Votemen disilahkeeuunn...
#happy reading
*
*
*
*
Banyak yang bilang angin malam itu tidak baik, angin malam itu bisa membawa penyakit. Namun, siapa sangka angin malam kali ini malah merekatkan pelukan anak dan ayah yang hubungannya hampir setahun ini renggang.
#Mari kita beralih ke beberapa jam yang lalu ......
"Seharusnya itu tanya sama diri papa sendiri, selama ini papa kemana. Selama ini setiap Bian buat masalah papa ada gak nasehatin Bian lagi. Selama ini papa ada gak kalo Bian lagi kesulitan belajar. Semenjak Bian SMP papa udah gak pernah ada buat Bian. Papa selalu sibuk dengan kertas-kertas papa itu. Papa bukan lagi papa Bian yang selalu ada untuk Bian. Papa bilang buat Bian jangan tinggalin papa tapi papa yang tinggalin Bian. Bian benci itu pa, Bian benci"
"Nak" gumam Vandesh yang sekarang sedang dilanda rasa bersalah dan penyesalan. Vandesh tak kuasa mendengar untaian kata yang anaknya utarakan dengan air mata yang terbendung di mata bulatnya.
"Bian mau papa yang dulu gak mau yang papa sekarang, Bian kangen papa yang dulu" Bian menundukkan pandangannya sambil menggigit kuat-kuat bibir bawahnya untuk menahan isakannya.
Vandesh melangkah satu-satu mendekati sang anak, dia rengkuh tubuh mungil anaknya itu dengan erat walau sang putra berusaha memberontak.
"Lepas .. lepas Bian bilang .. Bian gak mau sama papa lagi .. Bian benci" gumam Bian sesegukan sambil terus memberontak dari pelukan sang papa, namun karena tenaga papanya lebih besar alhasil dia menyerah dan menerima pelukan hangat sang papa yang selama ini ia rindukan. Bian menenggelamkan wajahnya di ceruk leher sang ayah, tangannya mencengkram kemeja belakang ayahnya isyarat untuk ayahnya tidak boleh kemana-mana.
"Jangan tinggalin Bian papa, Bian butuh papa" jika biasanya Vandesh yang merengek untuk Bian tidak meninggalkannya sekarang, Bian yang merengek agar Vandesh jangan meninggalkannya.
Namun hingga detik ini Vandesh belum mengeluarkan satu kata pun, lidahnya keluh, nafasnya tercekat dia benar-benar tak menyangka satu tahun belakangan ini dia menumpuk rasa sakit untuk sang putra. Dia hanya bisa memeluk erat anaknya meluapkan rasa bersalah yang berkecamuk dan rasa rindu yang membludak.
Setelah bermenit-menit Vandesh dan Bian berpelukan sambil menangis ria, disinilah mereka sekarang ditaman belakang rumah mereka sambil menatap langit malam yang sungguh cerah di penuhi bintang-bintang dan cahaya bulan. Angin malam pun berhembus bergantian membuat pelukan Bian semakin mengerat kepada sang papa.
Sudah hampir 1 jam mereka menikmati suasana ini dan hanya di temani keheningan hingga terdengar suara jangkrik sebagai backsoundnya, hanya saling berpelukan dan sesekali Vandesh mengecup pelipis Bian yang sejak dulu menjadi candu untuknya. Bian pun juga terus memeluk sang ayah dan sesekali mendusalkan wajahnya di dada sang papa karena merasa geli saat angin menerpa wajah dan rambutnya.
Walaupun hanya keheningan yang menyelimuti, namun kehangatan yang saling mereka salurkan tidak berkurang sedikitpun. Tiba-tiba Vandesh menjauhkan tubuh Bian dan melepaskan pelukannya saat mengingat sesuatu, Bian yang merasakan itu pun hanya menatap papanya dengan tatapan bingung.
"Coba buka mulutnya" titah sang papa dan langsung di turuti oleh Bian.
Vandesh mendesah pelan saat mendapati sariawan disisi bibir dalam sebelah kiri bawah dan bagian pipi dalam sebelah kanan sang putra. Vandesh menyadari sesuatu selama ini dia sangat tidak memperhatikan kesehatan sang putra padahal dia tahu anaknya ini rentan terkena gangguan di bagian mulutnya.
"Udah di obati?" Tanya Vandesh pelan sambil menatap mata Boba sang anak.
Bian hanya menggeleng pelan pertanda belum mengobati sariawannya sama sekali.
"Maafin papa ya, papa nakal ya nak sampe papa gak merhatiin kesehatan Bian lagi. Maafin papa yang gak peka ini ya. Maafin papa" Vandesh menangkup pipi tembam sang anak dengan kedua tangan besarnya.
"Eung.. papa nakal .. papa nakal udah bikin Bian tambah sayang" balas Bian dengan diakhiri mengerucutkan bibirnya.
Vandesh tersenyum kecil mendapati ternyata anaknya ini masih sangat amat lucu walau sudah memasuki sekolah menengah atas.
"Maaf ya, lain kali papa akan lebih sering dirumah, papa bakal temenin Bian biar Bian gak kesepian lagi ya sayang" ucap lembut Vandesh yang mampu meluluhkan hati Bian. Karena sungguh ini yang Bian mau dan ini yang Bian butuhkan.
"Emm" Bian hanya menganggukkan kepalanya lalu memeluk sang papa lagi.
"Emm papa?" Panggil Bian di dalam pelukan papanya.
"Ya sayang?" Jawab Vandesh yang sekarang sedang mengusap pelan rambut anaknya.
"Papa sakit ya?" Tanya Bian yang sedari tadi melihat wajah pucat ayahnya.
"Nggak kok" jawab Vandesh seadanya.
"Bohong. Muka papa pucat, Bian tahu papa sakit kan" Bian menjauhkan tubuhnya lalu mengusap dan memandang wajah pucat ayahnya.
"Bian panggil om Kevan ya papa" sambung Bian.
"Gak perlu. Papa sakit karena kangen Bian, sekarang Bian sudah ada di dekat papa. Papa gak perlu obat, papa cuma butuh Biannya papa" memang Vandesh akhir-akhir ini kesehatannya menurun karena memikirkan sang anak, dan setelah mengetahui yang sebenarnya sekarang Vandesh merasa lebih baik.
"Papa.. maafin Bian ya, seharusnya Bian gak jauhin papa seharusnya Bian gak kekanak-kanakan kayak kemarin ya. Maaf papa"
"Noo, Bian gak salah. Dan lagi pula kenapa memangnya kalo Bian kenakan-kanakan kan Bian memang masih anak-anak"
"Bian udah gede papa, udah 15 tahun" Bian merengut dibilang masih anak-anak oleh kesayangannya.
"15 tahun itu masih kecil sayang. Tapi nak, papa boleh minta tolong?"
"Tolong apa?"
"Lain kali kalo ada sesuatu yang Bian gak suka dari papa, bilang langsung ke papa ya nak gapapa Bian tegur papa. Papa gak akan marah kalo itu memang salah papa, papa bukan orang yang peka yang bisa menerka-nerka pikiran orang lain. Jadi kalo ada hal yang salah dan Bian gak suka dari papa bilang ya sayang. Papa baru pertama kali jadi orang tua, sama kayak Bian yang baru pertama kali menjadi seorang anak. Kita sama-sama belajar ya sayang, jangan hanya di pendam, perasaan yang hanya di pendam cuma numpuk rasa sakit." Vandesh akhirnya melakukan perannya sebagai seorang ayah.
"Iya papa, Bian gak akan gitu lagi. Cuma kadang apa yang Bian rasain susah untuk diutarakan"
"Ya udah di selatanin aja kalo susah di utarain"
"Di tenggarain gimana pa" Vandesh pun tertawa mendengarnya.
Vandesh tidak tahan, akhirnya dia mengecup seluruh inci wajah sang anak dengan ciuman lembut karena sudah lama dia tidak mencium wajah manis nan tampan anaknya ini. Bian hanya tersenyum merasakan ciuman dari sang papa.
Saat papanya ingin menarik Bian kedalam pelukannya, Bian menahan gerakan sang papa.
Bian mencium lama kening sang papa.
"Bian kangen papa"
Selanjutnya Bian mencium pipi kanan papanya.
"Bian janji bakal jadi anak yang lebih baik lagi"
Bian kembali mencium pipi kiri papanya.
"Bian gak akan ninggalin papa"
Bian beranjak mencium hidung mancung papanya.
"Papa juga jangan tinggalin Bian"
Lalu terakhir Bian mencium seluruh wajah papanya.
"Bian sayang papa"
"Papa lebih sayang Bian" Vandesh langsung memasukkan Bian ke dalam pelukannya memberikan rasa hangat dan nyaman untuk sang putra.
"Pa, Bian gak sekolah yaaa" hari ini waktunya Bian kembali kesekolah setelah 2 hari kemarin di skors.
"Kenapa?"
"Gak mau bersihin taman belakang sekolah" ucap Bian yang mengingat hukuman dari kepala sekolah kemarin.
"Mau kamu gak kesekolah hari ini juga kalo besok kamu kesekolah juga bakal bersihin tuh taman belakang kok" balas Vandesh sambil menyantap nasi gorengnya.
Bian menghela nafas panjang.
"Tapi Bian malas papa"
"Kalo malas di hukum kenapa buat masalah hm?"
"Buat caper ke papa" jawab Bian santai.
"Hidih caper-caper udah gak zaman"
"Yakan namanya usaha pa"
"Usahamu gak lakik"
"Iyelah iyelah yang paling lakik dasar aki-aki"
"Heh apa bilangnya?"
"Eh tidak ada paduka raja, hamba hanya sedang menyantap bubur yang sangat enak ini"
"Oohhh lanjutkan makanmu yang paling hamba, jangan sampai tersisa"
"Ishh papa mah"
"Lohh papa lagi? Salah mulu perasaan"
"Ya mangkanya jangan pake perasaan"
"Ohh gitu maunya?"
"Eehh hihi nggak papaku sayang, kesayangannya Bian jangan marah dong, udah tua nanti kalo marah-marah tambah keriput nanti"
"Pinter banget ya ngeledekin papanya"
"Bukan ngeledek, hanya mengutarakan fakta dan realita"
"Iyadeh iya yang paling realistis, apalah daya papa yang idealis ini"
"Dihh sok-sok idealis, melankolis kali ah"
"Nah kan kagak nyambung"
"Dari tadi pembicaraan kita memang sudah kagak nyambung pa"
"Ya sudah ya sudah ayok berangkat ah nanti kamu telat"
"Bian naik motor aja pa"
"No, papa aja yang antar"
"Noo, naik motor aja nanti papa bolak-balik kan sekolah Bian gak searah sama kantor papa"
"Gapapa, papa antar aja"
"Gak papa ish, Bian naik motor aja kayak biasa oke nanti kita ketemu lagi dirumah ya kesayangan Bian ya ya ya.. eung ..!!" Bian memeluk sang papa sambil menggoyang-goyangkan tubuh sang papa kekanan kekiri.
"Ya udah kalo gitu, sini papa cium dulu" Bian tersenyum mendengarnya dengan senang hati dia menyodorkan wajahnya untuk dicium oleh sang papa.
"Hati-hati bawa motornya jangan ngebut-ngebut" titah sang ayah setelah selesai mencium keseluruhan wajah sang anak.
"Iya papa ku sayang, daahh papa pay pay" ucap Bian yang sudah berada di atas motor.
"Hmm"
"Ilabiyu papa"
"Ilabiyu too, hati-hati" teriak Vandesh saat melihat anaknya udah melajukan motornya keluar dari pekarangan rumah.
"Iyaaa .." balas Bian dengan teriakan juga.
"Anak itu" jujur saja ini pagi yang sangat membahagiakan untuk Vandesh pasalnya sudah lama dia tidak merasakan perasaan senyaman ini hanya karena berbaikan dengan sang putra tunggalnya.
"Ada angin apa Lo, bahagia bener sampe muka Lo serasa memancarkan cahaya ilahi" tanya Aidan saat mendapati wajah sahabat kecilnya berseri-seri.
"Ada angin ribut tadi dirumah, sampe memancarkan sinar bagai cahaya yang menerangi bumi"
"Apa sih kagak nyambung"
"Hehe Lo bingung ya, sama gue juga" Bian tertawa melihat ekspresi Aidan.
"Nah kan ketawa sendiri, curiga gue jangan-jangan Lu kesurupan setan perawan ya"
"Emang ada?"
"Apanya?"
"Setan perawan?"
"Ada di film"
"Ehh asw"
"Mulut lo, tau om Vandesh di cocol cabe Lo"
"Mana lah, masa kesayangan gue nyakitin gue"
"Dah baikan Lo?"
"Hihi udah" Bian cengengesan menjawabnya.
"Hm pantesan tuh muka rasa cahaya ilahi, terang bener"
"Keliatan banget yak?"
"Banget banget Lo kayak orang gila dari parkiran sampe sini senyum mulu, rasa stroke Lo"
"Mana ada orang stroke senyum bege"
"Ada, Lo buktinya"
"Hehh dasar ayam lu"
"Udah ah ayok balik kelas, udah beres juga ini" iya, sedari tadi mereka melaksakan hukuman yang sudah di jatuhi oleh kepsek kemarin.
"Okeeyy"
"Jadi, bisa kan di wakilkan?" Ujar Vandesh kepada Arka sang sekretarisnya.
"Bisa pak"
"Santai aja bro kalo berdua, pak pak rasa tua bener gue"
"Lo abis nyolong selendang bidadari yang mandi di kali ya kak?"
"Heh sembarangan tuh mulut, gue cocol cabe Lo"
"Abisnya Lo bahagia bener kayak abis kejatuhan durian runtuh"
"Kalo kejatuhan durian mati gue kagak bisa senyum lagi gue"
"Itu perumpaan kak, hadeh capek"
"Gue baru baikan sama Bian"
"Ya ampun kak, sumpah Lo kayak abis baikan sama degem tau gak."
"Lah Bian kan emang degem"
"Ya gak gitu juga maksudnya"
"Lo juga bakal ngerasai Ka, kalo nanti anak Lo udah gede terus kalian berantem abis baikan itu wahh bahagia banget"
"Oke-oke semoga anak gue lama deh gedenya gue masih menikmati masa-masa dia bayi"
"Iya iya masa-masa bayi itu, masa yang gak akan bisa di ulang lagi. Okelah gue pulang ya mau nemuin kesayangan gue takut dia udah dirumah duluan"
"Iyadeh yang paling punya kesayangan" Vandesh hanya tertawa mendengar ucapan Arka.
Waktu berjalan cukup cepat sekarang Bian sudah akan pulang kerumah setelah bel pertanda jam terakhir selesai. Senyum manis yang terpatri di bibirnya tak surut sedikit pun memikirkan akan bertemu sang papa. Entah kenapa ada rasa rindu yang hangat di dalam hatinya hanya karena ingin bertemu ayahnya.
"Bian" merasa namanya di panggil Bian pun menoleh.
"Mama?"
-----
TBC
Konfliknya tipis-tipis aja kok xixi
Oh iya btw maaf ya kalo disini ada yang agak risih karena ceritaku banyakan physical touch nya, jujur author sendiri love language nya physical touch jadi suka aja kalo hubungan ayah dan anak yang sosweet² manja gitu hihi. Ngapunten nggeh 🤝
Nanti bakal ku usahain buat ku kurangi ya physical touch nya seandainya memang ada yang risih okweyy
Okee jangan lupa tinggalkan jejak manteman Kkyuu tercintaahh
Maapkeun kalo typo beterbangan xixi
Sampai ketemu di chpt selanjutnya pay pay 😉
Btw btw untuk Army selamat menunggu 2025 🥺🥺
Apobangpo 💜💜
19.10.22