抖阴社区

                                    


......


“Oppaaa!”


Seruan seorang gadis kecil dari dalam rumahnya membuat Jinyoung tersenyum. Langkah kakinya lebih lebar menyongsong sang adik yang berlari ke arahnya, memeluk dengan erat seraya terkekeh kecil.

“Loh, Seojin tidak sekolah?” tanya Jinyoung heran, ini hari Senin dan sekarang sudah lewat pukul 11 pagi tapi adik bungsunya ini masih ada di rumah dengan piyama merah mudanya.

“Tidak oppa, Seojin kesiangan jadi mama mengizinkan tidak sekolah hihi,” jawab si bungsu. “Oh oppa bawa teman-teman? Ayo kita masuk, mama masih memasak untuk makan siang nanti.”

Mengekori si bungsu, Jinyoung beserta keempat membernya masuk ke kediaman keluarga Bae. Harum masakan menyambut penciuman membuat Jinyoung berlari ke dapur dengan antusias. Keempat member CIX duduk di ruang tengah sembari menelisik rumah Bae. Sepertinya hari ini hanya ada sang ibu dan si bungsu di rumah.

“Kau kelihatan gugup sekali,” celetuk Byounggon, menyadari gerak-gerik Hyunsuk yang aneh.

“Jelas saja gugup, aku di rumah keluarga orang yang aku suka. Dan parahnya Mama Bae tahu aku membuat Jinyoung hyung menangis waktu itu.”

“Bagaimana bisa?”

“Aku mengaku.”

“Kalau begitu kau tidak perlu gugup—“

“Tapi aku tidak tahu apa Papa Bae juga tahu aku menangisi anaknya..”

Byounggon terdiam, lantas menepuk bahu Hyunsuk sesaat kemudian. “Tamatlah riwayatmu. Dah Hyunsuk, kau tidak bisa pulang selamat nanti.”

“Hyung, yang benar saja..” ringis Hyunsuk semakin ciut.


Dari dapur sepasang ibu-anak yang cantik itu (sangat-sangat cantik di mata Hyunsuk) mendatangi mereka dengan masing-masing nampan dalam pegangan. Nyona Bae tersenyum manis, menatap satu per satu tubuh bongsor keempat sahabat baik putra sulung yang kini tengah membungkuk sopan kepadanya.

“Tidak heran mengapa Jinyoungieku menjadi sangat mungil di dekat kalian,” celetuk Nyonya Bae. Memancing tawa dari keempat pemuda tampan itu.

Jinyoung merengut kesal, wajah mungilnya nampak menggemaskan dengan alis menukik dan bibir yang maju. “Yonghee juga pendek, ma. Lagi pula kan sudah kubilang aku bertumbuh. Minhyun hyung juga bilang begitu.”

“Hyungmu berbohong, nak. Bukannya sejak dulu tinggimu memang sudah sejajar matanya?” Tanya sang ibu, menyadarkan putranya kalau Minhyun hanya berusaha membuatnya bahagia.

Setelah dipikir-pikir, itu benar juga.. – hey, sejak dulu Jinyoung memang setinggi mata Minhyun dan—

“Minhyun hyung berbohong..” gumam Jinyoung sedih. Bisa dipastikan setelah ini si manis akan merajuk pada Minhyun. Mama Bae hafal sekali dengan putranya.

“Makan dulu camilan ya anak-anak, mama tinggal masak sebentar.”

“Mama mau dibantu?” tawar Hyunsuk cepat dan antusias. Yakin sekali bocah itu mungkin tak sadar kalau mulutnya dengan licin bergerak tanpa perintah.

Mama Bae tersenyum seraya menggeleng. Diliriknya Jinyoung yang wajahnya ditekuk— entah karena ia masih kesal dibohongi Minhyun atau karena Hyunsuk.

“Tidak perlu, Hyunsuk. Temani saja Jinyoungie ya? Jangan dibikin menangis lagi,” jawab Nyonya Bae dengan enteng seraya berlalu dari hadapan mereka.

“Nah lo, Hyunsuk~ sukurin, sukurin!”

“Si— siapa yang menangis!? Mama sembarangan!”

Tapi sang ibu hanya tertawa kencang menjawab protes si sulung. Wanita paruh baya itu memang begitu, kadang usil sekali pada anak-anaknya apalagi pada Jinyoung yang tak banyak bicara— tapi kalau sedang bawel bisa membuat satu rumah pusing mendengar omelannya.

“Kita ke kamarku saja, aku ingin berbaring.”


......


“Mama, Jinyoung tidak mauuu~”

Si sulung Bae merengek pada sang ibu. Kepalanya menggeleng dengan kaki yang mengentak lantai. Nyonya Bae mengulum senyum, ia ingin sekali mencubit pipi putranya itu gemas tapi tak ingin membuat rencananya gagal.

“Harus mau! Mama sedang malas keluar rumah, jadi Jinyoung saja yang pergi berbelanja ya?”

FANCY || YoonBae (Hyunsuk x Jinyoung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang