"Aku suaminya, Min Yoongi." Yoongi menyela.
Terpancar kepercayaan diri bahwa kalimatnya terbilang ampuh untuk membuat pria yang berpostur lebih tinggi darinya itu agar segera menepi.
**
Merengut bak bayi, napsu makannya pun tak sama seperti sebelumnya. Ia terlalu kenyang dengan amarah yang tertahan di hati. Kendati demikian, sikap bertolak belakang ditunjukkan wanita yang dari tadi menyendokkan nasi ke mulutnya.
"Wah, kau pasti sangat kelaparan saat menungguku, 'kan?" sindir Yoongi.
Sayang, So Hyun tetap tidak acuh. Ia tidak mau ambil pusing melihat makanan di piring Yoongi yang masih utuh.
"Pria tadi, apa kau mengenalnya?" selidik Yoongi masih begitu penasaran.
So Hyun menatap Yoongi. Sebelum makanannya terkunyah sempurna, ia masih membiarkan pertanyaan Yoongi tergantung begitu saja.
"Tentu saja. Kau pikir aku mau dipeluk oleh orang asing? Aku tidak serendah itu, Min Yoongi-ssi."
So Hyun kembali memainkan sumpitnya. Mengambil beberapa lauk yang ternyata sesuai dengan seleranya.
Yoongi masih bersungut—kesal. Jawaban So Hyun malah mendorong rasa ingin tahunya lebih dalam. Memang benar, selama mengenal So Hyun, wanita itu bisa dibilang tidak banyak dekat dengan pria lain. Kalau pun terlihat akrab dengan beberapa pria, maka itu tak lebih dari sebatas hubungan kerja. Di tempat pemotretan misalnya, photographer dan lawan model-nya umumnya adalah pria.
So Hyun lebih suka menghabiskan waktunya sendirian saat tidak memiliki pekerjaan.
"Ini. Berikan aku nomor teleponmu."
Yoongi kembali teringat perkataan pria yang ditemui tadi. Begitu berani meminta nomor telepon istrinya, tepat di depannya. Yoongi bertambah kesal sesaat sang istri malah memberikan nomor itu dengan mudah. Jangan lupakan ia—So Hyun—tersenyum saat memberikan nomornya.
''Menyebalkan,' keluh Yoongi dalam hati.
"Apa dia mantan kekasihmu?"
So Hyun menghentakkan sumpitnya. Sejak tadi Yoongi terus mengusik acara makannya dengan pertanyaan bertubi-tubi.
"Apa mencari tahu tentangku membuatmu lebih kenyang, Yoongi-ssi?"
Yoongi terkesiap. Melihat mangkuknya masih utuh, sementara milik So Hyun sudah habis setengah, ia sadar sudah merusak makan siang ini.
"Dia kakak kelasku, juga orang yang mengetahui tentang keluargaku yang berantakan. Tidak lebih. Dia sudah kuanggap seperti saudara laki-lakiku. Kami berpisah karena pekerjaan ayahnya. Dan setelahnya, kami tidak pernah bertemu lagi," jelas So Hyun agak panjang demi memuaskan rasa ingin tahu suaminya.
Sorot mata yang sempat meredup, kini berbinar kembali. Seiring napsu makan Yoongi berangsur pulih.
"Selama kau tidak menyukainya, maka tindakannya tadi kumaafkan," ujar Yoongi seperti bergumam pada diri sendiri.
"Apa? Apa tadi kaubilang sesuatu?" tanya So Hyun.
Yoongi mengangguk. Senyum kembali menghiasi wajahnya.
"Aku bilang, tolong suap aku, Istriku."
Wajah So Hyun merona. Lelucon apalagi ini. Pria Min itu, belakangan ini suka sekali mempermainkan emosinya.
Sebaliknya, bagi Yoongi, ini menyenangkan. Mendapati wajah istrinya tersipu karena ucapannya, sungguh ia menikmati perubahan mimik yang membuatnya bahagia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Status : On Going
FanfictionInilah yang dinamakan termakan jebakan Batman. Seharusnya bukan ini yang terjadi. Terlebih, ketika semuanya tidak lagi sama. Kalau bertanya siapa Batman-nya, pastinya bukan aku. Sudah pasti dia! Dan bagaimana dengan nasib kami setelah ini? Hubungan...
Jealous
Mulai dari awal