抖阴社区

47. First Snow

2.9K 504 323
                                        

Pagi-pagi sekali, Lisa dengan perasaan senangnya pergi ke apartmentnya dan Jisoo bersama Chaeyoung. Mereka berdua membawa begitu banyak makanan. Karena rencananya hari ini mereka akan berkumpul.

Jennie juga akan ikut. Hanya saja gadis itu akan datang ketika siang hari. Padahal kedua adiknya sangat berharap mereka bisa makan bersama.

"Chaeyoung Unnie, terima kasih." Dalam perjalanan mereka menuju pintu unit, Lisa bersuara dengan amat lembut.

Dahi Chaeyoung mengerut. Jarang sekali Lisa memanggilnya dengan sebutan kakak. Biasanya dia harus menangis dulu baru Lisa akan melakukan itu.

Merasa penasaran, Chaeyoung menyentuh dahi adiknya. Suhu tubuh Lisa sudah normal.

"Terima kasih karena tidak kalah dengan amarahmu. Terima kasih telah bersikap dewasa." Lisa mengungkapkannya dengan tulus.

Hari ini kebahagiaan gadis berponi itu sulit diungkapkan dengan kalimat. Mengenai Chaeyoung dan Jennie yang mampu meredakan amarah mereka. Juga ibunya yang mendadak memberikan izin Lisa untuk keluar dan menemui Jisoo.

Semua hal baik ini sangat Lisa syukuri. Dunia memang nyatanya berputar. Jika kemarin dia begitu frustasi, maka hari ini dia merasa sangat lega.

"Aniya, aku yang seharusnya berterima kasih padamu tentang banyak hal." Langkah Chaeyoung terhenti. Dia menoleh pada Lisa yang tangannya masih terpasang gips.

Chaeyoung sadar bahwa ia sama sekali belum berterima kasih pada Lisa yang sudah melalukan banyak hal untuknya.

"Tuhan terlalu baik menghadiahkan seorang adik sepertimu. Maaf jika kakakmu ini terlalu merepotkan. Maaf---" Bibir itu terhenti, saat Lisa mengecupnya dengan cepat.

Perlahan, Chaeyoung mulai memeluk tubuh itu dengan hati-hati. Chaeyoung ingin menangis, membayangkan beberapa bekas memar yang ia lihat pada tubuh Lisa pagi ini ketika membantunya mandi. Entah seberapa sakit adiknya ketika menerima semua pukulan itu. Pukulan yang datang karena membela Chaeyoung.

"Suatu saat, bolehkah Unnie menjadi kakak yang baik untukmu?" Chaeyoung pikir, selama ini dia tidak pernah berguna untuk Lisa.

"Kau sudah melakukannya, Unnie." Tapi yang ada dipikiran Lisa berbeda.

Dia tahu betapa besar Chaeyoung menyayanginya. Walaupun sering sekali menjadi teman bertengkar, tapi ada banyak hal yang membuat Lisa bersyukur Chaeyoung menjadi kakaknya.

"Sekarang, kita masuk?" Lisa mengajak Chaeyoung, karena mereka sudah cukup lama berdiam di lorong itu.

Mengangguk, keduanya mulai kembali berjalan. Hingga sampai di depan pintu unit, Lisa menggigit bibir bawahnya menahan senyuman sembari menekan beberapa angka sebagai pin pintu.

Saat masuk, yang mereka dapati hanya kegelapan. Jisoo tidak ada di dalam, dan hal itu membuat perasaan kecewa mulai muncul.

"Unnie akan menghangatkan beberapa makanan ini. Kau bisa hunungi Jisoo Unnie?" Lisa mengangguk, mulai mendial nomor ponsel Jisoo. Perasaan gadis berponi itu mulai gelisah. Apakah Jisoo masih mengurus kasus pembunuhan berantai itu?

.........

Kasus yang sudah berlangsung selama 6 bulan itu hampir menemui titik terang. Nyatanya tidak semua hal buruk selalu merugikan. Akibat ledakan yang membuat Lisa terluka, kini mereka mendapatkan banyak petunjuk.

Jisoo sungguh merasa lelah. Dia ingin segera pulang dengan perasaan lega. Dia ingin menemui ketiga adiknya. Dia ingin memperbaiki hubungan dengan Jennie dan Chaeyoung. Dia ingin melepaskan rindunya pada Lisa.

TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang