抖阴社区

~DUA PULUH SATU~

35K 2.8K 39
                                    

🍓🍓🍓

⚠︎
Check First! Part Acak.












"Chelsea lo gapapa?!"

Chelsea yang tengah merebahkan tubuhnya di sudut ruangan segera terbangun saat mendengar suara berat seorang pria. Kepalanya terdongak, matanya menyipit agar bisa melihat dengan jelas sosok itu di tengah gelapnya malam hari.

Dengan lemas ia berdiri kemudian menatap tak percaya lelaki itu. Chelsea mengambil tasnya yang ia gunakan sebagai alas bantalan kemudian berdiri tegap.

"B-bagas?"

Bagas, napas pria itu tampak tak beraturan sepertinya pria itu habis berlari ke sini. Dengan lembut pria itu menarik tangan Chelsea agar keluar dari ruang musik yang gelap, tak ada lampu karena Chelsea tak menemukan saklar di ruangan ini. Hanya ada seberkas cahaya temaram yang berasal dari luar jendela.

Heol! Bagaimana bisa Bagas tau jika dirinya ada di sini?!

Tentu saja Chelsea yang masih kebingungan hanya mengikuti langkah kaki Bagas yang berjalan membawanya dengan cepat. Ia membawa Chelsea keluar sekolah yang benar-benar sudah sepi. Bagaimana tidak? Ternyata hari sudah menunjukkan pukul delapan malam.

Asal kalian tahu, selama itu juga Chelsea belum mengisi perutnya yang sudah keroncongan. Bahkan sepanjang jalan perutnya terus saja berbunyi meminta di belas kasihani agar segera diberi makan.

Ugh Chelsea malu karena Bagas tertawa pelan ketika mendengar suara perutnya yang sudah berdemo sejak tadi.

Setelah keluar dari gerbang sekolah dan menutupnya kembali Chelsea berhenti kemudian memandang Bagas dengan tatapan rumit.

"Tunggu, kenapa gerbangnya bisa dibuka?"

"Ada satpam yang lagi jaga malam, jadi gue masuk gitu aja," ucap Bagas dengan senyum yang mengembang manis.

"Btw lo di sana dari jam berapa?" tanya Bagas yang penasaran.

"Sehabis latihan, kira-kira jam empat sore. Tapi, kenapa lo tau gue ada di ruang musik? Ponsel gue aja mati dan ga bisa buat hubungin siapa pun."

Bagas tersenyum tipis kemudian melepas jaketnya. Melihat kondisi Chelsea yang macam gembel membuatnya prihatin. Rambut gadis itu masih tampak berantakan setelah bangun tidur tadi.

Setelah memakaikan jaketnya pada Chelsea, Bagas segera berjalan ke belakang gadis itu kemudian mendorong punggungnya pelan agar berjalan maju.

"Makan yok, kasian perut lo dari tadi bunyi terus."

Chelsea memajukan bibirnya, kembali merasa malu, ia mengelus perutnya yang memang sudah melilit. Benar kata Bagas, ia harus segera makan, apalagi ia memiliki penyakit maag.



Hari dimana pertandingan basket SMA Bhintara Jaya yang ditunggu-tunggu telah tiba, Chelsea duduk bersama para siswa-siswi lainnya yang juga ikut menyaksikan sekaligus menjadi suporter tim basket sekolah mereka.

Dengan binaran pada matanya, Chelsea ikut bertepuk tangan dengan keras saat pertandingan sudah dimulai. Bahkan sesekali ia bersiul, membuat keadaan semakin riuh.

"Wahh! Beruntung banget punya adek kaya Niko," syukurnya saat Niko dengan kerennya mencetak poin dengan tubuh atletisnya yang sudah berkeringat.

Bahkan banyak sekali siswi yang meneriaki betapa kerennya Niko, adiknya itu ternyata sangat popular dan mempunyai banyak sekali fans. Chelsea semakin bangga.

Be The Antagonis Girlfriend [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang