Sedari tadi Rey hanya bergumam tak jelas memainkan ponselnya sambil tiduran diatas kasurnya, entah apa yang telah remaja itu pikirkan sore ini. Ia terus melihat ke layar dengan mempertimbangkan sesuatu.
Karena tidak menemukan jalan pintas, Rey pun beranjak dari tempat tidurnya menuju ke kamar abangnya yang tepat disamping kamarnyaa. Tanpa mengetuk pintu, ia langsung masuk begitu saja dan menemukan Sam sedang berkutat di depan layar laptop dengan pandangan serius.
"ngapain, bang?"
Sam sedikit tersentak ketika mendengar suara tepat di samping telinga "anj- ketuk dulu bisa gak?" semprotnya begitu melihat adik pertamanya itu sedang berdiri disebelahnya.
"dih, gitu aja ngamuk bang" ujar Rey terkekeh pelan "lagi ngapain sih?"
"war buat kuota wisuda minggu depan"
Seketika alis Rey terangkat "emang wisuda ada war-nya?"
"makanya kuliah, biar ngerti sistem kampus" cibir Sam yang sepertinya masih kesal dengan Rey, "mau ngapain lo nyariin gue?"
Rey mengangkat bahunya "mau ngomong tentang beasiswa, tapi ntar aja deh dibahasnya. Lo selesaiin dulu war-nya"
"yaudah, doain gue dapet yang minggu depan"
Rey hanya berdeham lalu menuju ke kasur Sam yang bentuknya tidak serapi punyanya, ia merebahkan badannya ke atas kasur dengan mata yang sedari tadi mengamati pergerakan abangnya.
"masih lama?"
"lima menit lagi dibukanya"
Rey menatap langit-langit kamar "kenapa lo ambis banget buat wisuda cepet sih bang? gak lanjut S2 aja sekalian?"
Sam melirik adiknya sekilas "gue pengen cepet kerja, eneg garap skripsian terus" jawabnya seraya meng-klik sesuatu yang membuatnya tersenyum lebar "alasan gue yang lain juga biar lo bisa lihat gue wisuda, sesuai janji gue minggu lalu"
Remaja yang tadinya menatap ke atas kini menoleh ke arah abangnya "makanya doain umur gue panjang" Rey mendudukkan dirinya di atas kasur "gimana? udah dapet?"
Sam mengangguk "Lo pasti bisa lah, kan gue ambilnya yang minggu depan" ucapnya menunjukkan layar laptopnya. "terus, beasiswa lo itu gimana? wait, berarti lo menang olimpiade yang kemarin dong?!"
"ya kalau gak menang, gue gak dapet beasiswanya bang"
"anjir! serius?! GOKILLL" Sam menghampiri Rey untuk memeluknya "selamat bro, adek gue emang keren-keren semua"
"makasih bang"
Sam melepaskan pelukannya lalu menepuk pundak adiknya "sekarang lo mau ke kampus mana? biar gue daftarin sekarang"
Rey menggeleng pelan "gue masih bingung sama dua kampus ini" ia menyodorkan ponselnya agar Sam dapat melihat kampus yang diinginkan oleh Rey.
"gampang itu mah, kenapa gak lo daftarin semuanya aja? siapa tau dapet jalur hoki" Ujar cowok yang selisih empat tahun diatasnya itu. Ia kembali duduk di depan laptopnya "eitss... tapi lo udah izin guru lo kalau mau daftar sendiri kan?"
"udah, mereka setuju-setuju aja"
"Oke, sekarang kita daftarin semuanya dulu. Kalau ada yang keterima baru deh pakai beasiswa LPDP-nya"
Seolah tidak tahu apa-apa, Rey hanya bisa menurut serta mengangguk dengan ucapan Sam dan melihat apa saja yang diketikkan cowok itu di atas keyboard. "lo yakin bang, daftarin gue lebih dari satu kampus?"
