Ruang inap milik Leon tampak ramai kali ini karena kedatangan keempat temannya, mereka datang dengan teriakan yang begitu menggelegar memenuhi ruang rawat itu, sampai-sampai Reno yang awalnya sedang tidur karena kelelahan menjaga Leon beberapa hari ini harus rela bangun dengan raut wajah kaget luar biasa. Cowok itu bahkan mengumpat ketika ada suara yang mengagetkannya dan berujung ia harus terjaga kembali sekarang, padahal ia sedang bermimpi indah sekali. Namun sayang, semuanya seolah tidak direstui oleh semesta. Baru beberapa jam ia tertidur saja, teman-teman Leon sudah datang mengacaukannya.
Merasa tidak enak hati dengan Reno, keempatnya kompak diam. Sebenarnya yang membuat kekacauan tadi bukan keempat teman Leon sekaligus, melainkan yang membuat kegaduhan itu terjadi adalah Revan dan Givano. Sementara Basta dan Putra hanya diam saja menyimak setiap teriakan yang dilontarkan oleh Revan dan Givano didalam sini.
"Aduh, maaf bang. Kita gak tau kalo ternyata lo lagi tidur" kata Revan penuh sesal, ia meringis sesaat ketika tatapan mata tajam milik Leon menatapnya dari sini.
"Elo sih!" bisik Givano, menyalahkan Revan yang sudah berisik ketika pintu ruangan ini dibuka. Padahal bukan hanya Revan saja, dirinya pun sama berisiknya. Namun agaknya Givano tidak mau disalahkan sama sekali.
"Lo juga ya, nyet!" bisik Revan balik kepada Givano lalu menyikut lengan cowok itu agak keras, membuat Givano terdorong kesamping beberapa langkah.
Sedangkan Reno yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepalanya tak habis pikir, bisa-bisanya Leon bergaul dengan orang-orang seperti ini.
Hening menyapa ruangan itu setelahnya, mereka semua tidak ada niatan untuk berbicara sama sekali. Bahkan Revan dan Givano yang awalnya berisik melebihi toa, kini mendadak diam sebab masih tidak enak hati karena mengganggu acara tidur Reno.
"Hadeh, sepi bener dah nih ruangan. Ngomong ngapa? Kok situasinya malah tegang begini?" cetus Reno saat mendapati ruang rawat milik Leon sepi, berniat untuk mengembalikan suasana seperti semula. "Ya udahlah kalo kayak gitu gue pergi aja. Leon kalo ada apa-apa langsung telepon gue, ya" titahnya yang langsung dibalas anggukkan pelan dari Leon.
Dirasa sudah tidak perlu apa-apa lagi disini, Reno segera beranjak dari ke lima remaja cowok itu. Reno cukup tahu diri, sepertinya kehadirannya diantara ke lima remaja itu masih begitu canggung, apalagi dengan kejadian barusan.
Setelah keberadaan Reno menghilang dari ruang rawat itu, barulah ada yang mau bersuara untuk memecah keheningan. Namun sayang yang bersuara adalah Revan, jadi kata-kata yang keluar dari mulut cowok itu cukup diluar angkasa. Mengundang berbagai emosi yang ada dalam jiwa-jiwa seseorang yang mendengarkannya.
"Itu homoan lo, ya?"
Benar bukan jika setiap kata yang keluar dari mulut Revan ini adalah sebuah kata pengundang emosi dari dalam diri seseorang yang mendengarkannya.
Plak!
"Mulut lo anjir kalo ngomong!" Givano yang berada didekat cowok itu dengan sigap langsung menempeleng belakang kepala Revan, menimbulkan bunyi yang cukup renyah bila didengarkan.
"Ya siapa tau kan dia homoannya Leon, nih anak kan enggak pernah ada rumor jalan bareng atau apapun sama cewek. Bisa aja tiba-tiba Leon jadi menyimpang" kata Revan semakin ngawur sore ini. Entah apa yang telah Revan lakukan pada saat jam kosong pelajaran terakhir tadi, otaknya benar-benar sudah gila sepertinya.
"Congor lo minta gue bakar ya Van, lama-lama!" omel Givano yang hanya dibalas oleh cengiran samar dari Revan.
"Udahlah, kalian ngapain jadi ribut, sih?" lerai Leon pada kedua teman cowoknya itu, ia sudah sangat pusing mendengarkan perdebatan tidak berbobot milik Revan dan Givano barusan. "Dia bang Reno, dia temen gue. Tapi gue udah anggep dia sebagai kakak, begitu pun sebaliknya!" terangnya kemudian, membuat Revan dan Givano kompak menatap kearahnya berada.

KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me (TAMAT)
Teen FictionSeseorang perlu merasakan penyesalan lebih dulu untuk mereka memahami apa artinya sebuah kehadiran.. ~~~???~~~ "Gue nggak bakal pernah nerima lo dengan baik dirumah ini" "Kenapa lo benci banget sama gue? Salah gue apa?" "Kesalahan lo cuma dua, lo la...