Jinyoung menatap ragu, berdiri didepan pintu gerbang raksasa yang terbuka lebar dan langsung mempertemukannya dengan lapangan rumput yang luas.
"Kita pasti bisa!"
Jinyoung menoleh khawatir, jika bisa ia ingin kabur saat itu juga. "A-aku takut!"
Pundak Jinyoung tertarik kini badannya menghadap sang sahabat, dua tangan itu meremas pundak Jinyoung. "Jinyoungah lihat aku!" Youngjae melebarkan matanya agar tidak terlihat sipit dan memastikan Jinyoung bisa melihat kedua bola matanya. "Kita bisa melalui ini! Ini baru hari pertama dan aku yakin tidak akan ada kesialan untuk kita!" Tegas Youngjae.
"Kau yakin?"
"Setidaknya menurutku Tuhan tidak sejahat itu untuk memberikan kita cobaan dihari pertama!"
Jinyoung mendesah. "Kau benar, kita tidak akan tahu sebelum mencobanya."
Youngjae mengangguk disebelahnya, mereka berdua kembali menghadap gerbang raksasa yang diatasnya bertuliskan SIU (Seoul International University). Tidak ada senyuman diwajah mereka, keringat terasa ditelapak tangan mereka yang sudah tergenggam erat. Bersama mereka menghirup udara sebanyak-banyaknya layaknya itu adalah saat terakhir mereka bernafas, mengambil satu langkah awal dan masuk kedalam Universitas baru mereka.
Hari ini adalah hari pertama Jinyoung dan Youngjae masuk Universitas. Dan juga merupakan hari pertama mereka terbangun dari tidur dikota besar yang merupakan Ibukota dari Korea Selatan itu.
Keduanya merupakan sahabat sejak kecil, hampir selama 17 tahun ini mereka hidup dan tumbuh bersama bagaikan saudara. Dari kecil mereka bersekolah ditempat yang sama, oleh sebab itu Jinyoung memutuskan ikut bersama Youngja ke Seoul yang berjarak lebih dari 300 kilometer dari kota asal mereka untuk berkuliah.
Semalam mereka tiba sangat larut di Seoul karena terlambat mengejar kereta sore, butuh waktu sekitar 3 jam untuk menggunakan kereta. Keterlambatan itu disebabkan oleh tangisan Yugyeom yang tidak mau merelakan mereka pergi.
Yugyeom yang berumur 14 tahun dan masih berstatus pelajar akhir disalah satu Junior High School di Mokpo itu tentu saja tidak bisa ikut menemani kedua Hyungnya, karena harus mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian akhir.
Youngjae yang tidak tega melihat adiknya menangis dan tidak makan selama 2 hari akhirnya berjanji jika dia akan kembali untuk menjemput Yugyeom dan mereka akan tinggal bertiga di Seoul. Jinyoung juga menjanjikan hal yang sama agar Yugyeom segera mengerti dan bisa membiarkan mereka pergi.
Karena datang lebih awal butuh waktu cukup lama untuk Jinyoung dan Youngjae menunggu hingga acara penyambutan dan penerimaan mahasiswa baru dimulai. Mereka bersama ratusan mahasiswa lainnya berkumpul digedung aula, tempat itu terlihat sangat mewah dan eksklusif.
"Selamat pagi untuk semua mahasiswa baru..." Jinyoung melihat dari kejauhan pria paruh baya yang berdiri diatas panggung dengan jas hitam dan rambut yang sudah memutih. "Baiklah mari kita memulai penyambutan dan penerimaan tahun ini dengan diwakili oleh beberapa mahasiswa terpilih..." Jinyoung tidak terlalu memperhatikan pidato penyambutannya karena sibuk menilai beberapa orang lain yang ada diatas panggung.
"Hei, kau tahu mereka siapa?" Youngjae menyenggol lengan Jinyoung.
"Apakah aku terlihat sedang diatas panggung?! Aku sedang disampingmu, lalu bagaimana aku bisa tahu siapa mereka!"
Youngjae tidak memperdulikan kalimat ketus Jinyoung karena sudah terbiasa, ia memperhatikan 2 laki-laki dan 2 perempuan yang ia tebak adalah perwakilan mahasiswa terpilih. "Mereka terlihat seperti orang berada." Gumam Youngjae.
"Terlihat biasa saja bagiku."
"Bahkan mereka mengenakan selempang beludru dengan tulisan nama mereka. Berbeda dengan kita dengan name tag kecil." Youngjae terlihat sangat kagum. "Kim Hanbin... Seo Soojin..." Jinyoung memperhatikan mereka setelah mendengar Youngjae membaca nama mereka satu-persatu. "Im Jaebum... Kim Sojeong. Mereka pasti sangat berpengaruh."

KAMU SEDANG MEMBACA
easy to PLAY HARD TO GET
Fanfiction(COMPLETED 19 Agustus 2019 - 14 Juni 2020) Ketika sebuah hubungan dimulai dengan sangat mudah, secara konsisten dan bertahap hubungan itu bertahan lama dan semakin dalam. Tetapi semua berubah secara tiba-tiba dan membuat hubungan itu harus dimulai l...