抖阴社区

? 21 ?

4.4K 985 120
                                        

Sesuai janjiku di chapter sebelumnya ^_^

Kalau ada yang belum baca chapter sebelumnya, silahkan scroll ke atas lagi yaa ^__^

Play medianya, bagi yang mau aja ^_^

***

Nyatanya setelah hari itu, Seongwoo sama sekali tidak bertemu dengan orang yang ia maksud, Daniel. Ia sama sekali tidak melihat Daniel dimana pun. Ia juga tidak menemukan keberadaan Daniel diantara mahasiswa baru yang sedang di ospek waktu itu. Seongwoo nyaris gila, bahkan sudah 2 semester berlalu ia masih belum menemukan dimana Daniel-nya yang dulu pernah ia lihat.

Seenggaknya kalau Tuhan emang nggak ngizinin gue buat ketemu sama Daniel, jangan mata gue dibikin rusak dong. Penglihatan gue tuh 100% baik-baik aja, Seongwoo sibuk mendumal dalam hati karena ia benar-benar yakin kalau penglihatannya 100% baik dan ia yakin kalau waktu itu tidak salah lihat.

"Udah ah, gue nyerah aja. Mau sampe gila juga, gue nggak akan pernah ketemu dia. Tuhan emang nggak ngizinin gue buat ketemu sama dia," Seongwoo bergumam lirih sambil menempelkan pipinya pada meja.

"Dia? Dia siapa maksud lo?" tanya seseorang bermata rubah yang duduk di samping Seongwoo, Minhyun.

"Ya Daniel lah. Lo pikir siapa lagi? Orang yang dulu sering lo nyinyirin!" balas Seongwoo sinis.

Sekarang Seongwoo banyak berubah, bukan dari segi otak tapi dari segi sikap. Dia lebih galak dan lebih sinis pada orang-orang, kelakuannya seperti beruang yang terluka. Sedikit tempramen, bukan pemarah tapi lebih sering melankolis. Seongwoo lebih sering menangis sambil memeluk jaket pemberian Daniel 2 tahun lalu.

"Ya ampun, biasa aja dong! Lo waktu SMA sama lo yang sekarang kenapa berubah banget sih? Beda tau nggak," celetuk Minhyun.

"Gara-gara Daniel, Nyun," jawab Seongwoo tidak minat.

"Semuanya disangkut pautin sama Daniel ya. Taunya pas ketemu Daniel lo itu udah punya pacar, hm mampus aja lu," nyinyir Minhyun lagi.

"Lu nyinyir sekali lagi, gue tonjok lu!" benar saja, Seongwoo sekarang berubah menjadi galak. Bahkan pada sahabatnya sendiri.

"Apa lo masih percaya sama dia?" tanya Minhyun hati-hati

Seongwoo memejamkan kedua matanya, "Gue... Nggak tau. Rasanya udah kebal gue sama yang kaya gini. Kebas dada gue buat ngerasain lagi yang namanya deg-degan khas orang jatuh cinta," balas Seongwoo dengan perasaan hampa.

Minhyun mengangguk, "Kalau lo masih percaya, terusin. Gue udah nggak ngelarang lo lagi walaupun dulu gue juga suka sama lo tapi gue sadar diri kalau posisi gue nggak sekuat Daniel. Kalau ada apa-apa lo bisa cerita sama gue, karena gue nggak mau lu nangis mulu. Lama-lama muka lu makin nyeremin kalau keseringan nangis," ujar Minhyun tiba-tiba yang diakhiri dengan decihan.

Seongwoo menegakkan tubuhnya lalu ia tersenyum lebar pada Minhyun, "Iya makasih, Minhyun. Hehehe pengertiannya dirimu. Yaudah gue balik ya, mau bareng nggak ke depannya?" tawar Seongwoo sambil membereskan peralatan tulisnya.

Minhyun menggeleng, "Nggak. Lu duluan aja, gue masih ada urusan," tolak Minhyun.

"Yaudah gue duluan ya! Dah!"

Seongwoo berjalan santai keluar dari fakultasnya, Fakultas MIPA. Niatnya ia memilih untuk berjalan kaki sampai dengan gerbang utama kampusnya, biarin jauh sekalian olahraga. Baru saja ia sampai di depan fakultas, napasnya sudah putus-putus. Lemah betul Seongwoo itu.

Teenager ? OngNiel ??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang