抖阴社区

29. | Where are you? |

1.3K 109 26
                                        

SEBELUM BACA BUDIDAYAKAN

FOLLOW AKUN PENULISNYA

[JANGAN LUPA VOTE BUKUNYA]

KOMENTARI APAPUN YANG KALIAN SUKA.

JADILAH PEMBACA YANG CERMAT DAN AKTIF.

NO SILENT READERS...

CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI.

DILARANG KERAS MEN-COPY

SEPERTI : IDE, ALUR, DAN BAHASA PEMAIN.

UNTUK PLAGIAT JAUH-JAUH!

TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR KE BUKU INI...



Happy reading🦋

"Kendalikan emosimu karena kita tidak tau kapan dan dimana nasib buruk akan menimpamu."

~Halilintar Argantara


Halilintar Argantara

Halilintar sedang berada di balkon kamar ditemani secangkir teh hangat dan sekaleng biskuit di meja.

Ia pun menutup matanya dan menikmati angin yang berhembus pelan tapi menyejukkan. Halilintar hanya menikmati hembusan angin.

Sesekali ia menyesapi teh hangatnya.

"Dulu kita sering bersama menikmati indahnya malam tapi sekarang aku disini sendiri menikmatinya tanpa kehadiran kalian."

Halilintar tersenyum getir, tersadar dengan tempat ia dan ketiga sahabatnya berkumpul dulu, sekarang hanya dirinya sendiri yang berada disini, bersama dengan kenangan mereka dulu.

"Sol, Fan sebenarnya kalian dimana? Gue rindu kalian berdua." lirihnya.

Tanpa sadar ia masih memegang secangkir teh dan belum meletakannya kembali.

"Apa kalian gak rindu sama gue?" tanya Halilintar menatap langit dengan sendu. Seolah langit mampu memberikan ia kepuasan atas jawabannya.

Disudut matanya, ada setitik buliran bening yang siap jatuh kapan saja, namun ia tahan untuk keluar.

Tidak, ini bukan waktu yang tepat untuknya menangis. Menangis saja tidak mampu menyelesaikan masalah, kecuali tangisnya bisa mengembalikan semua sahabatnya.

"Hahaha sepertinya enggak, iya? Mana mungkin kalian rindu sama si pencundang." Halilintar menertawai dirinya sendiri dibarengi buliran bening yang perlahan jatuh ke pipi mulusnya.

"Bukannya seorang pecundang? Nggak berhak rindu sama orang-orang hebat seperti kalian?"

Halilintar meletakkan tehnya diatas meja lalu menyeka air matanya pelan dengan senyum getir tetap menghiasi wajah dinginnya.

"Gue ini pecundang kan? Gue ini manusia yang hina kan? Gue ini manusia kotor yang seharusnya mati kan?" Ia tersenyum nanar meratapi nasib kehidupan yang tak pernah berpihak padanya.

"Iya gue yang seharusnya nerima semua itu, tapi kenapa tuhan malah mengambil kalian dari gue? Kenapa harus orang-orang hebat seperti kalian yang tuhan ambil dari gue? Kenapa nggak orang lain aja? Kenapa harus kalian? Hiks ...."

Isakan kecil keluar dibibirnya, perasaan sesak, kecewa, marah, bercampur menjadi satu.

"Seandainya .... hiks se-andainya gu-gue nggak marah sama lo Fan, mu-ngkin semua ini nggak akan terjadi, lo gak akan pergi dari hidup gue, dan solar, dia juga gak akan pergi, Fan. Hiks-hiks maafin gue Fan, maafin gue ...." Tak kuasa menahan berat tubuhnya lebih lama, Halilintar jatuh terduduk.

Halilintar Argantara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang