Sepeninggalan temannya, Tasya tetap bergelayut dilengan Rey sambil terus berceloteh tanpa mau diam.
"Berisik!" Bentak Bima memandang cewek disamping Rey dengan tatapan merendah.
"Rey aja gak keganggu, kok lo yang sewot?!"
"Pergi deh Lo, cewek kok bolosan" sinis Vano.
"Apa?! Gak terima? Suka suka gue dong. Emang sekolah ini punya bapak lo?" Cecar cewek itu.
"Suka suka gue juga dong, emang sekolah ini punya bonyok lo?" Ucap Vano memutar balikan kalimat cewek tersebut. Yang membuat muka Tasya langsung memerah.
"Lo!" Tasya mengambil botol mineral nya dan berjalan menuju ke arah Vano yang sedang duduk disamping Bima.
Byurrr
Hening.
Kondisi kantin langsung menjadi hening saat seluruh siswa yang ada dikantin memusatkan pandangannya ke arah objek yang disiram oleh Tasya barusan. Bukannya Vano yang disiram olehnya, melainkan proposal serta muka Rey yang sekarang menjadi basah kuyup.
Muka Rey yang pertamanya datar seketika berubah menjadi dingin saat melihat apa yang ada di depannya ini menjadi basah.
"Rey lo-"
Brak!
Rey menggebrak meja yang ada di depannya. Lalu matanya menatap tajam ke arah cewek yang berada di belakang tubuh Vano.
"Pergi!" Bentak nya ke arah Tasya.
"Rey,gue-"
"Pergi njing!" Tanpa melawan pun Tasya pergi dari area kantin dengan wajah yang tertekuk.
Setelah gadis itu pergi, Rey mengusap wajahnya sambil menatap nanar ke arah tumpukan kertas yang sekarang hancur karena air.
"Sia-sia gue gadang" ucapnya dengan nada lelah.
Satya segera berdiri untuk membantu Rey membawa kertas yang sudah rusak tersebut. "Gue bantuin nyusun ini lagi"
Bima ikut membantu "gue bantuin ngetik lagi Rey"
Sedangkan Vano ikut membereskan meja yang kini sedang berantakan. "Ntar gue bantuin juga Rey"
Rey tak menjawab, ia lebih memilih membuka map yang sekarang sudah basah ditangannya itu. Dengan teliti ia memisahkan lembarang yang masih bisa di baca dan yang sudah luntur karena air.
Gak perlu ditanyakan lagi gimana perasaan Rey sekarang. Proposal dan makalah yang sudah ia kerjakan 5 hari berturut-turut sampai ia rela begadangan, malah terbuang sia sia ditangannya.
Anggota Osis yang masih ada dikantin, langsung berinisiatif membantu Rey memisahkan lembaran demi lembarang yang sudah basah tersebut.
"Mending di ruang osis aja Rey" bujuk Bima sambil menatap Rey yang sekarang hanya terfokus ke arah makalahnya.
Rey mengangguk menyetujui, dengan dibantu anggota OSIS. Ia berjalan menuju ke ruang osis sambil menenteng lembaran yang masih kering ditangannya.
Saat di kooridor, terlihat Agatha baru saja keluar dari toilet bersama Kyara disampingnya. Gadis itu melihat Rey bersama anak osis melewatinya tanpa menyapa sama sekali.
Kyara langsung menarik tangan Bima yang kebetulan berada dibarisan paling belakang. "Kenapa?" Tanya Bima.
"Kalian mau kemana?" Tanya Kyara.
"Mau ke ruang osis" jawab Bima.
"Kak Rey kok kayak emosi gitu?" Tanya Agatha dengan muka khawatir.
"Nanti gue ceritain. Sekarang gue gak bisa, Rey butuh gue. Yang pasti sekarang mood Rey sedang rusak" ucap Bima "gue pergi dulu ya"
Bima pun meninggalkan kedua cewek itu yang sedang kebingungan.
"Udalah tha, nanti lo bisa ketemuan sama kak Rey. Sekarang ke kelas yuk" ajak Kyara sambil menarik tangan Agatha.
....
Setibanya Bima di ruang osis, keadaan disana sangatlah sunyi. Anggota osis yang berada di ruangan makin bertambah daripada yang ada di kantin tadi.
Bima berjalan menuju ke Satya yang kini duduk bersama Vano di sofa "mana Rey?"
"Lagi ngambil beberapa lembar di ruang BK" jawab Satya.
Bima hanya mengangguk, lalu pandangannya mengarah menuju ke anggota nya "kalian gak ada pelajaran?"
"Saya jamkos kak"
"Saya sudah izin ke guru yang ngajar kak"
"Lagi free""Kalo ada pelajaran, masuk ke kelas aja sekarang. Nanti ketinggalan pelajaran, osis yang dimarahin" ucap Bima.
"Bener dek, mending ke kelas aja. Kalo masalah Rey, biar kita aja yang ngurus" timpal Vano.
"Ini tanggung jawab kak, masa kita santai santai kalo para senior ngerjain makalahnya sendiri" ucap Kavin yang duduk di kursi dekat papan.
"Kasian kak Rey, ngerjain proposal sampe begadangan trus dirusak sama cewek tadi" jawab Rion cowok yang sekarang berdiri di dekat Kavin.
"Udalah Bim, kita niat bantuin kalian. Kalo dimarahin, nanti sama-sama ngerjain hukumannya" ucap Arsen, cowok kelas 12 IPS 3, yang sekarang menjabat sebagai anggota humas 1.
"Lagian bentar lagi kan istirahat kedua. Jadi, percuma kalo ikut pelajaran lagi" lanjut Fiona, sekretaris 1 osis.
Bima mengangguk "yaudah"
Ceklek
Rey membuka pintu ruang osis lalu menutupnya kembali. Suasana yang tadi sedikit lebih ramai sekarang seketika menjadi hening karena kedatangan ketua mereka.
Ditangannya, Rey membawa satu laptop dengan tumpukan kertas HVS kosong dan 1 map berwarna hitam.
Setelah Rey duduk, dengan tak banyak bicara langsung membagi beberapa lembar ke anggota OSIS yang berada disana termasuk teman temannya.
"Bagi yang bawa laptop, silahkan ambil. Saya sudah membagi tugas lewat email" ucap Rey tanpa memandang anggotanya.
Beberapa siswa yang ada disana langsung keluar dan kembali sambil menenteng laptop yang ada di tangannya.
"Yang gak bawa, bisa lihat ke laptop temannya masing-masing" mereka pun mulai mengerjakan tugas tugas yang sudah dibagi oleh Rey tadi.
"Kalo ada yang bingung bisa ditanyakan"
Tanpa basa basi, Rey langsung duduk di kursi pojok ruangan tersebut dan langsung membuka laptop yang tadi ia bawa dari kelas. Ia lebih memilih menyendiri dibandingkan bersama ketiga sahabatnya karena sekalian menjernihkan pikiran yang kini sedang kacau.
......
Next?!
Spam 'next'sebanyak banyaknya ya...See you
(040520)

KAMU SEDANG MEMBACA
REYNANDO
Teen FictionReynando Demian Stevano Winata Remaja yang akrab di sapa Rey ini adalah cowok tampan yang sangat digemari oleh kalangan siswi di sekolahnya. Kegemarannya adalah bermain basket dan pelajaran fisika. Selain menjabat sebagai ketua OSIS, remaja ini juga...
chapter 9
Mulai dari awal