Yoongi mengangguk dan tersenyum ke So Hyun. Ia ingin membagikan keberanian meski sebenarnya ia tak kalah gugup saat ini.
So Hyun menatap suaminya sebelum ia menancapkan kukunya ke lengan kurus Yoongi.
"Akh!" So Hyun berteriak.
"Akh!" Disusul Yoongi yang melakukan hal yang sama—berteriak. Tepatnya meronta karena siksaan So Hyun yang ia yakin tak disengaja. Namun, sangat manusiawi kalau dia juga kesakitan.
"Bagus! Teruskan!" Sementara dokter tadi terlihat antusias dan senang. Malah memberi dorongan lagi untuk dilakukan pengulangan.
"Akh!" Yoongi mengaduh lebih kuat. So Hyun menjambaknya. Lupakan tentang sikap lembut, Yoongi bahkan yakin banyak rambutnya yang menjadi korban. Gugur percuma.
"Yak! Min Yoongi berengsek! Semua ini karenamu!" erang So Hyun lebih kuat.
Suasana persalinan menjadi saksi penyiksaan Yoongi yang tak kunjung usai. Dicakar, dijambak dan diumpat secara terang-terangan, Yoongi hanya bisa pasrah dengan nasibnya.
"Sedikit lagi!"
So Hyun menarik rambut Yoongi lebih kuat hingga urat di lehernya mencuat kentara.
Suara tangis pecah. Bukan suara Yoongi atau So Hyun, tapi seorang bayi merah yang baru keluar sedang menangis lantang.
Yoongi terduduk lemas. Kepalanya masih sakit.
So Hyun juga merasa lelah. Napasnya masih tersengal-sengal dan air mata spontan menitik.
"Selamat, bayi yang sangat cantik," ucap perawat yang membungkus bayi tersebut dengan kain lembut agar tak kedinginan.
"Cantik? Berarti dia perempuan." Yoongi bersandar di kursi tempat tidur. Senyumnya perlahan mengembang. "Aku sudah menjadi seorang ayah," sambungnya lirih.
Hanya beberapa detik beristirahat, Yoongi memaksakan berdiri dan memandang istrinya yang menangis.
"Kau sudah berjuang sangat hebat, Hyun!" Kemudian mencium dahi istrinya yang terkulai lemah.
"Benar. Kerja bagus untuk yang pertama. Berikutnya, kita masih harus mengulangnya lagi."
"Hah?" So Hyun dan Yoongi berucap bersamaan.
"Jangan bilang kalian tidak tahu kalau bayinya kembar?"
**
Ketiga sababat Yoongi—Seokjin, Namjoon, Hoseok—ditambah Adora dan Ye Won bergegas menuju rumah sakit. Sejam lalu Yoongi mengabari mereka kalau So Hyun sudah melahirkan. Masing-masing datang sambil membawa hadiah.
"Kau membelikan apa?" Seokjin bertanya pada Namjoon yang membawa bungkus paling kecil.
"Ini?" Namjoon mengangkat kadonya. "Ini jigsaw puzzle," katanya enteng.
Keempat teman yang lain memandang takjub ke Namjoon.
"Yak, apa kau sudah gila? Yang bakal menerima kadomu itu seorang bayi, bagaimana kau berharap dia akan bisa memainkan permainan itu? Bahkan aku saja tidak bisa!" Seokjin mengeluh.
Namjoon menggeleng. "Aku tidak bilang ini untuk bayi mereka, tapi ini Yoongi. Karena dia akan mulai bergadang, setidaknya dia butuh pelampiasan kebosanan setiap malam. Mainan ini akan membantunya," jelas Namjoon.
Tetap saja, bagi yang lainnya, alasan Namjoon tak masuk akal. Singkat saja, Yoongi itu bukan Namjoon yang suka permainan asah IQ. Akan lebih baik memberikan ia—Min Yoongi—obat tidur. Lebih membantu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Status : On Going
FanfictionInilah yang dinamakan termakan jebakan Batman. Seharusnya bukan ini yang terjadi. Terlebih, ketika semuanya tidak lagi sama. Kalau bertanya siapa Batman-nya, pastinya bukan aku. Sudah pasti dia! Dan bagaimana dengan nasib kami setelah ini? Hubungan...
Epilog
Mulai dari awal