抖阴社区

                                        

~~°~~

Setelah sekian lama Sonnya menaiki anak tangga rumah dengan penuh kehati-hatian, cewek itu akhirnya sampai juga masuk kedalam kamarnya. Sonnya lantas melempar tas sekolahnya asal dan langsung berjalan menuju salah satu rak disebelah meja belajarnya, yang dimana dalam salah satu laci rak tersebut tersimpan sebuah kotak P3K untuk mengobati luka di lututnya ini.

Perlahan Sonnya berbalik, menuju ke arah ranjang miliknya. Gadis itu lantas mendudukkan dirinya penuh perkiraan, karena salah sedikit ia bergerak, rasa sakit di lututnya sungguh tidak main-main. Sonnya mendesis kala kapas yang sudah ia beri dengan alkohol itu bertemu lukanya, ini menyakitkan tapi sebisa mungkin Sonnya tahan.

Dalam diamnya, pikiran Sonnya malah berkelana pada kejadian beberapa jam lalu. Tepatnya dimana ketika Putra tengah serius mengobati lukanya. Lelaki itu hanya diam, enggan mengeluarkan sepatah katapun pada dirinya, Putra begitu telaten mengobatinya pada waktu itu.

***

"Lo kok hobi banget diem, sih?" tanya Sonnya pada cowok itu. Alih-alih menjawab, Putra masih saja diam ditempatnya. Ia hanya fokus dengan luka di bagian lutut milik Sonnya.

"Putra" panggil Sonnya, membuat kepala Putra yang tadinya menunduk menjadi mendongak, guna menatap mata cewek itu. "Kenapa lo suka bawa kamera kemana-mana?" tanyanya kemudian. Pasalnya tidak pernah sekalipun Sonnya melihat laki-laki itu melepaskan kamera yang mengalung pada lehernya, mau di manapun itu sepertinya Putra tidak akan melepaskan kamera kecil itu dari lehernya.

"Suka aja" balas Putra sepantasnya. Sonnya hanya bisa mengangguk setelahnya, ia juga bingung ingin berbicara apalagi pada cowok itu.

Putra lebih dingin daripada Leon, cowok itu juga lebih datar daripada Leon. Membuat dia bingung sendiri ingin memulainya seperti apa terlebih dahulu.

Menit demi menit terus berlalu, Putra selesai dengan aktivitasnya. "Selesai, tapi gue nggak yakin kalo plesternya bisa awet. Luka lo dalem banget ternyata" ucapnya sedikit ragu.

Sonnya mengangguk, tidak mempermasalahkan hal itu lebih lanjut. Senyuman gadis itu mengembang setelahnya, menatap Putra dengan binar mata cerahnya itu.

"Nggak papa. Makasih, Putra" ujar Sonnya, masih mempertahankan senyum diwajahnya.

Putra balas mengangguk, ia lantas mengeluarkan ponsel yang membuat salah satu alis Sonnya terangkat bingung. "Lo lagi ngapain?" tanya cewek itu bingung, karena Putra nampak serius sekali dengan ponsel dalam genggamannya.

"Cariin lo taksi online. Gue nggak mungkin anterin lo pake motor" jelas Putra cepat dan Sonnya hanya bisa mengangguk samar.

"Itu taksi online lo" Putra berujar setelah sebuah mobil sedan berwarna hitam itu mengarah menuju ke arah keduanya.

"Dengan mas Putra Anggara?" tanya pria paruh baya itu, langsung dibalas anggukkan dari Putra.

"Iya, pak" balasnya ramah, beda seratus delapan puluh derajat ketika cowok itu berbicara pada Sonnya barusan. "Anterin teman saya ya, pak. Arah tujuannya ngikut dia aja, pak, biar saya yang bayar" ucap Putra pada pria itu.

"Siap, baik mas kalo kayak begitu"

"Makasih ya, Putra" kata Sonnya, mengucapkan terimakasih kepada Putra karena kebaikan cowok itu padanya.

****

Senyuman Sonnya lantas mengembang kala kejadian itu terputar lagi dalam otaknya. Cewek itu tidak bisa mendefinisikan bagaimana seorang Putra dengan baik, namun satu yang baru Sonnya sadari. Putra itu memang cueknya luar biasa, tetapi hatinya begitu lembut bak kapas.

Don't Leave Me (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang