抖阴社区

Aku yang pernah jatuh

By chempakaaaaa

23.2K 750 7

Dalam hidup, ada luka yang tak bisa hilang. Ada jatuh yang tak sempat bangun. Dan ada kisah yang tak pernah s... More

Aku yang pernah jatuh - bab 1
Aku yang pernah jatuh - bab 2
Aku yang pernah jatuh - bab 3
Aku yang pernah jatuh - bab 4
Aku yang pernah jatuh - bab 5
Aku yang pernah jatuh - bab 6
Aku yang pernah jatuh - bab 7
Aku yang pernah jatuh - bab 8
Aku yang pernah jatuh - bab 9
Aku yang pernah jatuh - bab 10
Aku yang pernah jatuh - bab 11
Aku yang pernah jatuh - bab 12
Aku yang pernah jatuh - bab 13
Aku yang pernah jatuh - bab 14
Aku yang pernah jatuh - bab 15
Aku yang pernah jatuh - bab 16
Aku yang pernah jatuh - bab 17
Aku yang pernah jatuh - bab 18
Aku yang pernah jatuh - bab 19
Aku yang pernah jatuh - bab 20
Aku yang pernah jatuh - bab 21
Aku yang pernah jatuh - bab 22
Aku yang pernah jatuh - bab 23
Aku yang pernah jatuh - bab 24
Aku yang pernah jatuh - bab 25
Aku yang pernah jatuh - bab 26
Aku yang pernah jatuh - bab 27
Aku yang pernah jatuh - bab 28
Aku yang pernah jatuh - bab 29
Aku yang pernah jatuh - bab 30
Aku yang pernah jatuh - bab 31
Aku yang pernah jatuh - bab 32
Aku yang pernah jatuh - bab 33
Aku yang pernah jatuh - bab 34
Aku yang pernah jatuh - bab 35
Aku yang pernah jatuh - bab 36
Aku yang pernah jatuh - bab 37
Aku yang pernah jatuh - bab 38
Aku yang pernah jatuh - bab 39
Aku yang pernah jatuh - bab 40
Aku yang pernah jatuh - bab 41
Aku yang pernah jatuh - bab 42
Aku yang pernah jatuh - bab 43
Aku yang pernah jatuh - bab 44
Aku yang pernah jatuh - bab 45
Aku yang pernah jatuh - bab 46
Aku yang pernah jatuh - bab 47
Aku yang pernah jatuh - bab 48
Aku yang pernah jatuh - bab 49
Aku yang pernah jatuh - bab 50
Aku yang pernah jatuh - bab 51
Aku yang pernah jatuh - bab 52
Aku yang pernah jatuh - bab 53
Aku yang pernah jatuh - bab 54
Aku yang pernah jatuh -bab 54
Aku yang pernah jatuh - bab 55
Aku yang pernah jatuh - bab 56
Aku yang pernah jatuh bab 57
Aku yang pernah jatuh - bab 58
Aku yang pernah jatuh - bab 59
Aku yang pernah jatuh - bab 60
Aku yang pernah jatuh - bab 61
Aku yang pernah jatuh - bab 62
Aku yang pernah jatuh - bab 63
Aku yang pernah jatuh - bab 64
Aku yang pernah jatuh - bab 65
Aku yang pernah jatuh - bab 66
Aku yang pernah jatuh - bab 67
Aku yang pernah jauh - bab 68
Aku yang pernah jatuh - bab 69
Aku yang pernah jatuh - bab 70
Aku yang pernah jatuh - bab 71
Aku yang pernah jatuh - bab 72
Aku yang pernah jatuh - bab 73
Aku yang pernah jatuh - bab 74
Aku yang pernah jatuh - bab 75
Aku yang pernah jatuh - bab 76
Aku yang pernah jatuh - bab 77
Aku yang pernah jatuh - bab 78
Aku yang pernah jatuh - bab 79
Aku yang pernah jatuh - bab 80
Aku yang pernah jatuh - bab 81
Aku yang pernah jatuh - bab 82
Aku yang pernah jatuh - bab 83
Aku yang pernah jatuh - bab 84
Aku yang pernah jatuh - bab 85
Aku yang pernah jatuh - bab 86
Aku yang pernah jatuh - bab 87
Aku yang pernah jatuh - bab 88
Aku yang permah jatuh - bab 89
Aku yang pernab jatuh - bab 90
Aku yang pernah jatuh - bab 91
Aku yang pernah jatuh - bab 92
Aku yang pernah jatuh - bab 93
Aku yang pernah jatuh - bab 94
Aku yang pernah jatuh - bab 95
Aku yang pernah jatuh - bab 96
Aku yang pernah jatuh - bab 97
Aku yang pernah jatuh - bab 98
Aku yang pernah jatuh - bab 99
Aku yang pernah jatuh - bab 101
Aku yang pernah jatuh - bab 102
Aku yang pernah jatuh - bab 103
Aku yang pernah jatuh - bab 104
Aku yang pernah jatuh - 105
Aku yang pernah jatuh - bab 106
Aku yang pernah jatuh - bab 107
Aku yang pernah jatuh - bab 108
Aku yang pernah jatuh - bab 109
Aku yang pernah jatuh - bab 110
Aku yang pernah jatuh - bab 111
Aku yang pernah jatuh - bab 112
Aku yang pernah jatuh - bab 113
Aku yang pernah jatuh - bab 114
aku yang pernah jatuh - bab 115
Aku yang pernah jatuh - bab 117
Aku yang pernah jatuh - bab 118
Aku Yang pernah jatuh - bab 119
Aku yang pernah jatuh - bab 120
Aku yang pernah jatuh - bab 121
Aku yang pernah jatuh - bab 123
Aku yang pernah jatuh - bab 124
Aku yang pernah jatuh - bab 125
Aku yang pernah jatuh - bab 126
Aku yang pernah jatuh - bab 127
Aku yang pernah jatuh - bab 128
Aku yang pernah jatuh - bab 129
Aku yang pernah jatuh - bab 130
Aku yang pernah jatuh - bab 131
Aku yang pernah jatuh - bab132
Aku yang pernah jatuh - bab 133
Aku yang pernah jatuh - bab 134
Aku yang pernah jatuh - bab 135

Aku yang pernah jatuh - bab 116

87 1 0
By chempakaaaaa

Pagi itu, selepas berehat beberapa jam, Aura mula terasa segar sedikit. Badan masih lemah, tapi keinginan untuk membersihkan diri membuat dia perlahan-lahan bangun dari katil. Dia memegang dinding sambil berjalan ke bilik air dalam wad VVIP itu.

Namun saat membuka almari kecil di bilik, dia tersedar sesuatu.

“Eh... Baju aura tak ada,” bisiknya perlahan.

Matanya menjeling ke arah katil, kemudian ke arah kot bayi. Dia masih dalam pakaian hospital, dan tidak selesa untuk terus begitu lama. Aura melangkah semula ke katil dan menekan loceng kecil untuk panggil jururawat, namun belum sempat sesiapa sampai, Aydan muncul masuk ke bilik semula.

Dia bawa sarapan ringan dalam dulang, tapi terus letak atas meja bila nampak isterinya berdiri sambil menggigit bibir menahan malu dan resah.

“Sayang kenapa berdiri macam tu? sayang baru lepas bersalin, cuba duduk diam-diam boleh kan?” tanya Aydan cepat-cepat menghampiri.

Aura menjongket kening. “Abang, baju aura... dalam beg baju. Tak ambil lagi, kan?”

Aydan tepuk dahi. “Alamak! Sayang, abang terlupa. Beg ada kat rumah. Abang suruh zaf ambil  dekat Kak Timah kejap.”

Tanpa buang masa, Aydan keluarkan telefon dari poket dan terus dail nombor Zaf.

“Zaf, boleh tolong ambil beg pakaian Aura kat rumah? Minta dekat Kak Timah ya. Pastikan yang ada semua baju, kain, tudung sekali.”

Zaf di hujung talian hanya mengiakan.

Aura hanya geleng kepala sambil tersenyum nipis.

“Macam mana lah kalau aura tak ada. Mesti semua benda abang lupa,” usik Aura lembut.

Aydan ketawa kecil dan mendekat, mencuit pipi Aura. “Kalau sayang tak ada, abang memang lupa segalanya. Nasib baik sayang masih sudi ingatkan.”

Aura senyum, dan walau dia belum mandi, hatinya sudah bersih — dibasuh dengan perhatian kecil yang bermakna dari suami yang setia di sisi.

Khabar gembira tentang kelahiran bayi Aura tersebar dengan cepat. Seakan seluruh dunia ingin berkongsi kebahagiaan yang lahir bersama tangisan pertama zuriat kecil mereka. Sejak pagi, bilik wad VVIP itu tak putus-putus menerima kunjungan.

Pekerja Aydan datang melawat dengan wajah berseri, membawa buaian kecil yang cantik bersama hadiah untuk anak pertama mereka. Wajah Aura nampak letih tapi tetap ceria melayan setiap tetamu dengan senyuman manis. Bayi kecil itu tidur nyenyak di dalam kot berhampiran katil ibunya, seakan tahu dunia sedang menyambutnya dengan penuh cinta.

Kak Timah, Ayu, Dilah juga tiba dengan beg besar penuh makanan berpantang, bunga dan juga sedikit hiasan yang mereka buat sendiri untuk menggembirakan hati Aura.

“Rumah tu sunyi bila Aura tak ada,” Kak Timah bersuara sambil memeluk Aura. “Bila baby lahir, semua orang rasa macam diberi nafas baru dan kehidupan yang lebih baik dari sebelum ni...”

Aura tersenyum, air mata bergenang sedikit. Dia tak pernah menyangka saat yang dia takutkan dulu, kini menjadi saat paling indah dalam hidupnya.

Dan kejutan paling besar muncul ketika seorang lelaki separuh usia, bertubuh tinggi dan berwajah tenang, melangkah masuk ke bilik hospital.

“Ayah?” Aura terkejut. Dia cuba bangun, tapi Aydan cepat-cepat menahan.

“Rehat sayang, biar ayah datang dekat.”

Datuk Zahru, ayah angkat Aura, yang lama menetap di luar negara kerana urusan kerja, akhirnya pulang ke tanah air setelah mendengar berita kelahiran cucunya. Dia terus mendekat, menyentuh kepala anak perempuannya dengan penuh kasih.

“I apologize for coming late. But dad is proud of you, Aura."

Aura menahan tangis. Hatinya penuh. Aydan berdiri di sisi, memberikan ruang antara bapa dan anak itu merasai detik yang begitu bermakna.

Dan sepanjang hari itu, Aydan tidak beranjak jauh dari Aura. Dia temani setiap waktu makan, bantu Aura menyusu, menjaga bayi mereka saat Aura penat, dan senyum pada setiap tetamu yang hadir.

Saat malam menjelma dan tetamu beransur pulang, Aydan duduk di kerusi sisi katil, menggenggam tangan Aura yang semakin lemah dalam keletihan.

“Thank you sayang... sebab lahirkan anak kita. Abang takkan lupa pengorbanan sayang.”

Aura tersenyum, matanya mula pejam perlahan.

“Dan abang akan terus teman sayang... selagi abang masih bernyawa.”

Continue Reading

You'll Also Like

267 10 12
Kemalangan itu hanya berlaku dalam tiga saat. Tapi kesannya - seumur hidup. Fayyad kehilangan segalanya dalam dentuman yang sepatutnya tidak berlaku:...
106 0 11
Kadang kadang kau perlu jatuh dari puncak gunung untuk sedarkan diri kau sendiri , apa yang selama ini kau panjat , apa yang selama ini kau cuba nak...
4.5K 341 43
Semua pernah impikan jika hidupnya ibarat novel mesti bahagia seumur hidup termaksudlah gadis ini Nayasya Nazreen yang mengimpikan hidupnya ibarat no...
142 2 25
"Nur Reina bathrisya" seorang wanita yang tidak pernah merasa kasih sayang di dalam hidup nya. bapak dan keluarganya sendiri tidak pernah memberi kas...