FANCY || YoonBae (Hyunsuk x Jinyoung)

#7

“Memangnya kenapa? Toh, kau memang adik ke— hmmph—“

Mulut mungil Jinyoung dengan segera terbungkam ketika Hyunsuk melahap bibir jelly itu. Sejak lama ia sudah dibuat gemas dan hari ini Jinyoung benar-benar memaksa Hyunsuk untuk merasakan bibir mungil sewarna cherry yang demi apapun— ternyata semanis ini!

Jinyoung terbelalak kaget, tangannya terangkat hendak mendorong Hyunsuk menjauh tapi bocah yang lebih muda darinya itu membaca gerakannya dengan cepat.

Hyunsuk menyeringai dalam tautan bibir sepihak itu, Jinyoung tak bisa berkutik lantaran dirinya memeluk erat tubuh mungil hyungnya itu dan menyimpan kedua tangan yang terus memberontak di dalam pelukannya. Memaksa tubuh kedua anak adam ini menempel erat.

“H— Hyunsukhh— hentikahmphh—“

Racauan Jinyoung membuat Hyunsuk menarik wajahnya menjauh, ditatapnya wajah mungil Jinyoung yang memerah disertai lelehan saliva miliknya di sekitar dagu. Oh, ya. Bae Jinyoung memang seorang lovely, cutie, sexy dan untuk sekarang, haruskah Hyunsuk menyebut sexy dua kali? Tiga kali?

“Coba lepaskan dirimu, kau bilang aku hanya adik kecil kan?” balas Hyunsuk.

Jinyoung mengerjap gugup seraya membuang pandangannya jauh-jauh. Tak habis pikir kenapa Hyunsuk jadi mendadak selancang ini. Mencium bibirnya? Heol, yang benar saja!

“Ja— jangan macam-macam!”

“Sudah terlanjur, bagaimana dong?” tanya Hyunsuk sok polos. Dikencangkannya pelukan pada pinggang ramping Jinyoung, membuat kepala mungil hyungnya itu mau tak mau terantuk dada bidangnya.

“Sayangnya sudah terlanjur macam-macam, lanjutkan saja ya?”

“Hyunsuk!”

“Aku belum melakukan apa-apa tapi kau sudah berteriak.”

“..le— lepas..”

“Tidak mau, mumpung yang lain sedang sibuk masing-masing.”

Dalam posisi genting, kepala mungil itu dipaksa berpikir cepat. Mencari cara untuk melepaskan diri dari si maknae bongsor yang mengungkung tubuhnya.

Jinyoung tahu tingkahnya belakangan ini sedikit menyebalkan pada Hyunsuk. Habisnya pernyataan anak itu soal perasaannya membuat Jinyoung tak tahu harus bagaimana menanggapi. Semua seolah terjadi dengan cepat dan tak terduga. Dimulai ketika keduanya bertengkar, kemudian berbaikan lalu setelahnya pernyataan cinta? Lucu sekali.

“Oh— waw.. haruskah kalian melakukannya di sini? Tepat di depan wajah tampanku?”

Seunghun menutup rapat pintu geser dari kaca yang membatasi ruang tengah dan balkon. Di bahunya ada beberapa pakaian yang sudah kering.

“Lalu haruskah hyung mengusik kegiatan kami?” balas Hyunsuk jengah.

Jinyoung mendesis kesal. Oh yang benar saja, kegiatan apa maksudnya?

Mengambil kesempatan Hyunsuk yang sedang lengah, Jinyoung menggigit lengan bocah itu dengan ‘sedikit’ perasaan gemas. Si bongsor tampan lantas berteriak kaget, kesakitan seraya refleks melepas pelukan posesifnya pada pinggang Jinyoung.

“Arggh! Kenapa kau menggigitku, sayang?” protes Hyunsuk, setengah memelas.

Jinyoung terperangah, tak habis pikir bagaimana mulut Hyunsuk begitu lancar memanggilnya sayang.

“Aku kan kucing! Kucing liar!”

“Oh, tentu. Kau kucingku seorang. Tak masalah, seekor kucing terkadang juga menggigit pemiliknya.” jawab Hyunsuk tak kehabisan akal— diakhiri dengan ringisan.

Seunghun hanya dapat menggelengkan kepala menyaksikan tingkah keduanya. Oke, diperhatikan memang sejak hari dimana Jinyoung kabur setelah Hyunsuk menyatakan perasaan— yang lalu keduanya kejar-kejaran lewat tangga darurat— Hyunsuk menjadi lebih agresif dan terang-terangan pada Jinyoung. Tak masalah, Seunghun suka melihat adu mulut keduanya. Sangat menghibur.

“Kau tahu kalau kau menyebalkan?” celetuk Jinyoung, menatap garang Hyunsuk seraya berkacak pinggang.

Hyunsuk tersenyum, menekuk lututnya untuk menyejajarkan wajahnya dengan wajah mungil Jinyoung. “Dan kau juga tahu kan kalau aku menyukaimu?”

“Ihhh sudaaah!"

Rengekan Jinyoung memenuhi ruangan itu, Hyunsuk terkekeh geli menyaksikan Jinyoung yang tampak frustrasi karena ulahnya. Lagi pula siapa suruh meremehkan Hyunsuk? Jinyoung pikir Hyunsuk tidak serius dengan perkataannya, maka kalau begitu, terimalah keseriusan Hyunsuk hingga si manis itu menerimanya dengan suara lantang.