Sekitar satu jam menunggu, akhirnya penggerakkan dari Rey membuat ketiga pemuda yang menunggu itu langsung tersenyum lega. Padahal mereka sudah berencana akan membawa Rey ke rumah sakit karena tidak dasar-sadar.Rey mengernyitkan matanya ketika netra itu menubruk cahaya lampu diatasnya, mulutnya juga sedikit meringis merasakan kepalanya yang masih berdenyut. "jangan dipaksain Rey, tiduran dulu aja." ujar Bima yang memegangi pundak Rey yang akan bangkit dari tidurnya.
Rey mengangguk mengiyakan ujaran dari temannya, karena memang kondisi badannya yang masih lemas setelah pingsan barusan. Ia melirik ke teman-temannya yang masih berdiri ditempatnya. "Gue pingsan berapa lama?"
"Satu jam" jawaban dari Satya membuat Rey sedikit berdecak, "makanya sarapan dulu."
"Bego sih" ejek Vano yang membantu Rey untuk duduk menyandar pada kepala kasur.
Bima yang tadi membeli makanan untuk Rey segera mendekat lalu membukanya dihadapan temannya itu, "ini gue beliin bubur ayam, lo gak alergi perbuburan kan?" Rey menggelengkan kepala sebagai jawaban. "sorry kalau udah dingin, lo pingsannya kek orang mati lama banget."
Rey terkekeh sambil mengaduk bubur yang sudah ia ambil dari Bima, "makasih"
"Sama-sama."
"Makan yang banyak Rey, badan lo makin hari makin kurusan aja." celetuk Satya sambil melipat kedua tangannya di depan dada kemudian menyenderkan badannya ke tembok.
"Kek tubuh lo keren aja?" ejek Vano yang berada tak jauh dari Satya berdiri.
Satya melirik Vano tanpa minat, "lo mau lihat? nih gue buka."
"Gak sudi gue, lo kira gue homo?"
Satya mencebikkan bibir lantaran Vano yang mengejeknya. "Kok bisa si Cacha kepincut sama orang modelan kayak lo? semoga aja batin dia masih sehat."
"kurang ajar ya mulut lo." sungut Vano merasa disindir terang-terangan oleh Satya yang terngah terkekeh.
"Debat mulu lo berdua, keluar aja sana!" Bima yang masih sibuk membantu Rey memakan makanannya sepertinya telinganya ikutan panas. "berisik."
"DIH" keduanya langsung berdecih sama-sama saling memalingkan wajah.
Rey menggelengkan kepala lantaran heran dengan sikap kedua temannya yang masih kekanakan, lalu tangannya mengambil botol air mineral yang baru saja dibukakan oleh Bima. Tanpa banyak omong langsung meminumnya hingga setengah botol.
"Kalian gak masuk kelas?" Tanya Rey.
Bima menggelengkan kepala sebelum menjawab "guru kelas 12 rapat buat bahas ujian nanti."
Vano menepukkan tangannya, "habis ini kita lengser jadi osis dong? Wah, gak kerasa bro."
"Bener, gue rasa baru kemarin pelantikan jadi anggota inti osis." Satya menyetujui ucapan Vano barusan. "Lo udah nentuin kandidat baru ketua osis-nya Rey?"
Rey menggelengkan kepalanya, "gue masih bingung, menurut kalian gimana?"
Vano terlihat memikirkan satu nama adik tingkat yang menurutnya sangat pantas, "gue ada kandidat, kalian tau Rion, gak?"
"Tau, anak futsal itu kan?" tanya Satya yang diangguki oleh Vano.
"Iya bener, jabatan dia sekarang kan di sekbid satu."
Rey bergumam "Boleh, dia lumayan juga kinerjanya." Setelah itu ia kembali mengeluarkan suaranya untuk memberitahukan kandidat pilihannya sendiri. "Gue juga mau Kavin jadi kandidat kedua, Kavin anak IPS."
"Gak salah lo milih dia?" Tanya Satya bingung, karena setau dia Kavin yang ada didalam anggota osis itu termasuk anak yang nakal.
"Anak brandal kek dia?" Lagi-lagi Bima pun sama bingungnya dengan Satya.

KAMU SEDANG MEMBACA
REYNANDO
Teen FictionReynando Demian Stevano Winata Remaja yang akrab di sapa Rey ini adalah cowok tampan yang sangat digemari oleh kalangan siswi di sekolahnya. Kegemarannya adalah bermain basket dan pelajaran fisika. Selain menjabat sebagai ketua OSIS, remaja ini juga...