抖阴社区

                                        

"Hoi, nyet! Lo udah sekolah belum hari ini? Jangan sekolah dulu, ya. Besok aja sekolahnya, lo masih belum pulih sepenuhnya!" suara omelan milik Reno terdengar jelas seketika. Membuat Leon reflek menjauhkan sedikit benda pipih itu dari telinganya beberapa saat, jika tidak seperti itu mungkin saja telinga Leon sudah mati pendengaran sekarang.

"Enggak, gue belum sekolah" jawab Leon sekenanya. Lebih terkesan seperti malas meladeni omelan Reno barusan.

"Nah, cakep! Itu baru adek gue!" kata Reno sembari berseru penuh bangga pada dirinya sendiri. Sedangkan Leon yang mendengarkannya hanya bisa merotasikan kedua bola matanya malas. Hari masih pagi, tapi Reno sudah membuat kacau saja. "Eh, ya. Lo bisa ke sini nggak? Ada hal penting, nih"

"Hal penting apaan?" jawab Leon seraya mengangkat salah satu alisnya bingung. "Kalo gue harus bantuin kucing lo lahiran lagi gue ogah, mending lo panggil bidan aja sana!" lanjut remaja cowok itu agak kasar. Bukan tanpa alasan Leon berkata seperti itu, Reno memang pernah mengerjainya dengan hal tersebut. Awalnya Leon berpikir Reno sedang terkena masalah sampai-sampai cowok itu meneleponnya di jam rawan begal, tengah malam dengan nada paniknya Reno menelepon Leon dan memberi tahu jika ada hal penting sehingga Leon harus datang ke rumahnya cepat-cepat.

Sesampainya disana Leon malah harus membantu Reno untuk melakukan proses persalinan Tynie, nama kucing kesayangan Reno, dirumah lelaki itu. Sejak hari itu pula Leon tidak mau lagi terpengaruh dengan omongan milik Reno seperti barusan.

"Bukan anjir! Tynie udah gak gue bolehin keluar rumah lagi" kata Reno agak kesal karena ucapan Leon barusan. "Kali ini serius, penting nih"

"Apa?" tanya Leon, lalu meminum sedikit susu coklat buatan Sonnya yang ada diatas meja itu.

"Kartu ATM lo masih ada di gue"

"Hah?" Leon membeo sebab ia terkejut dengan ucapan Reno barusan, diambilnya dompet miliknya yang ada didalam saku celana, dirinya lantas membukanya dan benar saja kartu ATM nya hilang satu, yang warna hitam.

"Hehe.. maaf gue ambil buat biaya rumah sakit lo, biaya rumah sakit mahal njir!" kata Reno lebih dulu sebelum Leon membuka suaranya.

Senyum masam milik cowok itu terbit, seharusnya ia tahu jika biaya rumah sakitnya kemarin itu mahal. Jadi rasanya tidak mungkin kalau Reno membiayainya, sudah pasti cowok itu melakukan administrasi rumah sakit menggunakan kartu ATM nya. Sial, Leon kecolongan!

"Gue ke sana nanti" ujar Leon pada akhirnya. Memilih pasrah karena sudah terlanjur juga kartu ATM nya digunakan untuk biaya rumah sakitnya kemarin.

"Ya udah lo langsung ke rumah gue aja, ya!" ucap Reno yang hanya dibalas gumaman pelan dari Leon dan sedetik selanjutnya, sambungan telepon itu di putuskan secara langsung oleh Leon.

Cowok itu menghela napasnya panjang, bahunya merosot seperti tidak ada tenaga, pun dengan punggung lebarnya yang ia taruh pada kepala sofa ruang tamu rumah milik Sonnya. Dalam hati ia mengumpat, Reno benar-benar tidak tahu diri. Pantas saja dia terus ditahan ketika hendak ingin pulang, ternyata semua biaya rumah sakitnya adalah dari uangnya sendiri. Kenapa Leon tidak sadar akan hal itu, sih?!

"Anjing!"

"Eh?!"

Dengan secepat kilat Leon merubah posisinya menjadi tegak kembali. Didepannya sudah ada Sonnya dengan dua paperbag besar yang ada dikedua tangannya.

"Gue ngumpat tadi bukan buat lo" jelas Leon cepat, ia tidak mau kalau Sonnya salah paham kepadanya. Cukup semalam saja dirinya membuat hancur hati cewek itu.

Senyum simpul milik Sonnya terbit, walaupun memang wajahnya masih terlihat memarnya, namun cewek itu masih saja tetap cantik dihadapan Leon. "Iya, enggak papa, kok" jawabnya, berusaha memaklumi umpatan Leon barusan.

"Ini baju lo, gue harap ukurannya pas ya" tangan Sonnya terjulur ke depan, menyerahkan dua paperbag besar itu kearah Leon. "Kalo gitu gue balik ke kamar" lanjutnya hendak berbalik badan namun harus urung lagi ketika Leon menahannya dengan menarik ujung hoodie yang dipakai olehnya pagi ini.

"Nanti gue mau ke rumah bang Reno. Lo.. mau ikut?"

Hening seketika. Sonnya terbungkam karenanya, ini adalah hal yang sangat berbahaya. Ada apa dengan Leon? Kenapa cowok itu tiba-tiba seperti ini? Meskipun agak ngeri dengan sikap Leon yang seperti ini, tak bisa dipungkiri bahwa hati Sonnya menghangat karenanya. Leon yang dahulu ia kenal sebagai cowok seenaknya, kini telah berubah baik pada dirinya perlahan demi perlahan. Itu tandanya Leon sudah bisa menerimanya bukan?

Akan tetapi Sonnya ragu dengan semuanya. Leon masih terlalu naif dengan semua fakta yang ada, Sonnya jadi kepikiran kembali dengan percakapannya bersama Reno waktu malam itu diatas rooftop. Satu sisi Sonnya memang senang jika akhirnya Leon berubah baik dengannya, walaupun sikap baiknya itu masih sedikit tertutupi oleh gengsi, namun tak apa. Sonnya akan berusaha lebih keras lagi.

Seperti pepatah yang mengatakan sekeras-kerasnya batu jika ditetesi oleh air akan rapuh juga bukan nantinya. Mungkin bersabar sedikit lagi untuk menghabiskan pondasi kokoh milik Leon bukanlah sesuatu yang sulit, Sonnya pandai menunggu. Atau mungkin ia yang terlalu bodoh karena selalu sabar ketika diperlakukan semena-mana.

"Gue masih kayak gini, apa nggak papa kalo gue ikut?" tanya Sonnya ragu-ragu. Ia hanya takut dengan penampilannya yang seperti ini, Leon akan jadi malu karenanya.

Kepala Leon lantas menggeleng pelan. "Enggak, sekalian kita cari makan di luar" katanya yang mengundang senyum tipis milik Sonnya.

"Gue mandi dulu"

"Iya"












~Tbc~

Sumpah, aku ngerevisi ini cerita rasanya muter" banget tulisannya, haha.. bulan ini rawan orang sakit, ya? Tpi kalian jangan sampe sakit, ya? Jaga trs kesehatan, sebab kesehatan itu lebih mahal daripada apapun..

Segitu aja dulu, ntar kita ketemu lagi Jumat sama Sabtu.. aku udh nambahin 1 hari lagi buat aku update cerita ini, trs pantengin cerita ya😎

Dah, ah segitu aja.. aku udh pusing bangett.. babay, jumpa lagii

Salam hangat,
Vyy

Don't Leave Me (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang