抖阴社区

You [Choi Seungcheol]

By Lalauvey_

22.9K 1.6K 58

Terima kasih kepada takdir yang sudah mempertemukan aku denganmu. Sekarang aku akan menjadi egois berjuang me... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
35
36
37
38
39 (Jeonghan POV)
40
41
42
43

34

563 34 4
By Lalauvey_

"Maaf aku tidak menghubungimu selama ini," ucapan menyesal Seungcheol berikan pada Lyra. Mendengar itu Lyra hanya diam dia tidak tahu hendak menjawab apa.

"Aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu disini," ucap Seungcheol lagi yang membuat kali ini keduanya saling menatap satu sama lain.

"Tadinya aku ada janji makan malam dengan Mingyu oppa," ucap Lyra yang membuat Seungcheol sudah menaikkan satu alis matanya lalu bertanya.

"Lalu kemana Mingyu? Dan kenapa bisa sampai terjadi seperti ini?"

"Kalian ada kegiatan disini?" tanya Lyra berusaha mengalihkan pertanyaan yang diajukan padanya. Tadi sebenarnya dia ingin bertanya pada Mingyu hanya saja karena bertemu mendadak dengan Chika membuat dia melupakannya.

"Ya. Kami ada syuting brand. Tapi hanya hip hop unit saja," jelas Seungcheol membuat Lyra mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.

"Aku pulang," terdengar suara lainnya memasuki ruangan kamar hotel. Mata Lyra dan Wonwoo saling bertemu.

"Hyung, kenapa Lyra ada disini?" tanya Wonwoo keheranan melihat sosok gadis yang sebelumnya sedang makan malam bersamanya dan Mingyu.

"Ah, tadi ada suatu kejadian yang membuat aku membawanya kesini," balas Seungcheol menjelaskannya pada Wonwoo. Dia tahu adik satu grupnya itu juga makan malam dengan Mingyu yang tentunya tadi bertemu dengan Lyra. Itulah mengapa pria itu keheranan melihat kehadiran Lyra.

"Kalau begitu aku ke kamar Mingyu dan Vernon saja dulu," ucap Wonwoo lalu berjalan pergi begitu saja meninggalkan Seungcheol dan Lyra. Tindakan Wonwoo itu membuat Lyra tidak enak hati. Dia sangat yakin pasti Wonwoo merasa lelah setelah beraktivitas dan ingin segera beristirahat. Namun, kehadirannya membuat waktu istirahat pria itu tertunda.

"Sudahlah santai saja. Dia tidak akan marah," jelas Seungcheol seolah tahu apa yang sedang dipikirkan Lyra. Dia berkata seperti itu karena memang yakin jika Wonwoo tidak akan marah. Pria itulah yang memberitahu pada dirinya bahwa Lyra berada di hotel tempat mereka menginap ini. Dia keluar dari kamarnya karena ingin bertemu dengan gadis ini namun untungnya Wonwoo memberitahunya bahwa Lyra keluar bersama seorang gadis. Saat dirinya berusaha mencari Lyra saat itulah dia melihat seorang gadis yang sedang kesusahan dan dia tidak mengira gadis itu ternyata adalah Lyra.

"Kau yakin, oppa?" tanya Lyra untuk memastikan.

"Berhentilah memikirkan orang lain. Pikirkan dulu dirimu yang terluka ini," kesak Seungcheol karena Lyra sedari tadi hanya khawatir dengan perasaan orang lain saja. Padahal yang paling kesulitan disini adalah dirinya.

"Sepertinya manager hyung akan lama. Kucarikan es dulu untuk mengompres tanganmu," ucap Seungcheol dan mencari es batu di dalam kulkas yang tersedia di kamar tempat dia menginap ini. Untungnya tersedia es batu yang membuat dia segera mengambil lalu membungkusnya dengan baju yang dengan cepat dia ambil dari dalam kopernya. Setelah melilitkan baju tersebut pada es batu itu dengan telaten Seungcheol mengompres tangan Lyra. Sesekali dia akan meniup tangan Lyra saat gadis itu meringis kesakitan. Dia berusaha mengurangi rasa sakit yang dirasakan Lyra lewat tiupan lembut yang dia berikan.

Lyra menatap wajah Seungcheol yang dengan telaten mengobati tangannya yang terluka. Akhirnya setelah berbulan-bulan tidak ada sama sekali komunikasi diantara mereka dia bisa melihat wajah ini lagi secara langsung dan bisa mendengar suaranya secara langsung pula.

"Maaf aku tidak menghubungimu selama ini," Seungcheol yang sedang mengompres tangan Lyra membuka suara namun pandangannya tetap pada tangan gadis itu.

Lyra tersenyum manis mendengar penuturan dari pria di hadapannya itu.

"Tidak apa. Aku tahu kalian sedang sibuk untuk come back kalian dan juga tidak sepenting itu untuk menghubungiku," Lyra berkata dengan jujur. Itulah yang dia rasakan selama tidak mendapatkan kabar apapun dari pria Choi ini. Serindu apapun dia pada Seungcheol tetap saja tidak mengharuskan untuk dia menghubungi pria itu.

Seungcheol yang mendengar jawaban dari Lyra mengalihkan pandangannya pada gadis itu. Dia menatap tepat pada mata Lyra yang membuat gadis itu menjadi salah tingkah. Beberapa menit keheningan tercipta dengan Seungcheol yang masih menatap lekat pada Lyra. Dia menatap setiap garis wajah gadis dihadapannya itu dengan harapan dapat mengisi rasa rindu yang selama ini hadir dalam dirinya karena tidak bisa menghubungi Lyra.

Seperti yang Lyra katakan mereka sangat sibuk dengan come back mereka yang membuat dia akhirnya hanya bisa fokus pada grupnya ditambah lagi Jeonghan yang selalu mengambil ponselnya dengan alasan ingin melakukan sesuatu membuat dia tidak bisa memainkan ponselnya sekedar untuk mengirim pesan. Bahkan kedua orang tuanya pun rasanya sudah sangat lama tidak dia hubungi. Tapi untuk pernyataan gadis itu yang mengatakan dirinya tidak penting untuk dia hubungi itu salah besar. Dia sangat ingin tahu bagaimana kabar Lyra. Bahkan disela-sela syuting atau latihan mereka saat Mingyu menghubungi gadis itu dia mencuri-curi dengar suara Lyra.

"Aku merindukanmu. Sangat merindukanmu," Seungcheol menarik Lyra ke dalam pelukannya lagi. Menghirup dalam aroma Lyra yang selama ini hanya dapat dia bayangkan.

Senyuman Lyra semakin mengembang lebar mendengar ucapan Seungcheol. Dia tidak menyangka hal yang sama pria itu rasakan. Dia tidak merindu sendiri ternyata.

Belum sempat Lyra menjawab ucapan Seungcheol, pintu kamar terbuka membuat Lyra dengan segera mendorong badan Seungcheol. Karena pria itu tidak siap dengan tindakan tiba-tiba Lyra, dengan mudahnya pelukan itu terlepas begitu saja. Selanjutnya tampaklah manager Lee berjalan masuk sambil membawa satu kantong plastik kecil berwarna putih. Sudah dipastikan itu adalah obat untuk Lyra.

"Ini obatnya. Maaf aku lama," manager Lee menyerahkan kantong plastik itu pada Seungcheol yang langsung saja pria itu terima tanpa tahu apa yang terjadi diantara Lyra dan Seungcheol.

"Maaf merepotkanmu, manager Lee," ucap Lyra dengan sopan.

"Santai saja, Lyra-ya. Ngomong-ngomong dimana Wonwoo? Bukankah dia dan Mingyu sudah menyelesaikan makan malam mereka?" tanya manager Lee sambil mencari keberadaan Wonwoo. Seingat dia tadi dia berpapasan dengan Mingyu dan Wonwoo hanya saja dia tidak sempat memberitahu mereka kondisi Lyra karena sedang terburu-buru.

"Dia di kamar Mingyu, hyung," jawab Seungcheol tanpa melihat manager Lee karena saat ini dia sedang sibuk mengoleskan obat ke tangan Lyra.

"Ah. Kalau begitu aku kesana dulu," setelah itu langsung saja manager Lee melesat menuju kamar Mingyu yang letaknya tidak jauh dari kamar inap Seungcheol dan Wonwoo. Kamar mereka berada di satu lantai yang sama.

"Jadi siapa gadis yang membuatmu jadi seperti ini?" tanya Seungcheol. Dia sangat penasaran dan tidak bisa menahan rasa penasaran itu walaupun sebelumnya Lyra mengalihkan pembicaraan ini.

"Dia sepupuku," jawab Lyra. Sepertinya dia memang harus menceritakannya pada Seungcheol karena pria itu terlihat sangat penasaran. Seungcheol sudah sangat terkejut di tempatnya. Tidak mungkin anggota keluarga sendiri melakukan hal seperti itu.

"Aku dibuang oleh kedua orang tuaku jadi aku tinggal bersama mereka," penjelasan singkat dari Lyra mulai perlahan dimengerti oleh Seungcheol. Pria itu tetap diam menunggu kalimat selanjutnya yang akan Lyra katakan. Akhirnya mengalirlah cerita tentang hidupnya yang dia ceritakan secara singkat pada Seungcheol. Baginya sekalian saja dia ceritakan karena pria itu sudah melihat apa yang Chika lakukan padanya.

Mendengar keseluruhan cerita dari Lyra membuat Seungcheol kembali mengingat kejadian yang dia lakukan pada Lyra saat di apartemennya. Dia mulai mengerti kenapa Lyra bisa seperti itu. Mengingatnya membuat Seungcheol dengan cepat menarik Lyra ke dalam pelukannya kembali.

"Maafkan aku Lyra-ya. Maafkan aku," Lyra yang mendengar kalimat permintaan maaf dari Seungcheol lantas mengernyitkan dahinya bingung. Dia tidak tahu kenapa pria itu meminta maaf padanya secara tiba-tiba.

"Aku benar-benar bersalah padamu dengan kejadian di apartemen waktu itu," akhirnya Lyra pun mengerti dan langsung membalas pelukan Seungcheol sambil mengusap pelan punggung tegap pria itu.

"Tidak apa. Aku sudah memaafkanmu," ucap Lyra dengan sangat lembut. Mendengar ucapan lembut itu Seungcheol semakin mengeratkan pelukannya pada Lyra.

"Sudahlah lepaskan pelukan ini, oppa. Aku mulai merasa sesak," setelahnya Lyra dengan kuat melepaskan pelukan Seungcheol dan bersamaan dengan pelukan itu terlepas pintu kamar hotel itu terbuka dan menunjukkan wajah keempat pria yang sudah tidak asing lagi bagi Lyra.

"Kyaaa. Lyra-ya. Kau baik-baik saja?" Mingu bertanya dengan wajah paniknya sambil mengambil tempat duduk di tengah antara Seungcheol dan Lyra. Seungcheol yang mendapat perlakuan itu dari sang adik langsung saja menarik kuat kerah baju bagian belakang Mingyu membuat pria itu ikut berdiri mengikuti Seungcheol yang juga sudah berdiri.

Mendapatkan perlakuan itu membuat Mingyu mengeluarkan kalimat tidak terimanya.

"Aiisss, hyung, apa yang kau lakukan? Lepaskan hyung."

"Sepertinya aku harus kembali mengajarkanmu sopan santun Kim Mingyu."

"Apa salahku, hyung?"

"Kau tidak melihat hyungmu yang sedang duduk disitu?"

Mendengar pertanyaan dari Seungcheol itu membuat Mingyu meringis dengan wajah jahilnya.

"Maaf hyung. Aku terlalu panik dengan keadaan Lyra tadi," ringis Mingyu. Akhirnya Seungcheol melepaskan cengkraman tangannya dari baju Mingyu sambil mendengus kesal.

"Ingatkan aku untuk menghukummu saat kembali ke Korea."

"Terserah kau saja hyung," setelahnya Mingyu kembali menuju tempat Lyra yang terduduk sambil melihat interaksi antara Seungcheol dan Mingyu yang terlihat sangat manis dimata Lyra.

"Apa yang terjadi padamu?" pertanyaan dengan nada sedih menyadarkan Lyra dan ia sudah melihat Mingyu yang sedang memegang tangannya yang tadi baru saja diobati Seungcheol.

"Ah, tidak apa. Aku baik-baik saja," balas Lyra dengan memberikan senyuman andalannya.

"Seorang gadis gila melukainya," balas Seungcheol yang langsung mendapatkan pelototan dari Lyra.

"Gadis pelayan itu?" tanya Mingyu pada Seungcheol yang diangguki pria itu.

"Kenapa bisa seperti itu?" kali ini Mingyu bertanya pada Lyra sambil menuntut penjelasan. Sebenarnya Lyra mau saja menjelaskan pada Mingyu toh pria itu sudah mengetahui sedikit kisahnya hanya saja disitu juga ada manager Lee, Vernon dan Wonwoo rasanya sangat malu jika mereka mendengarnya.

"Ah, lanjutkan saja pembicaraan kalian. Semoga cepat sembuh, Lyra-ya," ucap Vernon mengerti jika Lyra tidak akan menjelaskannya jika masih ada mereka disitu. Selanjutnya Vernon langsung menarik manager Lee dan Wonwoo untuk keluar dari kamar itu.

Lyra yang melihat itu tidak enak hati dan langsung menghentikan Vernon.

"Ah, tidak usah Vernon-ssi. Aku akan pulang saja sekarang. Sampai jumpa lagi dan terima kasih untuk bantuannya," setelah mengucapkannya Lyra langsung mengambil tasnya dan segera berlari keluar kamar hotel itu. Dia tidak enak hati jika harus berlama-lama disana. Jadilah dia langsung berlari keluar seperti itu.

🍒 🍒 🍒

Terhitung sudah lebih dari sebulan kejadian Lyra bertemu dengan Chika di hotel waktu itu dan hari ini resmi sudah Lyra menyelesaikan kontrak kerjanya. Dia sudah mempersiapkan segalanya untuk mengikuti jejak sang sahabat ke negeri Ginseng. Mengingat entah apalagi yang akan dilakukan oleh bibi dan sepupunya itu karena dia yakin mereka tidak akan berhenti sampai mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Setelah membereskan segala dokumen di kantornya yang tidak banyak, Lyra berjalan keluar sambil berpamitan dengan beberapa karyawan yang ia kenal. Tidak banyak memang karena dia yang jarang mendatangi kantor. Setelah berbasa-basi sebentar Lyra langsung kembali ke apartemennya. Ia ingin segera istirahat dan merencanakan apa yang dia lakukan saat tiba di Korea nanti.

Sesampainya di apartemen tempat dia tinggal langsung saja gadis manis itu melangkahkan kaki menuju unit apartemennya. Namun, ternyata niat Lyra untuk istirahat harus tertunda karena melihat dua sosok yang sudah dia duga cepat atau lambat akan mendatanginya lagi.

"Sedang apa kalian disini?!" tanya Lyra dengan tajam. Rasanya dia sangat lelah harus meladeni dua orang di hadapannya itu.

"Kami mau datang mengambil uang kami," tak kalah kasar sang bibi menjawabnya.

Lyra memijit pelan pelipis kepalanya. Selalu saja uang yang dibahas oleh bibinya. Dan apa? Uang mereka?!

"Kalian memang benar-benar tidak tahu malu. Pantas saja menjadi ibu dan anak. Dan uang kalian? Sejak kapan uangku menjadi milik kalian?"

"Sudah. Langsung berikan saja uang itu. Cerewet sekali," balas Chika membuat Lyra semakin geram.

"Aku tidak mau. Dan tidak akan pernah mau. Aku lelah bekerja dari pagi hingga malam itu untukku bukan untuk kalian. Hak kalian sudah aku berikan saat membayar hutang-hutang kalian. Jadi pergilah sebelum aku memanggil pihak keamanan."

"Kau kan baru saja melayani tamu dari luar negerimu itu seharusnya kau sedang banyak uang kan?" sudah tidak bisa menahan lagi dengan kalimat rendahan mengenai dia yang dikatakan menjual diri dengan keras Lyra menampar pipi sepupunya itu. Sang bibi yang tidak terima dengan yang dilakukan oleh Lyra pun membalas dengan lebih keras hingga membuat Lyra terjatuh ke lantai.