"Lo pernah lihat youtube gak sih? yang daftar ke kampus luar negeri itu gak lo doang, pasti lo bakal bersaing dengan orang-orang diluar sana yang pengen masuk ke kampus itu, apalagi kampus yang lo pilih termasuk kampus terfavorit di dunia" jawab Sam yang senantiasa menatap layar laptopnya "gue udah search ke internet dan gue pilihin lima kampus buat lo ya"
"banyak banget bang"
"udahlah, lo nurut aja"
Setelah beberapa jam mereka fokus ke layar laptop, tanpa terasa hari sudah menjelang malam dan Bella masuk ke kamar Sam dengan berkacak pinggang "dipanggil dari tadi, kenapa gak turun-turun?!"
Kedua remaja itu menoleh ke arah pintu dengan cengengesan "gak denger ma"
"gak denger kalian bilang?! cepet turun, terus makan malam bareng"
Sam dan Rey saling pandang lalu segera mengekori mamanya turun ke lantai bawah untuk makan malam bersama. Untung saja mereka berdua sudah menyelesaikan berkas-berkas yang dibutuhkan untuk daftar ke kampus luar negeri, jadinya mereka sedikit lega meninggalkan itu semua di dalam kamar Sam.
Bella menatap kedua anaknya tajam "ngapain kalian di dalam kamar?"
"kita-"
"makan dulu, gak sopan kalau ngobrol di depan makanan" potong David menengahi percakapan tersebut.
"Rey menang olimpiade ma, tadi aku bantuin dia buat daftar kampus ke luar negeri" celetuk Sam setelah meneguk setengah gelas air putih di atas meja. "dapet beasiswa lpdp juga"
Bella mendongak meanatap Rey karena tak percaya jika anaknya berhasil memenangkan olimpiade tersebut, padahal anaknya saat itu mengerjakannya di rumah sakit dengan kondisi yang masih lemas.
Wanita itu menghampiri anak keduanya seraya memeluknya bangga "kamu kok gak bilang mama? hebat banget anak mama"
David menepuk pundak Rey "papa bangga banget sama kamu, gak sia-sia ngerjainnya di rumah sakit"
"ihh bang Rey keren bangettt, selamat abangnya Alea" Gadis satu-satunya di keluarga itu ikut beranjak untuk memeluk kakaknya erat "Alea bangga deh punya bang Rey"
Rey terkekeh pelan sambil mengangguk "iya makasih ma, pa, dek. Rey juga baru dapat kabar tadi pagi di sekolah"
"nah, berhubung ada yang lagi bahagia nih. Makan malam ini spesial buat ngerayain juara satu nya Rey" ujar David tersenyum tipis "yuk, dimakan makanannya. Keburu dingin"
Malam ini mereka habiskan untuk makan malam bersama, entah kenapa malam ini Rey merasa malam spesial untuk yang terakhir kalinya. Ia bingung dengan pikirannya sendiri, tapi sudahlah biarlah overtinking itu berlalu dengan menikmati semuanya bersama keluarga cemaranya.
Setelah makan malam, satu persatu anggota keluarganya pergi menuju ke kamar untuk kembali mengerjakan sesuatu. Sedangkan Rey membantu mamanya untuk membereskan semua piring-piring tersebut ke dapur "ma"
"kenapa, nak?"
"mama tau kan, Rey sayang banget sama mama?" tanya Rey yang membuat Bella menghentikan kegiatannya "besok Rey bakal ajak teman-teman Rey ke suatu tempat. Pasti mama paham maksud Rey"
"tempat apa maksud kamu?"
Rey meraih tangan mamanya lalu meletakkan tangan itu ke kepala "ini, Rey bakal habisin semuanya besok"
Bella terdiam dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya, ia memeluk anaknya itu erat "siap gak siap, mama terima keputusan kamu"
Rey membalas pelukan tersebut tak kalah erat "Rey selalu nyaman sama pelukan mama. Peluk Rey terus ya ma, kalau lagi butuh mama"
"pasti dong, kamu kan anak mama."
.............
260124
next?!

KAMU SEDANG MEMBACA
REYNANDO
Teen FictionReynando Demian Stevano Winata Remaja yang akrab di sapa Rey ini adalah cowok tampan yang sangat digemari oleh kalangan siswi di sekolahnya. Kegemarannya adalah bermain basket dan pelajaran fisika. Selain menjabat sebagai ketua OSIS, remaja ini juga...