Jasad Kepala Kantor Kepolisian Jongno itu berada di sebuah gang sempit. Letaknya berhadapan dengan kantor polisi tempatnya bekerja.
Lisa dan rekannya menduga bahwa sosok bernama Seo Inhyuk itu adalah salah satu korban pembunuhan berantai. Tapi ada yang berbeda. Jika biasanya bunga dijahit pada bagian dada korban, kali ini bunga itu tertanam di wajah korban. Batangnya menembus bagian pipi kiri hingga keluar di pipi kanan. Membiarkan bunga indah berwarna biru itu mengihiasi pipi bagian kanan.
Mengenakan sarung tangan latexnya, Lisa mendekati mayat itu ketika bagian Forensik dan rekannya sudah selesai memindai. Posisinya dibuat duduk bersandar pada dinding. Terdapat memar di beberapa bagian. Sepertinya pria itu terlebih dahulu dipukuli sebelum akhirnya ditikam beberapa kali.
Perlahan, Lisa mengusap sudut bibir pria itu yang tengah dialiri oleh air liur. Dahinya mengerut, lalu meraih sebuah senter kecil dari saku celana.
Dia menengadahkan kepala jasad itu, lalu mengarahkan cahaya senter ke bagian mulut. Matanya menyipit, ketika melihat sesuatu yang aneh di dalam sana.
Menjatuhkan senternya begitu saja, Lisa mencabut bunga mawar biru yang batangnya menghalangi penglihatan Lisa untuk memeriksa kerongkongan pria itu.
"Ya! Shibal! Jangan merubah kondisi korban!" Seruan marah seorang Dokter Forensik terdengar saat Lisa sudah berhasil mengenyahkan bunga dari mulut korban.
"Posisi awalnya sudah difoto oleh timku mau pun timmu. Jangan rewel, Dokter Byun." Lisa menggerutu. Membuat orang-orang disana tersentak. Tidak biasanya Lisa bertingkah seperti ini. Biasanya dia sangat sopan terhadap orang-orang Forensik.
Mengabaikan Dokter Byun yang mungkin kesal, Lisa berusaha memasukkan tangannya ke dalam mulut jasad itu. Jemari panjangnya berusaha menggapai sesuatu. Menahan napas, saat dia merasa berhasil dan menarik sesuatu itu.
"Ugh! Sial." Lisa mengumpat pelan saat mendapatkan secarik kertas putih dengan tulisan yang hampir pudar karena dibalut oleh banyaknya air liur.
Melihat Lisa yang kesulitan, Luda memilih maju. Membuka sebuah plastik bening untuk memasukkan penemuan Lisa itu.
"Matamu benar-benar luar biasa, Lisa-ya." Komentar Myungsoo yang lagi-lagi harus kagum dengan penglihatan tajam milik Lisa. Padahal dia sudah memperhatikan mayat itu sedari tadi.
"Seprtinya dia menelan sesuatu sebelum dibunuh." Komentar Dawon yang diangguki oleh Lisa.
Tangannya yang masih menggunakan sarung tangan latex hitam itu mulai membuka pakaian mayat. Orang-orang disana hanya mampu memekik tertahan melihat bagian dada atas hingga perut bawah terdapat jahitan penuh.
Lisa mendesis. Ternyata pembunuh ini begitu pintar.
"Mereka mengambil sesuatu yang ia telan dari dalam tubuhnya."Muncul banyak dugaan dikepalanya. Apakah pria tua itu baru saja mendapatkan bukti tentang pelaku?
"Dokter Byun, bisakah kertas itu dibaca dengan jelas?" Lisa memilih bangkit. Menatap Dokter lelaki yang masih tampak kesal padanya.
Mendengus kasar, Dokter Byun menyambar plastik bening di tangan Luda. Memandanginya dengan teliti, berusaha menyimpulkan sesuatu sebagai jawaban dari pertanyaan Lisa.
"Aku tidak yakin. Tintanya sudah hampir tak tersisa. Tapi aku akan menyerahkannya terlebih dahulu pada Dokter Jeon." Harapan untuk mengungkap isi kertas kecil itu sangat tipis. Tapi Lisa sungguh berharap.
"Dokter Byun, aku serahkan Sajangnim padamu. Kami akan menelusuri gang ini jika saja ada barang bukti tertinggal." Myungsoo mulai angkat bicara.
Lelaki itu memerintahkan keempat anak buahnya untuk menelusuri gang yang memiliki 2 cabang. Ke kanan dan ke kiri. Lisa bersama Dawon ke kanan, sedangkan Luda bersama Seuncheol ke kiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Time
FanfictionWaktu adalah sebuah rahasia langit. Tapi yang pasti, waktu tidak akan terus berputar. Ada kalanya suatu saat waktu seseorang terhenti. Maka ketika ada yang mengatakan, "Hargailah waktu." nyatanya ucapan itu benar adanya. Karena jika menyadarinya ter...