Belum benar-benar sembuh tangan yang diinjak oleh Chika kali ini tangannya kembali diinjak oleh bibinya dengan keras.

"BERANI SEKALI TANGAN HINA MU INI MEMUKUL ANAKKU!!" Lyra meringis kesakitan bahkan air mata mengalir dengan deras. Baginya rasa sakitnya terasa lebih sakit dibandingan dengan yang dilakukan oleh Chika.

Setelah puas menginjak tangan Lyra, kali ini bibinya menarik keras rambut panjang Lyra yang tergerai. Karena tarikan itu terlalu keras Lyra bisa merasakan beberapa helai rambutnya terputus karena tarikan itu.

"Sia-sia sekali adikku memungutmu. Asal kau tau saja kau itu sejak dilahirkan tidak pernah diterima. Adikku itu memungutmu yang sudah dibuang di pinggir jalan yang ternyata keputusan mereka sangat lah Salah untuk melakukan itu. Karena kau tidak bisa diandalkan sama sekali. Hanya membawa kesialan. Dan bodohnya aku membiarkanmu tinggal di tempatku dan adik kurang ajarku bersama suaminya berfoya-foya di negara orang. Rasanya muak sekali melihat wajahmu," setelah berkata demikian entah setan apa yang merasuki, sang bibi berteriak sekencang mungkin lalu membenturkan kepala Lyra sebanyak dua kali ke dinding apartemen.

Beberapa orang yang unit apartemennya bertetangga dengan Lyra mulai menyadari keributan itu keluar dari unit apartemen mereka untuk melihat lalu terkejut melihat kondisi Lyra yang sudah duduk terkulai lemas dengan kepala yang sudah mengalirkan darah. Chika dan bibinya pun masih berada disitu sambil berteriak memaki Lyra.

"HEI APA YANG KALIAN LAKUKAN!!" teriak satpam yang baru saja datang karena ia mendapatkan laporan dari orang-orang tentang kekerasan yang didapatkan oleh Lyra.

Chika dan ibunya yang melihat sudah banyak orang melihat mereka dan satpam sudah datang dengan gelagapan berlari pergi, kabur agar tidak tertangkap. Satpam dan orang-orang yang menonton tidak siap dengan mereka yang kabur akhirnya kehilangan jejak mereka.

Lyra yang masih duduk bersandar pada dinding apartemen mulai merasakan sakit kepala menyerangnya dengan hebat hingga membuat telinganya berdenging lalu perlahan-lahan Lyra mulai kehilangan kesadarannya.

Continue Reading

You'll Also Like

81.3K 7.7K 42
setiap yang kulakukan pasti ada sesuatu kesalahan, dan pertama, kesalahanku adalah melepaskan kekasihku, tetapi tak apa, sesekali aku akan belajar me...
188K 15.6K 56
[Little bit fantasy, Romance, FICTION] OC脳Svt Aku tidur di rumahku, di ranjangku. Namun saat aku bangun, aku sudah ada di negara lain, di rumah oran...
597 109 13
Boleh aku berharap lebih? Mendapat cinta dan berbagi cerita dengan orang yang kukasihi. Tapi sepertinya Takdir tak ingin memberikanku kebahagiaan lai...
4.3K 967 17
"饾懖饾拏饾挅 饾挃饾拞饾拺饾拞饾挀饾挄饾拪 饾拑饾拏饾挌饾拏饾拸饾拡饾拏饾拸 饾挌饾拏饾拸饾拡 饾挃饾拞饾拲饾拏饾拲饾挅 饾拵饾拞饾拸饾拡饾拪饾拰饾挅饾挄饾拪, 饾拵饾拞饾挃饾拰饾拪饾拺饾挅饾拸 饾拫饾拏饾挀饾拏饾拰 饾拵饾拞饾拵饾拪饾挃饾拏饾拤饾拰饾拏饾拸 饾拸饾拏饾拵饾挅饾拸 饾挊饾拏饾拫锟...