---
Keesokan paginya, Lavanya terbangun dari tidurnya, tubuhnya terasa berat karena kelelahan. Perjalanan kemarin cukup menguras tenaga namun menyenangkan.
Hari ini Lavanya tidak lagi ke kantor pagi-pagi karena kontraknya sudah habis dan dia juga tidak melanjutkan. Askar memintanya untuk tidak buru-buru pulang dan menikmati hari-hari libur di korea selama beberapa hari, itulah alasan mengapa gadis ini tidak langsung memesan tiket pulang.
Ponsel yang tergeletak diatas meja diraih dengan malas, walaupun penglihatanya masih belum jelas karena efek bangun tidur, Lavanya dapat melihat tumpukan notifikasi tampil di layar ponselnya dan yang paling menarik perhatiannya adalah panggilan tidak terjawab dari Felix sebanyak sepuluh kali di setiap jamnya.
Lavanya baru teringat, jika ia tidak menghubuni Felix lagi setelah Hyunjin menyita ponselnya sementara karena sibuk menikmati pemandanga bunga camelia. Lavanya mengerutuki kebodohannya, ia tahu pria itu pasti khawatir kepadanya.
Buru-buru ia menghubungi pria itu untuk memberitahunya jika semalam ia hanya ingin mengobrol dan tidak terjadi apa-apa. Akhir-akhir ini Felix begitu posesif kepadanya, hampir setiap hari pria itu bertanya kondisnya di setiap pagi, siang dan malam.
"Halo Felix? maafkan aku, aku tidak mengecek ponselku kemarin," kata Lavanya setelah panggilan ponselnya terhubung.
"Astaga, Lav. Kau membuatku cemas, kau darimana saja?" tanya Felix
"Maafkan aku, aku ke Jeju bersama Hyunjin seharian, sampai lupa mengecek ponselku," jawab Lavanya
Felix terdiam sejenak, "oh baiklah, aku tutup panggilannya yah, aku mau mandi," jawab Felix dengan nada pelan.
Setelah itu panggilan di tutup sepihak oleh Felix, padahal Lavanya masih ingin mengatakan sesuatu. Mendengar nada bicara Felix, Lavanya sadar betul, jika pria itu mungkin saja kesal, namun memilih menutupinya.
Lavanya menghela nafas frustasi, "Aku harus cepat-cepat memutuskan semuanya. Mereka tersiksa karena menungguku," guman Lavanya sambil beranjak dari kasurnya menuju dapur. Ia ingin mengisi perutnya.
Karena masih kepikiran Felix, Lavanya memutuskan untuk mengirimi pria itu pesan.
||Hari ini kegiatanmu apa saja? cukup padat? -Lavanya
||Tidak terlalu, nanti malam aku ada wawancara sebentar, hanya itu saja – Felix
||Aku sedang sarapan, bagaimana denganmu? – Lavanya
||Aku baru saja selesia mandi, mau berjalan-jalan bersamaku? – Felix
||Boleh, hari ini aku ingin mengajakmu membuat kemarik. Pottery. Kau mau? – Lavanya
|| Tidak masalah, aku akan menjemputmu sebentar lagi – Felix
Lavanya meletakkan ponselnya setelah membaca pesan terkahir dari Felix. Sejenak ia merasa artikel yang diributkan tentangnya beberapa bulan yang lalu menjadi kenyataan. Sekarang dirinya seolah-oleh menjadi gadis tidak tahu malu mengencani kedua pria diwaktu bersamaan.
Kemarin ia berjalan-jalan bersama Hyunjin, hari ini ia bersama Felix. Lavanya benar-benar mengumpati dirinya sendiri sekarang, ia merasa seperti jalang .
"Aku benar-benar harus cepat-cepat memutuskannya. Jika diantara mereka adalah pemilik atau ternyata tidak salah satunnya," ucap Lavanya pelan sambil beranjak meninggalkan kursinya. Ia harus bersiap-siap sebelum Felix datang menjemputnya.
Lavanya tersenyum manis saat memasuki mobil dimana ada Felix duduk di kursi kemudi,Pria itu membalas senyuman Lavanya dengan senyuman tak kalah manisnya. "Aku enggak tau tempat buat keramik, kamu tau?" tanya Felix setelah Lavanya menutup pintu mobilnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not your Groupie
FanfictionFanfiction-- Pertemuan pertama yang langsung membuat kedua idol tampan yang berasal dari korea menaruh rasa penasaran yang tinggi, kemudian berakhir menjadi pejuang yang ingin mengejar dan memiliki seorang gadis mandiri yang serba bisa, namun ti...