抖阴社区

Bagian 34

87 5 11
                                        

10 menit berlalu, keadaan mobil yang dinaiki oleh Sonnya dan Putra tampak sunyi tanpa suara apapun. Hujan juga sudah berhenti dari beberapa menit lalu, membuat suasana dalam mobil itu lebih dingin dari sebelumnya.

Keduanya jelas tidak bisa membicarakan hal apapun, mereka seolah setuju jika hening menjadi teman perjalanan mereka. Sonnya yang biasanya selalu bisa memulai pembicaraan, kini hanya bisa diam tanpa sepatah kata. Pikiran cewek itu tengah berkelana tak tentu arahnya, banyak sekali masalah yang terus datang silih berganti dihidupnya saat ini.

Sejujurnya pundak Sonnya sudah tidak bisa menampungnya lagi. Berjarak dengan Basta seperti ini adalah sebuah hal yang berat bagi Sonnya sekarang, dia hanya memiliki Basta yang bisa ia andalkan disegala situasinya, cowok itu adalah satu-satunya teman yang ia punya disini. Akan tetapi, mengapa bisa Basta memiliki perasaan lebih kepada Sonnya sampai sedalam itu?

Berpikir bahwa itu adalah keputusan konyol, Sonnya jadi canggung sendiri ketika harus berhadapan bersama Basta. Cewek itu seakan membuat sebuah jarak kepada Basta saat cowok itu ingin mendekati dirinya, ia hanya tidak mau jika perasaan Basta lebih sakit lagi daripada yang sebelumnya.

"Lo lagi berantem sama Basta?"

Lamunan Sonnya seketika buyar ketika pertanyaan dari Putra terdengar dikedua telinganya. Kepala cewek itu lantas menoleh, ia menatap Putra dengan pandangan sulit diartikan sekarang.

"Keliatan jelas, ya?" Sonnya balik bertanya setelah sekian detik dirinya tidak bisa menjawab pertanyaan milik Putra barusan.

Putra menganggukkan kepalanya samar, ia sudah menduga jika dua sejoli ini tengah dilanda sebuah pertengkaran. Terlihat dari sikap Sonnya yang seolah-olah selalu saja menjaga jarak ketika bersama cowok itu, Basta bahkan sampai tidak berani mengantarkan Sonnya pulang dan berakhir meminta pertolongannya agar Putralah yang mengantarkan Sonnya untuk pulang ke rumah.

"Jelas banget, biasanya lo gak pernah lepas dari Basta" ucapan Putra memang benar adanya. Seluruh anak SMA Pragata juga tahu itu, jika hubungan antara Basta dan Sonnya begitu dekat. Mereka selalu saja bersama, seakan tidak bisa dipisahkan.

Tidak ada jawaban lain dari mulut Sonnya sekarang, cewek itu lebih memilih bungkam. Seolah tidak ingin pembahasan ini menjadi topik pembicaraan mereka di mobil, sedangkan Putra juga hanya diam saja setelahnya. Diamnya Sonnya cukup menjadi sebuah peringatan bagi dirinya agar tidak membahas masalah itu lebih panjang.

"Habis ini lo mau kemana?" Sonnya kembali membuka suaranya ketika Putra berhenti disebuah lampu merah. Tujuannya sudah jelas, kalau Sonnya ingin mengubah topik pembicaraan mereka dan membuat situasi saat ini tidak canggung lagi seperti sebelumnya.

Kepala Putra lantas menoleh, guna menatap cewek itu dari samping sini. "Habis ini gue ada pemotretan" jawab Putra yang hanya dibalas anggukkan samar dari Sonnya.

"Lo jadi model?" tanya cewek itu kembali.

"Enggak, gue hanya jadi fotografernya"

"Oh, gak heran sih. Skill fotografer lo bagus soalnya" balas Sonnya seraya tersenyum manis dihadapan Putra.

"Emang lo tau darimana kalo skill fotografer gue bagus?" tanya cowok itu heran, pasalnya ia tidak pernah menunjukkan hasil jepretan fotonya kepada siapapun, kecuali circlenya sendiri yang kadang selalu minta difotokan olehnya saat sedang bepergian ke suatu tempat yang menarik.

Cengiran Sonnya terlihat setelahnya, kemudian menjawab. "Gue pernah liat hasil jepretan lo dihpnya Basta" jawab cewek itu sedikit gugup, sebisa mungkin Sonnya menormalkan kembali ekspresi wajahnya saat ini dengan mengalihkan pembicaraannya bersama Putra.

"Eum, kalo boleh tau. Kenapa lo ambil pekerjaan jadi fotografer, Put?" tanyanya heran, pasalnya Putra berasal dari kalangan orang-orang terpandang disekolah. Jadi mengapa pula cowok itu harus bekerja juga sebagai fotografi?

Don't Leave Me (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang