Dulu, ada kisah yang sering diceritakan oleh grandma, pemimpin wilayah Gloria saat itu. Ia menceritakan bahwa orang yang paling mengerikan dan harus dihindari adalah raja dunia bawah. Dia adalah orang yang dingin dan tidak berperasaan. Hanya ada kegelapan dalam dirinya.
"Jika kalian bertemu dengannya- tidak! Semoga kalian tidak bertemu dengannya."
"Kenapa?" Demy yang tengah membawa buah kering bertanya sambil duduk di sisi grandma.
"Dia bisa menutup penglihatan kalian dan merubah masa depan sesukanya. Orang seperti itu sangat berbahaya bagi peramal seperti kita."
"Apa ada orang seperti itu di dunia ini?" aku bertanya pada grandma.
"Ya. Benar-benar ada, orang seperti itu benar-benar ada. Saat ini, ia sedang menyusun rencana untuk menduduki tahta tertinggi."
Lady Gemy Giona menangis dengan mata melebar, raut wajahnya sangat mengerikan saat melihat Demy Giona, saudarinya yang dirantai dengan sihir dan sudah tidak sadarkan diri. Wajahnya penuh luka, dan ia sudah memuntahkan darah cukup banyak dilihat dari baju depannya yang dipenuhi darah dan juga bibirnya.
Ia kini melihatnya, orang paling jahat dan buruk kini berada di hadapannya. Ia bisa melihat masa lalu orang yang kini memegang tahta sebagai kaisar agung itu. Dibalik singgasananya yang berdiri kokoh, ada banyak nyawa manusia dan monster yang menumpuk dan menopang singgasananya. Ia menyadarinya sekarang, sejak awal penglihatannya akan masa depan juga ditutup saat ia memasuki istana ini.
"Ueeekkk.." Ia memuntahkan isi perutnya melihat tumpukan mayat dan hal kejam yang dilakukan oleh kaisar agung hingga bisa berada di posisi sekarang ini.
"Apa yang dia lakukan disini?"
"Murni untuk memata-matai Yang Mulia. Tapi, ada beberapa informasi yang ia jual ke kaisar negeri atas."
Carlix tertawa mendengarnya.
"Menyedihkan sekali!" Gemy gemetar dan sangat ketakutan melihat luka cambukan di tubuh kakaknya. Kulit Demy bahkan seperti diiris dan sudah hancur di beberapa tempat. Ia bisa melihat seberapa banyak saudaranya itu terkena cambuk.
"Saya mohon Yang Mulia, lepaskan kami." Gemy bersimpuh dan bersujud sambil menangis meraung-raung.
Dua orang lain baru saja masuk. Mereka adalah Vincent dan pangeran Carles.
"Bagaimana wilayah Gloria?" tanyanya saat melihat dua saudaranya baru saja sampai.
"Carly menguras habis isinya dan meratakannya. Kak Carly memang tidak bisa menahan diri jika melihat permata sihir." Vincent tertawa lalu berjalan dan menginjak tangan wanita itu tanpa melihatnya.
"AAAAKKKHHHH..."
Lady Gemy Giona berteriak saat tangannya diinjak oleh Vincent. Pemuda itu terkejut dan menatap wanita itu dengan polos.
"Heeh? Apa aku baru saja melakukan kesalahan?" ia bertanya dengan polos dan menatap Carlix.
"Entahlah. Apa adik kita yang manis dan polos ini pernah melakukan kesalahan?" Carles juga berjalan mendekat ke arah meja kerja Carlix dan menginjak tangan wanita itu lagi.
"AAAKKKHHHH.."
"Kau menginjaknya Carly." Vincent berteriak panik namun dengan senyum yang terpatri di wajahnya.
"Ternyata peramal selemah ini. Berani-beraninya wanita rendahan sepertimu mencuri ramuan ciptaanku. Kakak bahkan tidak mengizinkanku menjualnya." Vincent melotot dan memakai sarung tangannya. Ia menarik rambut lady Giona dengan keras sampai beberapa helainya tercabut.
"Orang jahat seharusnya mendapatkan yang lebih kejam dari ini. Kakak, kenapa tidak menghabisinya dengan nigreum?"
Dibanding meladeni Vincent, Carlix melirik Carles yang juga melihatnya.
"Kau benar-benar meratakan wilayah itu?"
"Mana mungkin! Aku hanya menguras habis permatanya."
"Kepala pelayan palsu ini sudah tidak bernyawa." ucap Vincent sambil menunjuk Demy yang memang sudah tidak bisa diselamatkan.
"TIDAK! KAKAK!" Gemy berteriak histeris lalu menatap saudaranya dengan tidak percaya.
"Kau akan mendapatkan hukuman yang lebih menyakitkan dari kematian."
Vincent tertawa lalu mengeluarkan ramuan berwarna hijau. Ia sangat senang saat Carlix menyerahkan hukuman itu padanya.
"Sepertinya kau sangat menyukai ramuan buatanku. Jadi, aku membuat ini khusus untukmu. Sayang sekali, Giuss tidak bisa melihat efeknya."
Vincent menyiram sebotol ramuan itu di tubuh lady Giona, dan beberapa detik kemudian rambut wanita itu berubah memutih, kulitnya mengkerut dan mencoklat. Ia berubah menjadi tua dan jelek.
"Ya ampun, ini luar biasa." Vincent sangat senang melihatnya.
"Buang dia ke wilayahnya sendir!"
Lady Giona tidak bisa berbicara. Ia bahkan takut melihat rupanya yang buruk. Ia hanya bisa menangis dan menyesal. Tidak ada yang akan mendekatinya mulai sekarang. Bahkan semua orang jijik melihatnya.
'Kenapa tidak memberikanku kematian agar semuanya selesai? Aku tidak ingin hidup seperti ini.' Teriaknya dalam hati.
"Junn! Bereskan kekacauan ini. Ada hal yang lebih penting yang harus kulakukan sekarang."
Junn tersenyum meskipun sangat tipis. Ia sempat meragukan kemampuan kaisar. Ia tidak menyangka kaisar sudah menyadari hal itu dan membiarkan dirinya sedikit terpengaruh untuk mengukur kemampuan wanita itu. Meski rencananya sedikit terganggu karena ia tidak menyangka jika wanita itu akan menggunakan ramuan sialan yang dibuat oleh Vincent dan Giuss. Namun, rencananya pun berhasil.
Sejak bertemu kaisar agung waktu itu, saya langsung ke dunia bawah untuk bertemu dengan Marquess Eustachi Julion. Marquess bahkan mengundang pangeran Carles, Shill Nigreos dan Marc Nigreos yang merupakan sepupu kaisar.
"Ada apa sampai mengundang kami kesini?" Tanya Shill dengan tenang.
"Anjing bodoh ini." Marc terdengar kesal. Ia memang tidak menyukaiku yang hidupnya monoton dan datar, tidak sepertinya yang selalu mencari masalah.
"Apa Yang Mulia sudah menikah?" saya bertanya untuk memastikan ingatan mereka tidak bermasalah.
"Mana mungkin dia menikah." ucap pangeran Carles yang tak kalah tenang dengan Shill.
"Kau berharap aku mengatakan itu? Ya, sayangnya semuanya menyaksikan pernikahan mewah itu. Dan aku pun melihatnya secara langsung."
"Jadi..."
"Kami mengetahuinya dari Eu. Terjadi tabrakan dimensi hingga mereka bisa mengambil celah dan mengembalikan Carlix dan Eirine ke tempat semula."
"Bagaimana hal ini bisa terjadi?" tanya Marc.
"Mereka memanfaatkan satu-satunya penyihir copy untuk membuka portal, lalu memanfaatkan kelebihan mereka sebagai keturunan peramal untuk melakukan hal ini." Pangeran Carles menjelaskannya.
"Maksud anda, Giuss?" ia mengangguk.
"Solusi satu-satunya hanya menemukan Giuss."
Shill menghela nafasnya, mata ruby nya melihat satu persatu orang yang hadir di ruangan itu.
"Masalah lainnya adalah ramuan cinta yang asli jatuh ke tangan seseorang. Dan aku sudah menduga jika orang itu memberikannya pada Carlix."
"Hal gila apalagi ini?" bukan hanya saya yang frustasi, melainkan Marc yang baru tahu akan hal ini meski Shill sudah mengetahuinya lebih dulu.
"Kenapa tidak memberitahuku?"
"Kita harus menemukan Giuss sebelum Yang Mulia sadar dan mengamuk." Ucapan Pangeran Carles membuat saya terdiam.
Pangeran Carles tersenyum dan menatap kami satu persatu.
"Kalian tidak berpikir bahwa ramuan seperti itu bisa mempengaruhinya dalam waktu yang lama kan? Dia akan mengamuk saat mengetahui istrinya tidak ada."
-
-
-
"Yaahh.. Sepertinya kakak harus memulainya lagi dari nol." Carles memukul Vincent yang tidak bisa menjaga mulutnya.
'Jika aku tidak bertindak secepatnya waktu itu, dia pasti akan meruntuhkan negeri atas.' pangeran Carles tersenyum sambil melihat Carlix yang tengah membaca laporan.
Ia menyugar, menahan emosinya untuk sesaat namun sepertinya hal itu akan berdampak buruk karena Carlix bukan orang yang bisa menahan kemarahannya dalam waktu yang lama. Jika dibalik kekacauan besar itu ia tidak bereaksi besar, pasti akan ada badai besar setelahnya.
"Catat semua yang terlibat dalam masalah ini. Aku akan membereskannya satu persatu setelah ini."
Inilah yang disukai oleh Vincent dari Carlix. Orang yang merupakan kaisar tertinggi itu tidak pernah asal bicara. Apapun yang ia katakan pasti selalu dilakukan. Sejak kecil, ia selalu mendapati kakaknya itu menutup diri di perpustakaan.
Carlix tengah duduk di salah satu kursi perpustakaan dengan darah dan tubuh makhluk aneh berserakan di lantai, namun anehnya tidak ada darah yang mengenai pakaian dan buku yang ia baca.
"Darimana dia belajar menjadi seperti itu?" Vin bisa melihat kekaguman besar saat melihat Carlix. Jika ia berada di sisi kakaknya, maka ia akan dilindungi.
Ia selalu yakin jika Carlix menyadari keberadaannya, namun kakaknya itu tidak menghiraukan kehadirannya.
Bahkan saat Carlix melenyapkan semua menteri di kerajaan nigreos, ia hanya menaruh telunjuknya di bibir dan menyuruhku untuk merahasiakannya.
Tak lama kemudian rumor yang mengatakan bahwa seluruh menteri kerajaan dipecat dan diganti dengan yang baru oleh raja muda nigreos tidak benar. Memecat artinya menghilangkan dalam artian benar-benar menghilangkan mereka dari dunia. Anehnya, tidak ada yang mencurigainya sampai detik ini.
-
-
-
Kaisar negeri selatan, Aidir Arlenta tidak menyangka akan bertemu dengan tamu di malam yang dingin seperti ini. Terlebih orang yang kini berada di hadapannya adalah orang yang paling keras dan kejam yang pernah ada.
"Apa aku tidak boleh bertamu di jam seperti ini? Kau terlihat tidak senang, paman?"
Ia tidak suka anak nakal dan kurang ajar ini. Dan sayangnya, anak ini yang sekarang bertamu di istananya.
"Ayah akan sedih jika paman tidak menerima anak teman paman sendiri." Aidir menghela nafasnya lalu langsung melontarkan kalimat yang ingin ia ucapkan sejak lama.
"Kenapa kali ini berbeda huh? Kenapa tidak menggunakan kepribadian lainmu?"
"Tentu saja, aku harus merebut hati wanitaku dengan sifatku yang asli. Dia mungkin tidak mengingatku karena saat itu bukan sifat asliku."
"Entahlah. Apa ada yang akan menerima orang dengan sifat buruk sepertimu?" pria itu menyugarkan surai hitamnya, mata ruby nya terlihat begitu tajam.
"Apa paman juga meragukanku?"
Kaisar Arlenta itu tahu benar siapa pria yang ada di hadapannya. Meski seumuran dengan putra pertamanya, namun anak ini sudah menduduki tahta sebagai kaisar agung, posisi tertinggi diantara semua raja dan kaisar di seluruh negeri.
Sayangnya, orang buruk seperti ini yang justru tergila-gila pada putri keduanya. Entah Eirine beruntung atau justru sial. Ia tidak masalah dengan Carlix Nigreos yang menjadi suami putrinya. Hanya saja, pria ini sekarang benar-benar seperti orang yang kembali ke nol. Tidak ada sifat lembut Baron yang biasa menjadi identitasnya saat menyamar. Pria ini adalah pria dingin, kejam, dan tidak berperasaan yang tengah meminta putri keduanya.
"Aku mendengar kabar bahwa kau menghukum mereka dengan sangat kejam." Carlix terkekeh mendengarnya.
"Jika mereka bisa hidup 1000 kali, aku akan memberikan rasa sakit 1000 kali dan mencabut nyawa mereka 1000 kali. Bukankah itu harga yang pantas untuk orang yang berani bermain-main denganku?"
"Sifat burukmu ternyata tidak berubah."
Kaisar Aidi Arlenta memejamkan matanya. Ia mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu saat ia berkunjung ke wilayah utara.
"Wilayah utara ternyata lebih dingin dan kejam dibanding selatan."
"Ya, ini terjadi saat kelahiran Carlix. Entah kenapa monster dari dunia bawah memilih hidup di tanah utara. Anak itu bahkan sudah membuat banyak penghuni dunia bawah penasaran." Victor Nigreos mengatakannya sambil mengingat beberapa hari saat kelahiran putra keduanya.
"Apa pangeran Carles masih senang berkeliling dan menyusup ke kereta barang?"
"Dia masih melakukannya bahkan setelah kelahiran adiknya. Lalu, bagaimana dengan putramu?"
"Dia berlatih dengan gigih dan suka berbuat masalah diluar."
Saat Aidir menginjakkan kakinya di istana Nigreos, ia bisa merasakan aura gelap yang sangat kuat. Aura itu semakin kuat di area perpustakaan.
Aidir bisa melihat anak itu yang tengah duduk membaca buku. Ia juga bisa melihat jika anak itu akan memegang posisi penting di masa depan.
"Carlix! Kemarilah!" anak itu tidak memiliki emosi, dan Aidir bisa melihat jejak darah makhluk lain yang sudah dibersihkan oleh anak ini.
'Pintar sekali. Baru seusia ini, tapi.."
"Senang bertemu kaisar Arlenta. Saya Carlix Nigreos." Aidir mengakui jika anak ini sangat tampan namun menyimpan aura yang menakutkan, gelap, dan sangat dingin.
Setelah meninggalkan perpustakaan, Aidir menanyakan sesuatu yang menjanggal dalam pikirannya pada Victor.
"Ada jejak sihir di perpustakaan tadi. Apa putra kedua mu mempelajari sihir?"
"Entahlah. Dia sangat cerdas dan selalu menolak guru. Dia selalu mengatakan bisa mempelajarinya lewat buku dan mempraktekkannya sendiri."
Aidir bisa merasakan jejak sihir teleportasi yang hampir sempurna di ruangan itu. Selain itu, anak yang disangka sangat kutu buku dan hanya berdiam di perpustakaan sepanjang hari bahkan telah melakukan hal yang lebih menakutkan dibamding yang dilakukan pangeran pertama.
"Begitu ya."
Aidir menghela nafasnya saat mengingat kejadian itu. Ia juga mengingat dengan jelas saat anak ini melenyapkan para menteri kerajaannya dengan kejam.
"Akan lebih baik jika Yang Mulia turun tahta. Pikiran anda belum matang dan masih labil untuk memimpin."
"Benar. Anda juga belum terlalu sempurna mengelola keuangan negara. Bagaimana anda juga menyerahkan pertahanan pada seorang anak muda seperti ini? Terlebih orang ini adalah putra dari permaisuri kerajaan barat. Lalu, Yang Mulia juga menyerahkan pembangunan pada anak bau kencur yang tidak jelas asal usulnya." Orang tua itu menunjuk Eustachi Julion.
"Dia putra Marquess Eustass Julion."
"Tapi Yang Mulia-"
"CUKUP! Apa kalian meragukan keputusanku?" para menteri terdahulu itu tidak menjawabnya. Namun, saat Carlix hendak keluar, mereka membicarakannya.
"Bagaimana mungkin anak kecil yang labil itu mengendalikan kerajaan besar? Dia sama sekali tidak cukup untuk mengatur sebuah negara."
"Tutup pintu paviliun ini." Setelah perintah Carlix itu, Eustachi dan Alex meninggalkan Carlix di paviliun itu bersama para menteri yang sudah berumur itu. Tak lama, terdengar kabar bahwa Carlix memecat mereka, namun yang sebenarnya adalah ia menghabisi mereka hari itu tanpa ampun.
"Aku benci orang bermulut besar namun tidak melakukan apapun. Mereka terlihat seperti babi yang hanya makan dengan rakus dan membesarkan perut mereka. Para tua bangka sialan!"
"Jadi, bagaimana paman? Atau harus kupanggil ayah mertua?" kaisar Arlenta menghela nafasnya.
"Bukankah sudah jelas? Lagipula, orang keras kepala sepertimu tidak bisa dihentikan untuk bertindak seenaknya."