抖阴社区

50. Preparation

Mulai dari awal
                                        

"HATI-HATI!" Teriak Jinyoung.

Jinyoung mendesah, tumpukan masalah yang ada belakangan ini membuatnya tidak tahu apa yang terjadi dengan sahabatnya. Tidak menyangka Youngjae akan seberani itu untuk menginap dirumah orang lain selain dirumahnya. Terutama orang lain itu adalah Wonpil, orang yang membuat Youngjae memiliki trauma hebat.

Sebuah kecupan kilat Jinyoung rasakan dilehernya. Membuatnya menoleh memandang Jaebum bingung. "Apa?"

"Kita sarapan apa pagi ini?" Jaebum bertanya dengan alis yang naik turun menatap lekat-lekat.

Jinyoung menunjuk kearah dapur, dari ruang tamu terlihat meja makan yang terdapat beberapa bungkus makanan. Jaebum menatap tidak tertarik.

"Bagaimana jika..." Jaebum mendekatkan dirinya pada Jinyoung, membuat pemiliki tubuh yang lebih kecil jatuh terbaring diatas sofa. Perlahan Jaebum mearangkak naik diatas tubuh Jinyoung, Jinyoung menanggapi hal itu dengan malas. Menyilangkan kedua tangan dibawah kepala sebagai bantalan dan menatap datar Jaebum.

"Apakah kau tidak tertarik?" Jaebum menggerak-gerakan cepat alisnya.

Jinyoung menghela nafas. "Apa yang membuatmu tiba-tiba menginginkannya?"

Jaebum cemberut. "Semua pembicaraan tentang pernikahan ini membuatku semangat." Ia mengecup cepat bibir Jinyoung. "Bagaimana? Sebagai perayaan untuk rumah baru kita?" Jaebum mengedipkan mata genit.

"Apa kau lupa pesanmu pada Wonpil tadi?" Jinyoung menyeringai.

Jaebum lalu mendudukan tubuhnya, tidak lagi mengurung Jinyoung. Ia mendesah. "Aku ingat." Dengan malas Jaebum menghampiri meja makan, membuka kotak-kotak bungkus makanan yang Jinyoung pesan tanpa minat.

Jinyoung tersenyum tipis melihat tingkah Jaebum yang belakangan ini suka merajuk. Dengan gemas Jinyoung menangkup kedua pipi Jaebum dan memaksa kekasihnya itu untuk menoleh kearahnya. Jinyoung memberikan kecupan yang cukup lama, membiarkan bibir mereka bertemu tanpa pergerakan. "Sebentar lagi sesuai keinginanmu kita akan menikah. Jadi aku tidak mau eomma kesal karena pekerjaanmu yang terlantar." Jinyoung kembali menyatukan bibir mereka, kali ini singkat. "Paham?"

"Hm, aku paham." Tapi Jaebum masih tetap cemberut.

Ponsel Jinyoung bergetar tanpa suara disaku celananya. Ia mengernyit, sejak kapan ponselnya tidak memiliki nada dering saat panggilan masuk. Digit-digit nomor muncul dilayar utama, Jinyoung belum menyimpan nomor itu tapi ia mengenal nomor yang juga sudah meneleponnya kemarin. Nomor Sunmi.

"Halo eomma?"

Jaebum mendongak, mendengar kata eomma.

"Apakah Jaebum bersamamu?"

Jinyoung melirik Jaebum. "Hm, Jaebum sedang bersamaku."

"Gunakan mode speaker."

Jinyoung mejauhkan ponsel dari telinganya, menyalakan mode speaker dan menaruhnya diatas meja. "Sudah eomma."

"Pagi ini kau ikut dengan Jaebum kekantor, ada sesuatu yang ingin aku bahas dengan kalian berdua."

Jaebum terkejut mendengar suara eommanya yang muncul dari ponsel Jinyoung, semula ia mengira Yoona lah yang menelepon. Tidak menduga jika Jinyoung akan secepat ini akrab dengan ibunya.

"Untuk apa eomma?" Tanya Jaebum setelah keterkejutannya.

"Untuk membahas persiapan pernikahan kalian."

Jaebum dan Jinyoung saling memandang.

"Haruskan secepat ini eomma?"

"Appamu harus segera kembali ke New York. Lagipula sekarang adalah waktu yang tepat, sebelum kita mulai disibukan oleh urusan perusahaan yang suka datang mendadak."

easy to PLAY HARD TO GETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang