Desember mulai menginjak pertengahan. Dunia mulai sibuk karena sebentar lagi natal tiba. Berbagai pernak-pernik disiapkan. Juga pada bangunan yang dominan dengan warna putih itu.
Akhir tahun bukan hanya dimeriahkan oleh perayaan natal. Tapi rumah sakit akan semakin sibuk. Jalanan yang terkadang beku karena salju lebat membuat kecelakaan terjadi dimana-mana.
Hari ini Chaeyoung sangat beruntung. Dia dengar sekarang UGD sedang ramai. Tapi dia tidak ditugaskan disana. Melainkan untuk menggantikan perban salah satu pasien Taemin.
"Perbannya lebih rapih dan nyaman dibandingkan kemarin, Dokter. Aku suka." Sosok wanita yang berumur 30 tahun itu berujar pada Taemin. Memuji kinerja Chaeyoung.
"Istirahatlah. Besok kita akan memulai kemoterapi untukmu." Taemin menyudahi kunjungannya.
Dia diikuti beberapa perawat dan Chaeyoung keluar dari ruangan. Tapi anehnya, Chaeyoung tidak segera beranjak pergi. Dia menatap kaca kecil pada pintu itu.
"Kenapa... Dia sendirian?" Chaeyoung bertanya dengan lirih.
Wanita itu adalah pasien kanker hati stadium akhir. Waktunya tidak banyak. Tapi tak ada satu pun keluarga yang datang menemani. Chaeyoung menjadi sedih melihatnya.
"Ayah dan ibunya adalah pejabat negara. Kakak dan adiknya kuliah di luar negeri. Sulit bagi mereka untuk datang." Taemin menjelaskan keadaan keluarga gadis itu pada Chaeyoung.
Keluarga gadis itu tidak hangat. Sama seperti keluarga Chaeyoung dahulu. Tapi, kini dia bersyukur. Selain hubungannya dan Lisa yang merenggang, keluarga mereka tampak hangat. Rela meninggalkan hal sepenting apa pun demi satu sama lain.
"Bagaimana jika dia mati sendirian?" Chaeyoung bergumam lagi. Dia tidak bisa membayangkan betapa mengerikannya ketika gadis itu harus sekarat sendirian.
Untuk kali ini Taemin tidak sanggup menjawab. Dia tidak punya kuasa. Tapi hatinya juga berdenyut. Mati sendirian adalah hal paling menyedihkan.
Lelaki itu memilih pergi dari sana. Chaeyoung terkesiap san segera menyusul Taemin. Lalu berjalan di samping kakak sepupunya yang beestatus sebagai Dokter Fellow itu.
"Oppa, kenapa kau memilih spesialis ini? Kanker adalah penyakit pembunuh. Tidak hanya datang dengan rasa sakit. Dia juga merusak." Chaeyoung paham, bahwa spesialis yang Taemin ambil ini memiliki banyak resiko.
Kanker bukanlah penyakit yang sembuh dengan mengganti organ rusak. Kanker adalah penyakit yang tidak kenal ampun. Banyak sekali pasien yang menemui kegagalan dalam pengobatan dan berakhir meninggal. Di rumah sakit itu, divisi Taemin lah yang paling banyak menghasilkan akta kematian.
"Jika Oppa bilang ingin menyembuhkan mereka, mungkin kau mengira Oppa sedang bergurau. Maka jawaban yang tepat, Oppa ingin membantu mereka hidup lebih lama." Taemin tersenyum tipis.
"Geundae... Sebenarnya jika kita bisa mendiagnosa pasien lebih awal, kata sembuh itu tidaklah mustahil. Mereka bisa meraihnya dengan beberapa kali kemoterapi dan radiasi." Chaeyoung mengangguk-angguk. Mulai paham.
Ketika mendengar kata kanker, banyak orang langsung merasa gemetar dan takut akan kematian. Tapi jika kanker itu ditemukan pada stadium awal, mereka seharusnya tidak khawatir.
Dokter akan segera menyarankan operasi. Lalu di susul kemoterapi dan radiasi untuk menghilangkan sisa sel kanker.
"Tapi bagaimana jika kita menemukan pasien yang sudah ada dalam stadium akhir. Itu yang kini ada di kepalamu kan?" Chaeyoung menganga. Mengapa Taemin sudah seperti cenayang.
Dalam pelajaran singkat yang ia terima, sel kanker di dalam tubuh manusia sulit sekali dikenali oleh si pemilik tubuh. Dalam jurnal yang ia baca, ada banyak sekali pasien kanker baru mengetahui penyakitnya saat sudah mencapai stadium akhir.

KAMU SEDANG MEMBACA
Time
FanfictionWaktu adalah sebuah rahasia langit. Tapi yang pasti, waktu tidak akan terus berputar. Ada kalanya suatu saat waktu seseorang terhenti. Maka ketika ada yang mengatakan, "Hargailah waktu." nyatanya ucapan itu benar adanya. Karena jika menyadarinya ter...