抖阴社区

Chapter 7 | Tanah Penjajah

22.8K 3.5K 253
                                    

"Survival is the ability to swim in strange water." - Frank Herbert   



Rasanya seperti memasuki film fiksi ilmiah.

Ini kota berarstitektur yang tak seperti di Bumi. Sekilas seperti perpaduan putih, hitam dan neon biru.

Di kejauhan, terlihat kompleks pencakar langit berwarna putih mengkilap. Semuanya diterangi lampu neon biru yang menempel di dinding gedung, menerangi malam.

Terdapat sepasang gedung dengan piringan putih di puncaknya yang berputar pelan. Lalu gedung berbentuk tabung raksasa yang dilapisi kaca, menampakkan tingkatan lantai di dalamnya. Adapula kubah berdinding kaca dan monumen mirip jarum pentul raksasa.

Ada yang menarik. Sebuah cincin putih raksasa melayang di ketinggian, memagari kota. Terpasang petak-petak haluan di cincinnya. Sesekali pintunya terbuka dan buzz terbang keluar dari sana.

Diara tertegun. "Mereka membangun ini dalam enam bulan?"

"Dengan teknologinya, Viator mampu membangun lebih cepat dibandingkan manusia," balas Rigel. "Apalagi mereka telah memetakan pembangunan ini jauh sebelum perang dimulai."

Prama mendengus. "Rasanya kuingin berkata kasar."

"Rigel dapat memberikan daftar umpatan untuk Pramahardi."

Diara memutar mata. "Percayalah, dia sudah tau semuanya."

Mereka berada di atas jembatan putih, mengintip dari balik pembatas. Di bawah membentang jalan aspal berhias lampu jalan berwarna biru. Makhluk tinggi berkulit putih seperti ular nampak lalu lalang di pinggir.

Sesekali mobil lewat. Seperti SUV, tapi putih berpendar karena lampu di dalam badannya. Mobil itu meluncur satu meter di atas aspal dengan keempat bannya menekuk keluar.

"Hey," kata Prama. "Mobilnya Viator boleh juga."

Revan menunjuk gedung berpiringan itu. "Tempat apa itu?"

"Pusat komunikasi. Tempat koloni-koloni di Bumi berinteraksi dengan koloni di planet lain dan basis utama di Vhaldera."

"Ibuku pernah bicara soal Vhaldera," balas Diara. "Planet asli Viator di galaksi Andromeda."

"Kenapa tak ada kapal induk di sini?"

Rigel menoleh. "Karena ini bukanlah basis militer, Revan Bagaskara."

Zing! Buzz lewat di atas, terbang rendah sambil menyorot jalan. Mereka pun bergeser, menjauhi sorot lampu sambil merunduk. Rigel agak oleng karena lengannya cuma satu. Lalu Diara mengejang melihat lampu itu lewat semeter di depannya.

"Rigel, di mana pembuangan limbahnya?" tanya Revan.

Rigel menunjuk kompleks gedung. "Di balik sana terdapat pemukiman. Pembuangan berada di belakang pemukiman. Kita bisa melalui pinggir kota."

Setelah aman, mereka berdiri lalu menyelempang senapan dan mengokang pistol. Revan melihat jalan aspal yang mengitari kota, tak banyak mobil yang menuju ke sana. Dia mempersilahkan Rigel menunjukkan arah sementara Revan bersiaga di paling belakang.

Mereka melangkah di jalan aspal. Melewati punggung bangunan sementara pagar kawat memanjang di kanan. Mereka fokus ke sekitar, keringat dingin sampai membanjiri wajah.

Wush! Mobil Viator meluncur. Mereka lari ke balik sebuah layar yang melayang di trotoar. Jantung bergemuruh saat mobil itu lewat di belakang. Setelah aman, mereka keluar, tak sengaja melihat tayangan di layarnya.

After The ThirdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang