---
Sepertinya keteledoran Lavanya membawanya dalam bencana, ia berusaha keras mencari penyadap yang biasanya ia bawa namun hari ini ia lupa mengambilnya di atas meja apartemennya. Sial. Sementara serpihan kaca yang ia gunakan untuk memotong tali itu sudah rampas oleh gadis dihadapannya.
"Aku tahu kau ketakutan, bukan?" katanya
Lavanya kembali memasang wajah datar, tak ingin membuat gadis dihadapannya puas dengan ekpresi ketakutannya. "Sepertinya kau yang gelisih karena semua pesan yang kau kirim ke nomor pribadi Hyunjin tak ada yang terkirim bukan? bahkan panggilanmu tidak masuk," ucap Lavany dengan nada mengejek
Rahan gadis itu mengeras, matanya semakin melotot kearah Lavanya, "Katakan apa dia mengganti nomornya? berikan nomornya kepadaku sekarang juga!" ucapnya dengan nada membentak
Senyum miring di perlihatkan oleh Lavanya,"Aku tidak menghafal nomornya bodoh," kata Lavanya
"Ambilkan tas milik jalang ini," perintah wanita ini kepada sosok lekaki berbadan besar dan juga tinggi.
Seteleh mendapatkan tas milik Lavanya, gadis itu meraih ponsel milik Lavanya, berusaha membuka kunci layar ponsel tersebut, "Beri tahu aku password ponselmu, atau aku akan meminta orang ini membuka celanamu," katanya sambil menaikkan sebelah alisnya.
Lavanya mengulum bibirnya kesal, rasanya ingin mencabik-cabing wanita ini namun tangannya masih terikat. Ia kemudian menghela nafas jengah, memperbaiki posisi duduknya dengan menduduki kedua kakinya yang sedang terikat.
"Ulang tahun Hyunjin," kata Lavanya
Tepat setelah gadis itu mencoba menekan angka yang ia tahu adalah tanggal ulang tahun Hyunjin. "Hei Pixybi, kirim lokasiku sekarang kepada Yihyun, dan matikan dirimu, jangan menyala sebelum aku sendiri yang berbicara," tepat setelah itu ponsel Lavanya langsung mengirim lokasi ke kontak Yihyun.
Seketika wanita di depannya panik, tanpa pikir panjang gadis itu hendak menendang lagi wajah Lavanya, namun Lavanya kali ini bisa menghindar, karena kedua tangan dan kakinya sudah terlepas tanpa pengetahuan orang di hadapan.
Sejujurnya alasan Lavaya menduduki kakinya agar ia bisa dengan muda memotong tali itu di belakang tubuhnya, ia menemukan pisau kecil di saku celananya, itu dari Sunwoo. Ia berkali-kali mengucap syukur karena pria itu tetap bersikeras menaruh pisau kecil itu di sakunya walaupun dirinya menolak dengan tegas.
"Hei apa yang kau lakukan, aku sudah membayar mahal dirimu, cepat tanggap dia!" teriak gadis tadi, seketika pria berbadan besar itu langsng menghampiri Lavanya hendak kembali mengikatnya, namun kali ini Lavanya tidak akan membiarkan dirinya tertangkap lagi.
Dengan cepat ia menendang gadis itu membuat ia tersungkur, diraihnya kursi yang berbahan besi itu, digunakan untuk memukul kepala pria besar ini dengan sekuat tenaga yang ia milik. Memukulnya dengan tinjunya sudah pasti tidak akan mempan, lihat saja lemaknya setebal itu.
Wanita itu panik melihat orang yang ia sewa tersungkur dan pinsan begitu saja, "Lain kali kalau ingin menculik seseorang, pelajari baik-baik oran itu," ucap Lavanya dengan nada datar tepat di telinga gadis itu. Setelahnya Lavanya mendang kasar pintu ruangan itu dan berlari sekuat tenaga kabur dari sini, karena wanita itu sudah berteriak memanggil orang lagi untuk mengejarnya.
Jujur saja, sendari tadi Lavanya sudah ketakutan karena terus di ancam akan di lecehkan atau di telanjangi, itu mengerikan untuknya. Ia lebih baik di dibunuh dari pada harus menyerahkan kehormatan yang sangat dia jaga, lihat saja, tubuhnya tak akan dibiarkan disentuh sembarangan oleh pria, bagaimana bisa Lavanya hidup dengan tubuh yang sudah dilecehkan. Itu sama saja membunuhnya dengan pisau tumpul setiap harinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not your Groupie
FanfictionFanfiction-- Pertemuan pertama yang langsung membuat kedua idol tampan yang berasal dari korea menaruh rasa penasaran yang tinggi, kemudian berakhir menjadi pejuang yang ingin mengejar dan memiliki seorang gadis mandiri yang serba bisa, namun ti...