抖阴社区

15. | Hukuman |

1.7K 140 16
                                        

SEBELUM BACA BUDIDAYAKAN

FOLLOW AKUN PENULISNYA

[JANGAN LUPA VOTE BUKUNYA]

KOMENTARI APAPUN YANG KALIAN SUKA.

JADILAH PEMBACA YANG CERMAT DAN AKTIF.

NO SILENT READERS...

CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI.

DILARANG KERAS MEN-COPY

SEPERTI : IDE, ALUR, DAN BAHASA PEMAIN.

UNTUK PLAGIAT JAUH-JAUH!

TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR KE BUKU INI...



Happy reading🦋



Halilintar Argantara⎯

Selepas kejadian adu argumen di depan kelas XII. Hubungan antara Halilintar dan Gempa tiba-tiba saja membaik.

Bahkan akhir-akhir ini Halilintar dan Gempa pun terlihat lebih sering berinteraksi, tak seperti dulu.

Terkadang Gempa juga suka mengajak kakaknya keluar untuk istirahat bersama atau sekadar membeli makan malam di luar.

Jika kebanyakan orang tua senang melihat interaksi kedua anaknya, lain hal nya dengan orang tua yang satu ini.

Jelas sekali dari raut wajah orang tuanya tidak suka melihat keakraban anaknya.

Seperti hari ini, Halilintar saat ini sedang  mendapat teguran dari sang ayah.

"Berapa kali ayah bilang sama kamu?! Jauhin adek mu itu Lintar!" bentak Amato pada putera pertamanya.

"Kenapa yah? Kenapa Hali harus jauhin adek sendiri?! Kenapa?!!" cecar Hali menatap langsung intens cokelat ayahnya.

"Ohh sudah berani ya sekarang kamu membentak ayah?!" tampik Amato.

Hali menatap ayahnya dalam diam.

"Mara, coba lihat anak mu itu. Berani sekali dia membentak ayahnya!" adu Amato pada sang istri.

"Hali apa ini yang ibu ajarkan sama kamu?! Dia itu ayah kamu Hali! Dan kamu gak pantas ngebentak ayah kamu begitu!" tekan Mara.

"Terus kalo ayah mukul anaknya sendiri apa pantes? Seorang ayah kayak begitu?" tanya Hali sambil bersedekap dada.

"HALILINTAR!!"

"Apa? Ayah mau tampar aku? Ayo! Yah tampar aku! Tampar aku sekeras mungkin! Lagipun siapa aku dimata ayah? Cuman anak bodoh yang membuat mu malu, bukan?" ucap Halilintar.

Tangan kanan ayahnya sudah terangkat. Halilintar menunduk, menutup mata, masih menangis. Tetapi Hali tidak merasakan tamparan itu. Hali mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah ayahnya.

"Kenapa ayah tidak menamparku?" tanya Hali lalu menunjuk pipi kanannya. "Ini! Tampar pipiku sekarang! Bukannya ayah sendiri yang bilang, anak tidak boleh melawan orang tuanya? Jika melawan maka mereka akan dihukum. Aku sudah melakukan itu, ayah. Sekarang ayok tampar aku ayah! Ayok tampar Hali ayah!" pinta Hali.

Amato terdiam lalu menurunkan tangan kananya yang tadi ia angkat. "Kenapa ayah? Kenapa tidak jadi menamparku?" tanya Hali.

"Diam!" bentak Amato menatap tajam puteranya.

"Oh shit! Kepalaku." umpat Amato sambil memijat pelipisnya.

"Astaghfirullah, sayang kamu kenapa?" tanya Mara panik lalu membantu suaminya duduk.

Halilintar Argantara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang