抖阴社区

Chapter 46 | Terbit

17.5K 2.4K 246
                                    

"A really strong womanaccepts the war she went through and is ennobled by her scars." – Carly Simon



Setelah peperangan selesai, datanglah tugas yang tak kalah besarnya. Membangun kembali. Memastikan tanah yang sudah dimenangkan kembali mampu membuat warganya ikut merasa menang.

       Banyak yang terjadi dalam tiga bulan setelah pertarungan.

       Di sepuluh hari pertama para petarung Benteng menghabisi Viator yang berkeliaran di daerah bebas radiasi, yaitu Menteng. Basis dan stasiun bahan bakar buzz sudah tak berpenghuni. Viator yang tertangkap di jalan hanya berbekal senjata laser terakhir, tak sulit ditumbangkan. Tak sedikit pula yang berlutut menyerah di depan para sentinel.

       "Pertarungan kita adalah dengan mereka yang mengawalinya."

         Itu yang sering Diara bilang. Sesuai permintaannya, Viator yang menyerah disandera lalu dikirim kembali ke Vhaldera dengan jet yang tersisa.

       Pemberangkatan Viator dilakukan di basis Penjaringan, di pinggir pantai tempat para sentinel mencuri jet. Dua ratusan Viator berangkat, melewati portal yang dikendalikan Prama dari Benteng.

       Setelah itu Diara mencari Benteng baru. Pilihannya adalah bekas gudang buku tak jauh dari Taman Ismail Marzuki. Berupa gudang dua tingkat dengan halaman yang luasnya belasan hektar. Halaman itu ditutupi sisa puing dari pemukiman sebelumnya. Para warga bersama-sama menyikirkan puing hingga didapat lahan tanah luas, siap dibangun.

       Dua bulan berikutnya tanah kosong berubah menjadi pemukiman.

       Rumah-rumahnya dibangun berdekatan. Kokoh dari dinding bata dan atap seng, adapula yang memilih pakai atap genting. Semua rumah punya halaman dan dikelilingi pagar kayu. Halaman dihiasi bunga-bunga dalam pot serta bangku taman, membuatnya manis.

       Diara punya rumah sendiri. Seperti sentinel lain, rumahnya berada dekat gudang atau sekarang disebut Benteng Utama. Rumahnya tak besar tapi dua tingkat. Bercat kelabu muda dengan taman kecil di depan, ia hiasi dengan pot bunga anggrek dan kursi lipat. Di lantai dua ada beranda, tempat ia biasa memandangi bintang dengan teropong barunya—pemberian Revan.

       Tak hanya rumah, perlahan warga membangun fasilitas lain seperti klinik, sekolahan dan kafe. Klinik berada di dalam Benteng Utama berikut ruang senjata, tempat pelatihan sentinel, ruang rapat, gudang persediaan dan yang paling keren... ruang lab.

       Ruangan itu milik Tim Mekanik yang dipimpin Prama. Tempat untuk mengendalikan portal dan bengkel para mekanik.

       Perlahan tapi pasti mereka membangun kehidupan kembali. Tak perlu khawatir soal radiasi dan virus Tuberkulosis lagi. Tak perlu khawatir soal Viator lagi.


***


Benteng Baru

Jakarta

Diara tak henti tersenyum.

       Revan duduk sila di depannya, berlatar matahari jingga yang hampir terbenam di balik sisa gedung. Dia membawakan All of The Stars – Ed Sheeran sambil memetik gitar—sesuai request Diara dulu. Suara baritonnya mengalun lembut bersama angin sore, meski sesekali salah kunci.

       Keduanya duduk di atas lapangan puing, menjauhi keramaian. Keramaian yang dimaksud adalah Prama yang berusaha menyalakan radio. Radio curian dari kapal induk. Seukuran koper dengan speaker besar terpasang di atasnya.

       Sejak kemarin dia mendirikan tenda di tepi pemukiman, berusaha mencari saluran. Memasang antena setinggi lima meter juga. Namun, radio hanya bersuara statis, membuat Prama mengomel. Rigel dan Val ada di sana menenangkannya.

After The ThirdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang