抖阴社区

Bagian 60

90 6 8
                                        

Aroma khas lautan langsung tercium saat Sonnya sudah keluar dari dalam mobil milik Leon. Cewek itu tersenyum tipis, sedikit terpesona pada lautan luas yang membentang didepan sana. Ia bahkan hampir tak percaya jika ditengah padatnya wilayah perkotaan ini, masih ada sedikit tempat menarik yang bisa ia kunjungi keindahan pada malam hari ini.

Sonnya tentu sangat menyukainya, ia tidak bisa menolak setiap kali suara deburan ombak itu saling bersahut-sahutan, menghantam begitu keras bebatuan yang ada dipinggir pantai tersebut. Sudah lama Sonnya tak mendengar suara ombak seperti ini, rasanya ia jadi tenang sekarang.

"Ayo" kata Leon, membuat arah pandang Sonnya teralihkan kepada cowok itu sepenuhnya.

Sonnya mengangkat satu alisnya bingung, kemudian bertanya pada Leon. "Kita mau kemana?"

"Makan" jawab lelaki itu singkat, sedangkan Sonnya hanya bisa mengangguk dan mulai mengikuti langkah Leon dibelakangnya. Sonnya cukup sadar diri jika dirinya tidak akan pernah bisa berjalan berdampingan bersama Leon sampai kapanpun.

Sesampainya di restoran seafood itu, keduanya lantas duduk berhadapan. Leon mengangkat salah satu tangannya untuk memanggil pelayan yang ada disana. Tak berapa lama kemudian seorang pelayan datang menghampiri mejanya dan memberikan buku menu kepadanya.

"Mau pesen apa?" tanya Leon seraya membolak balikkan buku menu yang ada ditangannya itu.

"Samain aja" kata cewek itu pelan, sedikit tidak menyangka kalau ternyata Leon akan mengajaknya makan juga disini. Awalnya ia pikir, Leon mengajaknya kemari hanya untuk sekadar menemaninya makan saja.

Leon menganggukkan kepalanya samar ketika mendengar ucapan Sonnya barusan, dirinya menutup buku menu tersebut dan langsung memesan apa yang ia mau kepada pelayan itu. Selesai dengan pesanan mereka, pelayan tersebut lalu undur diri dari sana. Membuat meja ini terasa hening kembali seperti semula.

Leon diam, Sonnya pun demikian. Tidak ada yang memulai pembicaraan sama sekali, sampai pada akhirnya salah satu pengunjung disana naik keatas panggung kecil yang disediakan pihak restoran dan mulai bernyanyi lagu romantis untuk sang pujaan hatinya.

Aksinya tersebut tentu membuat sebagian pengunjung restoran merasa iri. Termasuk Sonnya yang berada disana, tanpa sadar cewek itu bergumam. "Cowoknya romantis" tidak terlalu keras memang ketika dia mengatakan hal tersebut, namun Leon yang terduduk dihadapannya dapat mendengar secara langsung kalimat milik Sonnya barusan.

"Apanya yang romantis?" kata cowok itu sedikit sinis kepada Sonnya.

Manik mata hazel milik Sonnya lantas mengarah kepada Leon, mengalihkan sejenak dari momen romantis tersebut. "Emang iya cowoknya romantis, kok" kata Sonnya sambil memperlihatkan senyuman tipis miliknya.

Sementara Leon hanya diam tak bergeming dengan kedua tangan yang sudah berlipat keatas dada. Wajahnya berubah tegas, lebih mengerikan daripada yang sebelumnya. Maka dari itu Sonnya memilih untuk memperhatikan sepasang kekasih tersebut didepan sana ketimbang wajah mengerikan milik Leon saat ini.

Didepan sana sepasang kekasih tersebut sedang saling tatap satu sama lain, sebuket bunga mawar disalah satu tangan cowok itu berhasil membuat sang cewek merasa tersipu malu, tidak akan menyangka mungkin kalau akan diberi kejutan sebegitu romantisnya oleh pasangannya tersebut. Aksinya tidak sampai disitu saja, Sonnya dan pengunjung restoran lainnya bahkan ikutan dibuat meleleh ketika sang cowok mulai berjongkok dihadapan cewek itu dan mengeluarkan satu kotak berukuran kecil dengan warna merahnya yang begitu indah.

Ternyata sang cowok hendak melamar cewek itu untuk dijadikannya sebagai pasangan hidup sematinya. Sonnya tentu tidak bisa berhenti tersenyum melihatnya, belum lagi disaat cewek itu menerima lamaran sang kekasih dengan senang hati. Semua pengunjung lantas bertepuk tangan dan bersorak gembira, seolah turut bahagia dalam momen indah kedua pasangan tersebut.

"Yang dilamar dia, bukan lo. Gak usah lebay sampe ikutan bahagia juga" celetukan Leon begitu tajam menghunus telinga milik Sonnya. Sampai-sampai cewek itu sedikit terkejut akan ucapannya barusan, namun Sonnya bersikap biasa saja seolah tidak ada apa-apa.

Ia tersenyum singkat. "Ikutan bahagia atas kebahagiaan orang lain juga gak ada salahnya kali, Yon" sahut Sonnya yang membuat kedua bola mata Leon memutar jengah.

"Terserah lo" katanya sedikit tidak suka.

Sonnya tentu tidak akan pernah mempermasalahkan hal tersebut, dirinya kembali menatap kearah kedua kekasih tersebut dengan mata yang berbinar bahagia. Dari mereka dia jadi merasa sedikit iri, seharusnya ia juga bisa merasakan hal yang serupa dengan kedua pasangan itu. Sang lelaki memakaikan cincin dijari cewek itu atas dasar segala cintanya yang sangat mendalam. Begitupun dengan dengan sang cewek yang menerimanya dengan bahagia, ia bahkan sampai menitihkan air matanya. Sudah bisa Sonnya tebak, cinta mereka sepertinya setara antara satu sama lain. Tidak seperti dirinya dan Leon, yang bertunangan atas dasar sebuah paksaan dari kedua orang tua masing-masing.

Memikirkan hal itu dada Sonnya dilanda sebuah perasaan sesak yang tak dapat dibendung. Dilihatnya lagi cincin berlian yang tersemat dijari manisnya, senyum getirnya terlihat kemudian karena sebetulnya ia juga tidak mau memakainya jika saja bukan paksaan dari papa.

Air mata itu hampir saja menetes jika saja Leon tidak menarik tangannya secara cepat. Sonnya terkejut atas pergerakan cepat itu, kedua mata mereka saling beradu satu sama lain. Sonnya yang masih belum mengerti ada maksud apa dari pergerakan Leon hanya bisa diam menatap lelaki itu penuh tanya.

"Lo bilang dia romantis, kan?" tanya Leon yang langsung dianggukki oleh Sonnya. "Gue juga bisa romantis tuh, bukan cuma itu cowok aja yang bisa" ujarnya lagi, seakan tengah menyombongkan diri bahwa ia lebih pandai daripada seorang lelaki yang baru saja berdiri diatas panggung kecil sana.

Mendengarnya Sonnya tambah bingung, ia tidak mengerti akan sikap Leon yang sekarang. Tadi cowok itu selalu saja sewot disaat Sonnya memuji cowok itu romantis dan juga senyumannya yang tidak luntur kala menatap momen romantis kedua pasangan tersebut. Namun kali ini, Leon malah menarik tangannya keatas meja dan menggenggamnya erat, tak jarang pula Leon mengusap-usap lembut pada jari manis yang tersemat oleh cincin pilihan orang tua mereka.

"Copot dulu cincinnya" titahnya yang mengundang kerutan samar didahi milik Sonnya, namun tak urung juga cewek itu menuruti perintah Leon barusan.

Cincin berlian itu dilepas dari jari manisnya, membuat Sonnya merasa sedikit lega kala semua beban yang ada diatas pundaknya ikut terhanyut juga dari dalam cincin itu. Sudah lama Sonnya ingin melepaskannya, akan tetapi ia takut jikalau papa mengetahuinya.

"Buat apa, Yon?" tanya Sonnya yang tidak dibalas apa-apa oleh Leon sampai sekarang. Cowok itu sibuk memperhatikan setiap detail cincin berlian itu, lalu membalasnya dengan enteng tanpa beban sama sekali.

"Desainnya kuno banget. Kok, lo mau sih dipakein kayak ginian? Kalo gue sih udah jelas ogah!" katanya setengah mencibir Sonnya.

"Ya mana gue tau, kan itu pilihan papa lo sama papa gue" sahut Sonnya kesal. Ia kira Leon akan melakukan apa dengan cincin itu, namun ternyata cowok itu hanya ingin mencibir desainnya saja. Menyebalkan sekali!

Tawa kecil Leon terdengar setelahnya, membuat Sonnya yang berada dihadapannya dibuat terkejut untuk sesaat. Ia tidak salah dengar bukan kalau malam ini Leon tertawa dihadapannya, suatu hal yang jarang terjadi.

"Mana tangan lo yang tadi?" tangan Leon terjulur ke depan, meminta salah satu tangan Sonnya naik keatas tangannya yang mengambang diudara.

Dengan gerakan kakunya, Sonnya mengangkat salah satu tangannya keatas tangan kekar milik Leon. Setelah kedua tangan mereka saling bertaut satu sama lain, Leon langsung memakaikan cincin tersebut dijari lentik milik Sonnya.

"Seharusnya dipanggung waktu itu gue bilang.." sebelum cincin itu sampai pada ujung jari manis Sonnya, Leon mengatakan hal tersebut dengan sangat lembut. Kedua mata mereka bertemu kembali, keduanya saling memandang dalam diam.

Entah kenapa jantung milik Sonnya terasa berdetak dua kali lebih cepat daripada biasanya. Sonnya jadi gugup mendadak sekarang, Leon tanpa sadar membuat hatinya jadi porak poranda.

"Hidup sama gue selamanya, ya?"












~Tbc~

Don't Leave Me (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang