???????????? ?????
???????? ?? ??????
Kailee Fitri Aliya adalah seorang mahasiswi semester akhir penyuka makanan, lelaki tampan, dan mahir dalam bermain piano.
Aliya membaca sebuah novel karangan kakaknya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu sijeuni? Ini cerita cocok untuk kamu, dengan tokoh ketujuh pangeran tampan kita. Bersama-sama kita akan menuju dunia berhalu yang terasa sangat nikmat~
Yang bukanrumputzen juga bisa baca karena tokohnya pake nama Indonesia 😌
Naren membalas pelukan gadis yang sudah mengisi relung hatinya ini, ia meletakkan dagunya di pundak Naya sembari memejamkan kedua matanya, ia lelah. Wangi Naya membuat rasa sakit dan lelahnya seketika menghilang. Bukankah obat yang cocok untuknya adalah Naya? Naren cuma butuh Naya.
"Makasih mb-"
Cklek!
"Salamaleko-om... ."
Sempat terjadi keheningan melanda di antara mereka. Naya masih memeluk Naren, namun kepalanya sudah tertoleh ke arah pintu kamar pria yang ada di pelukannya ini. Bahkan Haikal, Rafka dan Rehan sudah melongo dengan mulut terbuka lebar.
Aish, menganggu saja.
Eh tunggu-apa?! Bukan begitu maksud Naya!
"Mbak ngapain?"
Tersadar Naya segera menjauhkan diri dari tubuh Naren, ia berdiri memandang ketiga pria tampan yang masih setia berdiri di ambang pintu. Sepertinya wajahnya sudah memerah malu, ia seperti sedang di gerebek saja jika ekspresi mereka bertiga tampak sus kepadanya.
"C-cuma nenangin Naren aja kok."
"Masa sih?" kenapa Rehan harus mengeyel sih? Juga! Kenapa Naren diam saja, tak ada keinginan untuk menjelaskan apa?!
"Ih Nana! Jelasin ke mereka biar ga salah paham... ."
"Jelasin gimana? Udah jelas, kan?" oh lihatlah seringai kecil yang Naren layangkan pada Naya. Kenapa bisa-bisanya Naren berkata seperti itu?! Bukankah itu akan menambah kadar ke-sus an mereka terhadap Naya dan Naren?!
"Wah! Mbak lo pacaran sama Naren? Dan apa-apaan panggilan yang lo buat? Nana? Panggilan sayang, kah?"
"Ga git-"
"Aamiin."
Eh? Ehh?! Kenapa Naren malah mengamini?! Tidak mungkin kan Naren menyukainya yang jelas-jelas ga ada yang harus disukai dari dirinya? Positif thingking saja, Naren hanya bercanda ingin mencairkan suasana.
"WAHH AQUH SANGAT TERKENCUT!"
Plak!
"Terkejut bego!"
"Aish!"
Haikal mengelus kepalanya yang terasa sakit habis digaplok Rehan. Kuat sekali tenaga pria kecil itu?! Haikal juga kecil sih.
Haikal dan Rehan memutuskan untuk duduk di sofa panjang yang ada di dekat ranjang Naren, pria berkulit tan itu juga sudah mengembalikan tas Naren ke gantungan kayu yang ada di sudut kamar.
Senyap.
Seperti ada yang kurang.
"Woy kancut! Ngapain lo masih berdiri di situ! Simulasi jadi penunggu rumah Naren lo?!"
Ahh sungguh suara Haikal itu sangat nyaring! Gendang telinga Naya takut pecah!
Rafka tersadar dari rasa cengonya yang sedari tadi tak berubah, bahkan sampai kedua sahabatnya itu meninggalkan dirinya yang masih berdiri di ambang pintu.
»»-----------𝓔𝔁𝓹𝓵𝓲𝓬𝓲𝓽-----------««
Tak ingin ketahuan Naren jika ia tengah gugup, cepat-cepat Naya berdehem kemudian meminum susu milik Naren. Ia lupa jika itu punya Naren.
"M-mbak haus haha."
Glek glek!
Naya meminumnya hingga tandas tak tersisa setetes pun.
"Mbak, itu punya Nana."
Naya melotot kemudian tersedak susu coklat, Naren bergerak semakin dekat, tangannya memijit tengkuk Naya, membantu meredakan batuk gadis itu. Naya mengedipkan kedua matanya beberapa kali kemudian menatap horror Naren. Ia bergerak tak nyaman dengan perasaan bersalah melingkupi hatinya, ia tak sadar sudah meminum susu itu sampai habis!
"M-maaf Na, mbak buatin lagi ya?"
Naya menunjukkan raut bersalahnya kemudian berdiri, namun langkahnya tertunda karena Naren sudah terlebih dulu menariknya kembali duduk di sofa.
Saat ini mereka tengah duduk di ruang televisi, beruntung televisi menyala, itu sedikit membantu Naya agar tidak terlalu canggung dan gugup di depan Naren.
Dimana sifat Naya yang dulu? Yang merasa biasa saja ketika sedang bersama Naren. Namun kenapa sekarang rasanya sangat berbeda ketika ia bersama Naren, padahal dulu ia tak pernah merasa gugup sama sekali jika berada di dekat pria ini.
"Ga usah mbak, lagian masih sisa dikit kok."
Naya mengerut bingung, sisa? Ia melirik gelasnya, jelas-jelas sudah habis, apa Naren hanya bercanda? Jika setetes sepertinya ada, tapi yakali Naren akan meminum setetes air?
"Udah habis gitu kok."
"Belum kok."
Oh tidak, kenapa pria itu mendekatkan dirinya lebih dekat ke arah Naya. Apa yang akan Naren lakukan pada Naya? Naya harus bagaimana? Ia tak bisa bergerak!
Slurrpp!
APA YANG BARU SAJA NAREN LAKUKAN?!
Deg deg deg!
Jantung Naya terpacu semakin cepat.
Naren baru saja menjilat ujung bibirnya yang masih terdapat sisa susu coklat. Pria itu bisa tidak berhenti membuatnya jantungan?!
Setelah menjilat sisa susu di bibir Naya, Naren kembali duduk tegap menatap Naya dengan wajah tengil seperti Haikal. Seringaian itu terlihat tampan, membuat Naya tak bisa mengeluarkan makiannya.