang-orang lupa, kalau seseorang yang selalu tersenyum itu justru yang paling butuh didengar."
Aku terdiam, hatiku terasa hangat, tapi juga... perih.
"Aku kangen suasana yang dulu, Sungchan. Semua terasa lebih mudah. Sekarang semuanya berubah."
Sungchan menatap ke dalam cangkirnya. "Karena orang tumbuh. Perasaan juga. Tapi satu yang harus kamu percaya, Eunjii...kamu bukan beban. Kamu hanya berada di tengah badai yang bukan kamu mulai, tapi kamu harus lewati."
Kami saling menatap sejenak. Tak perlu banyak kata. Di tengah kesunyian kafe dan suara musik yang mengalun pelan, aku merasa... sedikit lebih tenang.
***
Mobil berhenti perlahan di depan toko kue kecil yang sudah cukup dikenal oleh mereka. Sunghoon langsung turun lebih dulu, memeriksa catatan dari pesanan yang dititipkan oleh Sheyla Dia juga memastikan kue yang dipesan sesuai dengan yang diminta.
Sementara itu, dari dalam mobil, Jay duduk di kursi depan, matanya tak sengaja menangkap sesuatu....atau lebih tepatnya, seseorang...di seberang jalan. Ia menyipitkan mata. Di balik jendela kaca kafe yang sedikit buram, terlihat dua sosok duduk berdampingan. Salah satunya...
"Eunjii?" gumam Jay pelan.
Mata yang lain segera ikut mengikuti arah pandang Jay. Heeseung mencondongkan tubuh ke depan. "Itu... Sungchan, ya?"
Sunoo langsung memutar badan dari kursi tengah, menatap lebih tajam. "Dia kelihatan sedih banget..."
"Apa dia... habis nangis?" tambah Ni-ki dengan nada khawatir.
Jay sudah membuka pintu, hendak turun.
"Hei, tunggu," Jungwon langsung menarik lengan Jay. "Guys, lebih baik... biarkan saja."
Jay menoleh cepat, matanya penuh emosi. "Hah? Biarin?! Jungwon, lo liat sendiri kan muka Eunjii kayak gitu...itu pasti gara-gara cowok itu!"
"Tapi kamu gak tahu pasti," jawab Jungwon tenang, meski ada ketegangan dalam suaranya.
Jay menatapnya tajam. "Muka kayak gitu bukan muka cewek yang lagi baik-baik aja."

KAMU SEDANG MEMBACA
The One They Wanted
Teen FictionApa jadinya kalau kamu satu-satunya cewek di kelas elite yang penuh dengan cowok-cowok populer? Saat Eunjii pindah ke sekolah barunya, dia tidak pernah menyangka akan masuk ke Elite Leadership Class-kelas khusus yang hanya diisi oleh siswa-siswa ter...